Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : AGROVITAL : Jurnal Ilmu Pertanian

Kualitas Makroskopis Semen Ayam Kampung yang Diberi Ekstrak Kulit Buah Naga Dhian Ramadhanty; Angga Nugraha; Nurul Purnomo; Andi Fausiah
AGROVITAL : Jurnal Ilmu Pertanian Vol 6, No 1 (2021): Agrovital Volume 6, Nomor 1, Mei 2021
Publisher : Universitas Al Asyariah Mandar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35329/agrovital.v6i1.2005

Abstract

Produksi Maggot Black Soldier Fly (BSF) (Hermetia illucens) pada Media Ampas Tahu dan Feses Ayam Ummul Masir; Andi Fausiah; Sagita Sagita
AGROVITAL : Jurnal Ilmu Pertanian Vol 5, No 2 (2020): AGROVITAL : Volume 5, Nomor 2 November 2020
Publisher : Universitas Al Asyariah Mandar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35329/agrovital.v5i2.1746

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan ampas tahu dan feses ayam pada pemeliharaan maggot (Hermetia illucens) hari ke 5, 10, 15 dengan mengukur panjang, lebar, berat basah dan berat kering. Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai manfaat dari produksi maggot dengan menggunakan media yang berbeda. Ampas tahu dan feses ayam dihomogenkan secara manual dan dibagi ke dalam sembilan ember kecil yang disesuaikan dengan banyaknya perlakuan dan ulangan. Tiap ember diisi kurang lebih 2 kg media yang telah dicampur di awal. Telur BSF dimasukkan ke dalam media di mana masing-masing ember sebanyak 2 g. Selanjutnya, dilakukan pengukuran sesuai dengan hari perlakuan. Data yang diperoleh disajiakan dalam bentuk presentasi yang dirancang dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa maggot yang dipelihara sampai hari ke 15 memperlihatkan ukuran panjang yang lebih besar yaitu 1.46 mm berbeda nyata dengan pemeliharaan hari ke 5 dan 10 hari. Lama pemeliharaan menunjukkan adanya relasi terhadap berat basah dan berat kering larva BSF. Diperoleh berat basah pada P1 sebesar 64, 13 g berbeda nyata (P<0,01) dengan nilai P2 dan P3 secara berturut-turut adalah 69,02 g dan 116,77 g. Hasil pengukuran berat kering menunjukkan nilai tertingi pada pemeliharaan hari ke 15 (P3) sebesar 28,39 g berbeda nyata (P<0,01) dengan nilai P1 dan P2 sebesar 7.96dan 28.39, sedangkan nilai P1 dan P2 memiliki nilai yang berbeda namun tetap berada pada taraf yang sama. Pemeliharaan dengan menggunakan media ampas tahu dan feses ayam terhadap lama pemeliharaan diperoleh ukuran Panjang dan lebar larva yang lebih tinggi nilainya pada pemeiharaan hari ke 15. Berat kering dan berat basah berada pada nilai tertinggi pada hari ke 15 pemeliharaan.
Karakteristik Kualitas Kimia Daging Sapi Bali Di Pasar Tradisional Andi Fausiah; Ihwan Pausan Al Buqhori
AGROVITAL : Jurnal Ilmu Pertanian Vol 3, No 1 (2018): Agrovital Volume 3, Nomor 1, Mei 2018
Publisher : Universitas Al Asyariah Mandar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35329/agrovital.v3i1.213

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kualitas daging secara uji kimia (kadar protein,kadar air,kadar lemak,kadar karbohidrat dan kadar abu) daging sapi yang berasal dari pasar tradisional di kabupaten Polewali Mandar. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 1 bulan mulai akhir april sampai akhir mei 2018 di Rumah Potong Hewan (RPH)  di kecamatan Wonomulyo dan Laboratorium Nutrisi Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Penelitian dilakukan Pengambilan sampel setelah ternak disembelih (setelah proses boneless) pada bagian otot Longisimus Dorsi, Biceps Femoris, Pectoralis Profundus, Gastrocnemius Kemudian sampel dimasukkan kedalam cool box yang berisi es batu, lalu dibawa ke Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Setelah itu daging dibersihkandari lemak dan jaringan ikat untuk dilakukan pengujian Kadar Protein, Kadar air, Kadar lemak, dan kadarAbu. Hasil penelitian menunjukkan kisaran kadar air daging sapi bali pada market yang berbeda berkisar 74,84-77,98%. Kadar air yang dihasilkan masih dalam kisaran normal. Kadar protein yang  dihasilkan 88,58-89,53% Artinya, penanganan yang berbeda pada setiap pemilik market menghasilkan kadar protein daging sapi bali yang cenderung berbeda. Kadar lemak yang dihasilkan berkisar 0,15-0,26% rendahnya kadar lemak daging pada penelitian ini diduga akibat perbedaan kualitas pakan dan umur ternak sapi bali yang diteliti. rataan kadar abu daging sapi bali pada market yang berbeda berkisar antara 4,44-4,87%. lama penyimpanan yang berbeda menghasilkan kadar abu pada sapi bali yang berbeda-beda. Dapat disimpulkan bahwa daging sapi bali yang berada pada pasar tradisional wonomulyo pada market yang berbeda membarikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap karakteristik kualitas kimia.
Pengaruh Suplementasi Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera) Terhadap Kualitas Makroskopis Spermatozoa Ayam Kampung Dhian Ramadhanty; Nurul Purnomo; Andi Fausiah; Dwi Maryana
AGROVITAL : Jurnal Ilmu Pertanian Vol 7, No 1 (2022): AGROVITAL VOLUME 7, NOMOR 1, MEI 2022
Publisher : Universitas Al Asyariah Mandar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35329/agrovital.v7i1.2692

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh suplementasi ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) terhadap kualitas makroskopis spermatozoa ayam kampung. Penelitian ini menggunakan 15 ekor ayam kampung jantan berumur + 1 tahun dibagi secara acak dalam 3 kelompok perlakuan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 5 ulangan. Sebelum diberi perlakuan, seluruh ayam diadaptasikan selama 1 minggu dan hanya diberi pakan komersil dan air minum. Perlakuan diberikan secara oral pada pagi hari selama 45 hari dan terdiri dari P1 : Ekstrak Daun Kelor 3 ml, P2 : Ekstrak Daun Kelor 6 ml, dan P3 : Ekstrak Daun Kelor 9 ml. Setelah dipelihara dan diberi perlakuan selama 45 hari, dilakukan penampungan sperma. Teknik penampungan sperma pada ayam dilakukan dengan menggunakan metode massage (metode pemijatan) pada bagian punggung ayam. Sperma yang telah ditampung kemudian diperiksa kualitasnya di Laboratorium. Parameter yang diukur yaitu kualitas sperma secara makroskopis meliputi volume, pH, warna, konsistensi, dan bau sperma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian suplementasi ekstrak daun kelor tidak berbeda nyata terhadap volume, pH, warna, konsistensi, dan bau sperma (P>0,05) tetapi seluruh kualitas sperma yang diperoleh setelah pemberian  ekstrak daun kelor termasuk dalam kategori yang normal dan baik.
ANALISIS HIRARKI PROSES PADA PENETAPAN HARGA KERBAU DI KABUPATEN MAMASA PROPINSI SULAWESI BARAT Andi Muhammad Agriawan Suryaalim; Andi Fausiah
AGROVITAL : Jurnal Ilmu Pertanian Vol 7, No 2 (2022): AGROVITAL VOLUME 7, NOMOR 2, NOVEMBER 2022
Publisher : Universitas Al Asyariah Mandar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35329/agrovital.v7i2.3561

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memahami hirarki dari berbagai kriteria, sub kriteria dan jenis dari sub kriteria yang dipertimbangkan pada penentuan harga kerbau. Manfaat mengetahui hal tersebut yaitu adanya dasar kuantitatif serta rasional dalam proses jual beli kerbau, sehingga semua pihak dapat memahaminya secara terbuka. Pendekatan penelitian ini sebagian besar dilakukan secara kuantitatif dengan melakukan analisis hirarki proses (AHP) melalui kuisioner, dan melengkapi analisisnya dengan data kualitatif dari wawancara. Pengambilan data dilakukan di Kecamatan Mamasa, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat pada bulan Juni-Juli 2022. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan kriteria tertinggi adalah karakteristik kerbau, khususnya jenis kelamin jantan. Hanya kerbau jantan yang akan dipertimbangkan nilai jualnya berdasarkan kritera kulit dan rambut, performance, tanduk, kemudian ekornya. Sedangkan kerbau betina akan dijual sama halnya ternak potong biasa yang diukur berdasarkan berat badan. Adapun proses hirarki dari kriteria kemudian diturunkan pada sub kriteria yang lebih kompleks. Kulit dengan jenis warna, rambut dengan jumlah pusarannya, tanduk dengan panjang dan bentuknya, serta jenis dari kriteria lain yang memiliki nilai hirarkinya masing-masing.