Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Gorga : Jurnal Seni Rupa

PERANCANGAN PERTUNJUKAN TEATER RAMBUN PAMENAN DALAM POLA TEATER TRADISIONAL RANDAI DENGAN PENDEKATAN TEATER MODERN (WELL MADE PLAY) Ikhsan Haryanto; Yusril Yusril; Martarosa Martarosa
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 9, No 2 (2020): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v9i2.19848

Abstract

AbstrakPerancangan pertunjukan teater Rambun Pamenan ini bertujuan untuk menggarap randai dengan mengadaptasi konsep teater modern. Pola yang digunakan dalam garapan ini adalah pola randai, tetapi untuk aktingnya menggunakan pemeranan presentatif (realistik). Metode penciptaan yang digunakan pada perancangan ini adalah metode pelatihan aktor oleh Richard Boleslavsky. Karya yang dihasilkan dari proses kreatif ini adalah sebuah pertunjukan teater modern dengan pola randai. Perancangan pertunjukan teater modern berbasis tradisi ini merupakan penciptaan formula baru dari berbagai idiom idiom tradisi yang dipergunakan sebagai titik tolak dalam berkarya.Kata Kunci: rambun pamenan, randai, teater modern. AbstractTheater Design Rambun Pamenan is designed to work on randai by adapting the concept of modern theater. The pattern used in this claim is the randai pattern, but for acting it uses a presentative (realistic) cast. The Selection Method used in this design is the actor training method by Richard Boleslavsky. The work produced from this creative process is a modern theater work with randai patterns. The design of traditional theater shows based on tradition is a new formula from traditional idioms which are used as a starting point in the making.Keywords: rambun, pamenan, randai, modern theater. 
PENCIPTAAN FILM FIKSI “SIRIAH JADI KARAKOK” DENGAN FENOMENA LESBIAN DI SUMATERA BARAT Gema Pertiwi; Yusril Yusril
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 8, No 1 (2019): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v8i1.13140

Abstract

AbstrakPenciptaan karya seni Film ini mengisahkan tentang fenomena lesbian ini sangat bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di Minangkabau. Hal ini menjadi menarik karena di daerah yang masih memegang teguh ajaran agama Islam, walaupun keberadaan kaum lesbian itu sendiri masih sulit atau jarang ditemui, namun perilaku menyimpang tersebut ada dan bisa untuk ditelusuri keberadaannya. Kaum lesbian sudah tidak segan menunjukan keberadaan mereka. Tekstur karya seni merupakan deskripsi keseluruhan bentuk isi sebuah karya film fiksi ini. Film fiksi merupakan film yang  memandang plot cerita didalamnya menggunakan unsur pembuat film. Film fiksi secara umum  dapat menjelaskan tujuan dan maksud dari konten ceritanya kepada penonton.  Kata Kunci: lesbian, fenomena, film fiksi.AbstractThe creation of this film art work tells the story of the lesbian phenomenon which is very contrary to the norms prevailing in Minangkabau. This is interesting because in regions that still hold fast to the teachings of Islam, even though the existence of lesbians themselves is still difficult or rare to find, the deviant behavior exists and can be traced. Lesbians are not reluctant to show their existence. The texture of the artwork is a description of the entire shape of the contents of a fictional film. Fiction film is a film that looks at the plot of the story using filmmakers. Fiction films in general can explain the purpose and purpose of the story content to the audience.  Keywords: lesbian, phenomenon, fiction film.
MAKNA BUDAYA MINANGKABAU DALAM FILM SALISIAH ADAIK Hendarti Darmawan; Dede Pramayoza; Yusril Yusril
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 9, No 1 (2020): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v9i1.18359

Abstract

AbstrakFilm Salisiah Adaik merupakan film independen Sumatera Barat yang bertemakan budaya Minangkabau. Film ini menceritakan tentang perselisihan adat pernikahan antara daerah Pariaman dan Payakumbuh yang dikemas dalam bentuk fiksi dengan gaya artistik yang detail dan khas sehingga memiliki nilai estetik. Estetika film Salisiah Adaik telah melahirkan makna dan arti budaya itu sendiri, untuk mengungkapkan makna tersebut dilakukan dengan analisa estetika formalisme Sergei Eisenstein. Setiap adegan dapat menggambarkan dan mengungkapkan makna budaya Minangkabau seperti kedamaian, keramahan masyarakat Minangkabau dan keteguhan masyarakat Minangkabau dalam menjunjung tinggi tradisi daerah masing-masing sesuai dengan pepatah Minangkabau lain lubuak lain ikaannyo, lain ladang lain ilalang (lain lubuk lain ikannya, lain ladang lain ilalang.Kata Kunci: salisiah adaik, makna budaya minangkabau.AbstractSalisiah Adaik is an independent West Sumatra film with a Minangkabau culture theme. This film tells about a marriage custom dispute between the Pariaman and Payakumbuh areas which is packaged in fiction with a detailed and distinctive artistic style that has aesthetic value. The aesthetics of the film Salisiah Adaik has given birth to the meaning and meaning of the culture itself, to express the meaning is done with aesthetic analysis of Sergei Eisenstein's formalism. Each scene can depict and express Minangkabau cultural meanings such as peace, friendliness of the Minangkabau people and the determination of the Minangkabau people in upholding the traditions of their respective regions in accordance with the Minangkabau proverb, another lubuak ikaannyo, another field of grass that is different (another bottom of the fish, another field of reeds. Keywords: salisiah adaik, makna budaya minangkabau.