Hanafie, Achsanuddin
Departemen/ SMF Anestesiologi Dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Majalah Anestesia

Pengukuran Oksigenasi Otak dengan NIRS Dibandingkan SjvO2 pada Pasien dengan Penurunan Kesadaran di Instalasi Perawatan Intensif Bastian Lubis; Hanafie, Achsanuddin; Lubis, Asmin; Wijaya, Dadik Wahyu; Indrawan, Jhonsen; Bisono, Luwih
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 41 No 2 (2023): Juni
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55497/majanestcricar.v41i2.280

Abstract

Standar emas untuk pemantauan oksigenasi otak biasanya menggunakan teknik invasif. Penelitian kedokteran telah berkembang dan mencoba untuk mencakup area yang dapat diukur dengan pendekatan non-invasif sesuai dengan prinsip tidak membahayakan. NIRS adalah salah satu teknologi terbaru untuk mengukur oksigenasi otak dalam melengkapi orang lain untuk pemantauan oksigenasi otak. Pemantauan oksigenasi otak untuk pasien tidak sadar di unit perawatan intensif diperlukan untuk merawat pasien dengan masalah medis. Penghapusan beberapa diagnosis banding secara non-invasif, real-time, dan berkelanjutan adalah tujuan utama dari intensifivis sesegera mungkin diagnosis yang akurat diambil, kondisi pasien akan lebih baik. 30 pasien tidak sadar dengan berbagai kondisi medis berpartisipasi dalam penelitian, dengan persetujuan dari keluarga. Pasien diintubasi dengan ventilasi mekanik, dan menggunakan elektroda NIRS yang dipasang di dahi dengan pengukur rSO2, sedangkan penulis mengambil sampel darah untuk analisis gas dari vena jugularis dan arteri karotis. Secara statistik tidak terdapat korelasi yang signifikan, antara SjvO2 dengan rSO2 kanan (p= 0,379), dan rSO2 kiri (p=0,041), serta terdapat perbedaan antara rSO2 kanan dan kiri (p<0,001). Parameter lain yang berkorelasi kuat dengan rSO2 adalah hemoglobin (p=0,009), tekanan arteri rata-rata (p=0,.049), kandungan oksigen vena jugularis (p=0,007) dan arteri karotis (p=0,08). rSO2 saja tidak dapat menggantikan SjvO2 sebagai standar emas untuk pemantauan oksigenasi otak. Namun, hasil rSO2 juga berkorelasi positif dengan hemoglobin, tekanan arteri rata-rata, kandungan oksigen vena jugularis, dan arteri karotis, yang berarti bahwa penurunan rSO2 dapat disebabkan oleh masalah pengiriman oksigen
Perbandingan Efektivitas Efedrin dengan Ondansetron dalam Mencegah Kejadian Hipotensi dan Bradikardi pada Anestesi Spinal Simanjuntak, Ikrar Rananta; Hanafie, Achsanuddin; Tanjung, Qadri Fauzi
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 42 No 2 (2024): Juni
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55497/majanestcricar.v42i2.330

Abstract

Latar Belakang: Anestesi spinal menyebabkan hipotensi. Berbagai metode telah dilakukan untuk mencegah konsekuensi kardiovaskular dari blok subarachnoid. Efedrin adalah suatu zat stereoisomer dari pseudoefedrin yang bekerja pada stimulasi pada reseptor alfa dan beta-adrenoreseptor, yang umumnya digunakan sebagai vasopressor pada kondisi hipotensi selama anestesi. Ondansetron bekerja pada sentral dan perifer, efek sentralnya dimediasi oleh efek antagonis reseptor serotonin 5-HT3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas efedrin dengan ondansetron dalam mencegah hipotensi dan bradikardi pada anestesi spinal.Metode: Penelitian ini dilakukan pada 57 pasien yang menjalani prosedur pembedahan abdomen bawah, ginekologi, ekstremitas bawah yang terjadwal elektif dengan anestesi spinal. Sampel dipilih menggunakan metode consecutive sampling. Analisis data dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi variabel yang diteliti dan korelasi antar variabel.Hasil: Sebanyak 29 pasien dikelompokan dalam grup efedrin dan sebanyak 28 pasien dikelompokkan dalam grup ondansetron. Dari hasil analisis data, tidak didapatkan hasil yang bermakna dalam perbedaan antara kedua grup efedrin dan ondansetron pada variabel sistol, diastol, maupun mean arterial pressure (MAP) (p > 0,05).Simpulan: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ondansetron dan efedrin dalam mencegah bradikardia dan hipotensi pada pasien dengan anestesi spinal. Tidak terdapat hipotensi dan bradikardi dengan pemberian efedrin dan ondansetron sebelum pemberian obat spinal pada pasien anestesi spinal.
Hubungan Mean Platelet Volume dengan Skor Sequential Organ Failure Assessment pada Pasien Sepsis Nasution, Putra Fajar; Primaputra Lubis, Andriamuri; Hanafie, Achsanuddin
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 43 No 2 (2025): Juni
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55497/majanestcricar.v43i2.344

Abstract

Latar Belakang: Sepsis adalah suatu disfungsi organ yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh kelainan regulasi respon host terhadap infeksi. Skor Sequential Organ Failure Assessment (SOFA) digunakan untuk menilai tingkat keparahan penyakit berdasarkan derajat disfungsi organ secara serial. Mean platelet volume (MPV) adalah salah satu parameter trombosit di mana trombosit turut berperan dalam proses inflamasi penyakit infeksi akut dan kronis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Nilai MPV dengan skor SOFA pada pasien sepsis.Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional dengan metode pengumpulan data secara kohort – prospective. Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif terhadap pasien penderita sepsis di ICU yang memenuhi kriteria penelitian. Analisis korelasi nilai MPV dengan skor SOFA pada pasien sepsis menggunakan uji korelasi Pearson. Semua uji statistik dengan nilai p < 0,05 dianggap bermakna.Hasil: Hasil penelitian didapatkan rerata nilai MPV H1 sebesar 9,20± 1,72 dengan skor SOFA H1 sebesar 7,81 ± 2,66. Hasil analisis statistik menunjukkan nilai r > 0,522 dengan nilai p<0,002. Rerata nilai MPV H3 sebesar 9,47±1,39 dengan skor SOFA H3 sebesar 7,96 ± 2,49. Hasil analisis statistik menunjukkan nilai r > 0,441 dengan nilai p <0,010. Temuan ini mengartikan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara MPV dengan skor SOFA dengan kekuatan korelasi yang kuat.Simpulan: Terdapat peningkatan nilai MPV pada pasien sepsis seiring dengan peningkatan skor SOFA, serta ditemukan hubungan nilai MPV dengan skor SOFA pada pasien sepsis baik di hari pertama maupun hari ketiga.