Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Cermin Dunia Kedokteran

Potensi Jejaring Sosial sebagai Media Belajar Mahasiswa Kedoketeran Herlambang, Penggalih Mahardika; Budiyanti, Rani Tiyas
Cermin Dunia Kedokteran Vol 41, No 8 (2014): Pediatrik
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.241 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v41i8.1111

Abstract

Mahasiswa kedokteran saat ini telah didominasi oleh Generasi Milenial ( Generasi Y) yang lahir antara tahun 1982-2000. Generasi tersebut telah terpapar teknologi sejak usia dini, salah satunya adalah jejaring sosial yang termasuk Web 2.0. Dilakukan penelitian observasional deskriptif dengan sampel 46 mahasiswa kedokteran yang mengisi kuesioner online di situs http://elearning.fk.uns.ac.id; 33% pria dan 67% wanita, 43% berusia 18 tahun. Sejumlah 57% responden mulai mengenal internet saat SD. Semua responden (100%) memiliki akun di berbagai situs jejaring sosial terutama Facebook® (46 orang) dan Twitter® (43 orang). Sebanyak 67% responden mengakses jejaring sosial hampir setiap hari, 57% sejak usia SD. Mereka mengaksesnya melalui laptop (38 orang), ponsel (34 orang), tablet (15 orang) dan melalui PC (5 orang). Sebanyak 78% responden setuju bahwa jejaring sosial dapat membantu mereka dalam belajar, 17% ragu-ragu dan hanya 4% yang tidak setuju. Disimpulkan bahwa jejaring sosial mempunyai potensi sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa kedokteran generasi Y.Medical students have been dominated by the millennial generation known as Y Generation. This generation was born between 1982-2000 and has been exposed to technology since early age, including social network in web 2.0. This research was descriptive observational study on 46 medical students, 33% male and 67% female, 43% in the age of 18 years. They filled online questionnaire at http://elearning.fk.uns.ac.id. All respondents have access to social networks, 57% since in elementary school. All have accounts in various social network sites, especially Facebook® (46 respondents) and Twitter® (43). Accessing is almost every day (67%), using laptops (38), mobile phones (34), tablet (15) and personal computer (5). 78% respondents agreed that social network could help in learning, 17% undecided, and 4% disagree. Social networks is potentially used as a learning medium among medical students of Y generation.
Potensi Virtual Reality Berbasis Smartphone sebagai Media Belajar Mahasiswa Kedokteran Mahardika Herlambang, Penggalih; Aryoseto, Lukman
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 6 (2016): Metabolik
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (533.981 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v43i6.67

Abstract

Latar belakang: Pemanfaatan virtual reality (VR) di bidang kedokteran, khususnya sebagai wahana simulator bedah, psikoterapi, hingga terapi non-farmakologi sudah menunjukkan hasil keluaran yang baik. Google cardboard (GC) merupakan teknologi VR berbasis smartphone Android yang baru dan relatif terjangkau dibanding simulator VR konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi penerapan teknologi VR berbasis smartphone tersebut bagi pendidikan kedokteran untuk mencapai kompetensi di tengah keterbatasan wahana pada mahasiswa kedokteran. Metode: Penelitian observasional deskriptif dengan kuesioner online pada 110 responden mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS). Hasil: Didapatkan 88% responden menggunakan smartphone Android, 10% iOS Apple, dan 2% Blackberry OS. Versi Android yang digunakan 43% Kitkat, 30% Jellybean, 17% Lollypop, 6% Ice Cream Sandwich, dan 4% Gingerbread. Berdasarkan ukuran layar, sensor Gyroscope dan sensor magnetometer, hanya 24% smartphone respoden yang kompatibel menjalankan VR. Sejumlah 100% responden mengaku terbantu dengan smartphone Android dalam aktivitas belajar meliputi membaca jurnal/ebook (92 orang), menonton video (50 orang),menggunakan aplikasi kedokteran (41 orang), berkomunikasi lewat instant messaging (79 orang), dan mencari informasi di media sosial (62 orang). Simpulan: Berdasarkan data penggunaan smartphone, teknologi VR berbasis smartphone seperti GC tampaknya memiliki potensi sebagai media belajar mahasiswa kedokteran.
Rekam Medis Elektronik Berbasis Cloud dalam Perspektif Etika dan Hukum di Indonesia Budiyanti, Rani Tiyas; Arso, Septo Pawelas; Herlambang, Penggalih Mahardika
Cermin Dunia Kedokteran Vol 45, No 9 (2018): Infeksi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.987 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v45i9.617

Abstract

Rekam Medis Elektronik (RME) berbasis cloud telah berkembang di Indonesia. Layanan tersebut memiliki berbagai keuntungan seperti biaya lebih rendah, fitur lebih mudah digunakan, potensi data sharing antar layanan kesehatan, serta mempermudah pengambilan keputusan klinis. Meskipun demikian, implementasi RME berbasis cloud berpotensi menimbulkan masalah etika dan hukum seperti masalah keamanan data dan jaringan, kepastian penyedia layanan cloud, prosedur data sharing, dan rahasia medis. Indonesia belum memiliki regulasi spesifik mengenai RME maupun RME berbasis cloud. Regulasi diperlukan agar implementasinya tidak bertentangan dengan etika dan hukum yang berlaku di Indonesia.Cloud based-Electronic Medical Record (Cloud based-EMR) has been developing in Indonesia. These services have some benefits such as lower costs, more user-friendly features, potential for data sharing, and support to clinical decision-making. Nevertheless, the implementation has implicationsin ethical and legal issues such as data and network security, cloud service provider, data sharing procedures, and medical privacy. Indonesia has no specific regulation on EMR or cloud-based EMR. EMR and cloud based-EMR regulation are needed so that its implementation does not contradict with Indonesian ethics and laws.
Rekam Medis Elektronik Berbasis Cloud dalam Perspektif Etika dan Hukum di Indonesia Rani Tiyas Budiyanti; Septo Pawelas Arso; Penggalih Mahardika Herlambang
Cermin Dunia Kedokteran Vol 45, No 9 (2018): Infeksi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v45i9.617

Abstract

Rekam Medis Elektronik (RME) berbasis cloud telah berkembang di Indonesia. Layanan tersebut memiliki berbagai keuntungan seperti biaya lebih rendah, fitur lebih mudah digunakan, potensi data sharing antar layanan kesehatan, serta mempermudah pengambilan keputusan klinis. Meskipun demikian, implementasi RME berbasis cloud berpotensi menimbulkan masalah etika dan hukum seperti masalah keamanan data dan jaringan, kepastian penyedia layanan cloud, prosedur data sharing, dan rahasia medis. Indonesia belum memiliki regulasi spesifik mengenai RME maupun RME berbasis cloud. Regulasi diperlukan agar implementasinya tidak bertentangan dengan etika dan hukum yang berlaku di Indonesia.Cloud based-Electronic Medical Record (Cloud based-EMR) has been developing in Indonesia. These services have some benefits such as lower costs, more user-friendly features, potential for data sharing, and support to clinical decision-making. Nevertheless, the implementation has implicationsin ethical and legal issues such as data and network security, cloud service provider, data sharing procedures, and medical privacy. Indonesia has no specific regulation on EMR or cloud-based EMR. EMR and cloud based-EMR regulation are needed so that its implementation does not contradict with Indonesian ethics and laws.
Potensi Virtual Reality Berbasis Smartphone sebagai Media Belajar Mahasiswa Kedokteran Penggalih Mahardika Herlambang; Lukman Aryoseto
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 6 (2016): Metabolik
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v43i6.67

Abstract

Latar belakang: Pemanfaatan virtual reality (VR) di bidang kedokteran, khususnya sebagai wahana simulator bedah, psikoterapi, hingga terapi non-farmakologi sudah menunjukkan hasil keluaran yang baik. Google cardboard (GC) merupakan teknologi VR berbasis smartphone Android yang baru dan relatif terjangkau dibanding simulator VR konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi penerapan teknologi VR berbasis smartphone tersebut bagi pendidikan kedokteran untuk mencapai kompetensi di tengah keterbatasan wahana pada mahasiswa kedokteran. Metode: Penelitian observasional deskriptif dengan kuesioner online pada 110 responden mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS). Hasil: Didapatkan 88% responden menggunakan smartphone Android, 10% iOS Apple, dan 2% Blackberry OS. Versi Android yang digunakan 43% Kitkat, 30% Jellybean, 17% Lollypop, 6% Ice Cream Sandwich, dan 4% Gingerbread. Berdasarkan ukuran layar, sensor Gyroscope dan sensor magnetometer, hanya 24% smartphone respoden yang kompatibel menjalankan VR. Sejumlah 100% responden mengaku terbantu dengan smartphone Android dalam aktivitas belajar meliputi membaca jurnal/ebook (92 orang), menonton video (50 orang),menggunakan aplikasi kedokteran (41 orang), berkomunikasi lewat instant messaging (79 orang), dan mencari informasi di media sosial (62 orang). Simpulan: Berdasarkan data penggunaan smartphone, teknologi VR berbasis smartphone seperti GC tampaknya memiliki potensi sebagai media belajar mahasiswa kedokteran.
Potensi Jejaring Sosial sebagai Media Belajar Mahasiswa Kedoketeran Penggalih Mahardika Herlambang; Rani Tiyas Budiyanti
Cermin Dunia Kedokteran Vol 41, No 8 (2014): Pediatrik
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v41i8.1111

Abstract

Mahasiswa kedokteran saat ini telah didominasi oleh Generasi Milenial ( Generasi Y) yang lahir antara tahun 1982-2000. Generasi tersebut telah terpapar teknologi sejak usia dini, salah satunya adalah jejaring sosial yang termasuk Web 2.0. Dilakukan penelitian observasional deskriptif dengan sampel 46 mahasiswa kedokteran yang mengisi kuesioner online di situs http://elearning.fk.uns.ac.id; 33% pria dan 67% wanita, 43% berusia 18 tahun. Sejumlah 57% responden mulai mengenal internet saat SD. Semua responden (100%) memiliki akun di berbagai situs jejaring sosial terutama Facebook® (46 orang) dan Twitter® (43 orang). Sebanyak 67% responden mengakses jejaring sosial hampir setiap hari, 57% sejak usia SD. Mereka mengaksesnya melalui laptop (38 orang), ponsel (34 orang), tablet (15 orang) dan melalui PC (5 orang). Sebanyak 78% responden setuju bahwa jejaring sosial dapat membantu mereka dalam belajar, 17% ragu-ragu dan hanya 4% yang tidak setuju. Disimpulkan bahwa jejaring sosial mempunyai potensi sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa kedokteran generasi Y.Medical students have been dominated by the millennial generation known as Y Generation. This generation was born between 1982-2000 and has been exposed to technology since early age, including social network in web 2.0. This research was descriptive observational study on 46 medical students, 33% male and 67% female, 43% in the age of 18 years. They filled online questionnaire at http://elearning.fk.uns.ac.id. All respondents have access to social networks, 57% since in elementary school. All have accounts in various social network sites, especially Facebook® (46 respondents) and Twitter® (43). Accessing is almost every day (67%), using laptops (38), mobile phones (34), tablet (15) and personal computer (5). 78% respondents agreed that social network could help in learning, 17% undecided, and 4% disagree. Social networks is potentially used as a learning medium among medical students of Y generation.