Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Medika Tadulako

KAJIAN POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS DAN DIAGNOSA PASCAOPERASI HUBUNGANNYA DENGAN ANGKA KEJADIAN INFEKSI DAERAH OPERASI (IDO) PADA PASIEN BEDAH DIGESTIF DI RUMAH SAKIT SWASTA Amelia, Kiki; Sumarny, Ros; Hasan, Delina; Komar, Hafid
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTProphylaxis antibiotics are antibiotics given to patients who have not yet had an infection, but are thought to have a high risk of being infected or if an infected can have an adverse effect on the sufferer. Prophylaxis antibiotics are given to prevent surgical site infection (SSI). SSI is one of the most common post-surgical and nosocomial infections in surgical patients. This SSI can cause functional disability, decrease the quality of life of patients, increase morbidity and mortality and increase the length of care and maintenance costs. This study aimed to examine the pattern of the use of prophylaxis antibiotics on the incidence and SSI risk factors. This study was an observational analytic study with a cross sectional design. SSI observation was directly observed in postoperative wounds, the first in the treatment room at the time of dressing change, the second observation was carried out in the surgical clinic at the time of repeated control. Surgical site infection are classified into three types, namely SSI superficial incisional, SSI incisional inside, SSI organ. The total sample during the study period was 57. The results of this study showed the incidence of SSI in digestive surgery patients was 17.5% (10 out of 57 samples). SSI was found as early as the third day and no later than the fifth day of post surgery. Data analysis included univariate and bivariate data analysis. The most widely used prophylaxis antibiotics ware the third generation cephalosporin group ceftriaxone (96,5%), the time for partial prophylaxis antibiotics was given <60 minutes before the incision (71,9%), and the duration of prophylaxis antibiotics was >48 hours (71%). Chi-square bivariate analysis showed that the time of prophylactic antibiotics (p = 0.00) and postoperative diagnosis (p = 0.00) had a significant relationship to SSI incidence (p <0.05). Keywords : Antibiotic Prophylaxis, Surgical Area Infection, SSI, Digestive Surgery. ABSTRAK Antibiotik profilaksis adalah antibiotik yang diberikan kepada penderita yang belum mengalami infeksi, tetapi diduga berpeluang besar untuk terinfeksi atau bila terkena infeksi dapat berdampak buruk bagi penderita. Antibiotik profilaksis diberikan untuk mencegah Infeksi Daerah Operasi (IDO). IDO atau Surgical Site Infection (SSI) merupakan salah satu komplikasi pasca bedah dan infeksi nosokomial yang paling sering terjadi pada pasien bedah. IDO ini dapat menyebabkan ketidakmampuan fungsional, penurunan kualitas hidup pasien, peningkatan morbiditas dan mortalitas serta peningkatan lama perawatan dan biaya perawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola penggunaan antibiotik profilaksis terhadap angka kejadian dan faktor resiko IDO. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian potong lintang (Cross sectional) prosfektif. Observasi IDO diamati secara langsung luka pascaoperasi, yang pertama diruang perawatan pada saat ganti perban, observasi kedua dilakukan di poliklinik bedah pada saat kontrol berulang. Infeksi Daerah Operasi diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu  IDO insisional superfisial, IDO insisional dalam, IDO organ/rongga. Total sampel selama periode penelitian sebanyak 57, dari hasil dari penelitian ini menunjukkan angka kejadian IDO pada pasien bedah digestif sebesar 17,5% (10 dari 57 sampel). IDO ditemukan paling cepat hari ketiga dan paling lama pada hari kelima. Analisa data meliputi analisa data univariat dan bivariate. Antibiotik profilaksis yang paling banyak digunakan adalah golongan sefalosporin generasi ketiga yaitu ceftriaxone (96,5%), waktu pemberian antibiotik profilaksis sebagian diberikan <60 menit sebelum insisi (71,9%), dan lama pemberian antibiotik profilaksis sebagia besar >48 jam (71%). Hasil analisa bivariate dengan Chi-square menunjukkan bahwa waktu pemberian antibioti profilaksis dan diagnosa pascaoperasi mempunyai hubungan bermakna terhadap angka kejadian IDO dengan nilai p-value 0,000 (p < 0,05).Kata kunci : Antibiotik Profilaksis, Infeksi Daerah Operasi, IDO, bedah digestif.
EFIKASI DAN KEAMANAN KAPSUL PARE (MOMORDICA CHARANTIA L)-PRIMAKUIN DAN DIHIDROARTEMISIN PIPERAQUIN-PRIMAKUIN PADA PASIEN MALARIA VIVAX DI RSUD MANOKWARI TAHUN 2019 Sikteubun, Christina Angela; Hasan, Delina; Abdillah, Syamsuddin
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 6, No 3 (2019)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTThe objective of the study was to determine the safety and efficacy of pare-primakuin capsules (KP-P) and dihydroartemesin piperaquine-primaquine (DHP-P) in uncomplicated malaria vivax. This was a clinical study, prospective, efficacy and safety evaluation of KP-P and DHP-P and followed by 42 days. ITT andPP was performed to compare KP-P and DHP-P efficacy. Safety was evaluated based on the incidance or severity of clinical symptoms by 42 days of follow up. based on the incidance or severity of clinical symptoms by 42 days of follow up. Total of 50 plasmodium vivax monoinfection suiTabel with the inclusion/exclusion criteria was randomized treated with KP-P or DHP-P. Patients during follow up did physical examination and checked for microscopic parasites, measurement of hemoglobin levels (day 0, 14, 28 and 42).  Therapeutic efficacy by day 42 in ITT and PP population were 96% (KP-P) and 92% (DHP-P). The means of parasite clearance and fever clearance were 3-5 day. All patients with gametocytes on day 0, generally were cleared on day 7 . There were an increasing number of patients with recovery hemoglobin at day 7 and 14: KP-P (24% and 100%) DHP-P (60% and 100%). One (4%) cases with KP-P and two 8%) with DHP-P had late treatment failure (LTF) at day 35. Adverse were mild, ie coughing and headaches for KP-P and nausea, headache, nausea, and vomiting. Pare-primaquine capsules and dihydroartemisinin-piperaquine capsules was safe and effective for the treatment of uncomplicated  malaria vivax. Keywords : Eficacy,Haemoglobin, , Safety, Parasite,Plasmodium. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi dan keamanan dari kapsul pare-primakuin (KP-P) dan dihidroartemisin piperakuin-primakuin (DHP-P) pada malaria vivax tanpa komplikasi. Penelitian ini merupakan penelitian klinis, prospektif, evaluasi efikasi dan keamanan diamati selama 42 hari. Efikasi dianalisis dan dibandingkan secara ITT dan PP. Keamanan obat dievaluasi berdasarkan timbulnya atau memberatnya gejala klinis dalam kurun waktu 42 hari. Total 50 subjek monoinfeksi plasmodium vivax yang memenuhi kriteria diobati secara acak dengan KP-P atau DHP-P. Pasien selama kunjungan ulang dilakukan pemeriksaan fisik dan cek parasit mikroskopis, diukur kadar hemoglobin (hari 0, 14, 28 dan 42). Efikasi terapeutik pada hari ke 42 per populasi ITT dan PP adalah 96% (KP-P) dan 92% (DHP-P). Rerata bebas parasit dan bebas demam adalah 3-5 hari untuk KP-P dan 3 hari untuk DHP-P. Pasien dengan  karier gametosit umumnya pada hari ke-7 sudah bebas gametosit. Terdapat peningkatan perbaikan hemoglobin pada hari ke 7, dan H14. Satu (4%) KP-P dan dua (8%) DHP-P mengalami kegagalan pengobatan kasep (Late Treatment Failure) di hari-35. Kejadian sampingan adalah ringan, yaitu batuk dan sakit kepala untuk KP-P dan DHP-P yaitu batuk, sakit kepala, mual, dan muntah. KP-P dan DHP-P adalah aman dan efektif pada pengobatan malaria vaivax tanpa komplikasi.Kata kunci : Efikasi, Hemoglobin, Keamanan, Parasit, Plasmodium