Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : JUARA: JURNAL WAHANA ABDIMAS SEJAHTERA

Peningkatan Kesadaran Masyarakat Terhadap Pengelolaan Pusaka Melalui Percontohan Gerobak Dagang Dan Penataan Koridor Jalan Di Pecinan Pasar Lama Tangerang Nurhikmah Budi Hartanti; Lucia Helly Purwaningsih; Ruwaida Zayadi; Farah Febrian Delfiyanti; Dwiyana Hemas Maharani; Jundi A.H. Wahyudi
JUARA: Jurnal Wahana Abdimas Sejahtera Volume 4, Nomor 2, Juli 2023
Publisher : Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/juara.v4i2.15632

Abstract

Kawasan Pecinan Pasar Lama Tangerang mengalami penurunan kualitas lingkungan karena kurangnya wawasan dan kesadaran para pedagang terhadap nilai pusaka kawasan yang perlu dilestarikan dan dikelola agar potensinya sebagai objek wisata budaya sekaligus pusat perdagangan yang nyaman bisa lebih optimal. Kegiatan PKM ini diharapkan dapat mendorong perubahan perilaku masyarakat khususnya para pedagang untuk lebih menghargai pentingnya menjaga warisan sejarah melalui penataan koridor jalan kawasan Pasar Lama Tangerang dan desain prototipe gerobak dagang yang inovatif. Kedepannya diharapkan para pedagang memiliki kemampuan untuk menata dagangannya dengan gerobak dagang yang lebih teratur sehingga semakin menarik minat pengunjung. Metode yang digunakan adalah Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan perwakilan pedagang dan tokoh masyarakat setempat untuk menjaring aspirasi dalam menata kawasan tersebut. Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan penyuluhan mengenai nilai signifikan sejarah kawasan, serta edukasi akan pentingnya kebersihan dan kesehatan di koridor pasar. Tim PkM membuat desain penataan koridor pasar dan desain prototipe gerobak dagang sebagai percontohan. Hasil kegiatan pengabdian ini adalah meningkatnya pemahaman para pedagang akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan pada kawasan yang bernilai pusaka. Simpulan dari kegiatan pendampingan pengelolaan pusaka melalui percontohan penggunaan gerobak dagang dan penataan koridor jalan pada mitra kelompok pedagang di kawasan, memerlukan proses pendekatan yang lebih intensif dan berkelanjutan dengan memaksimalkan peran tokoh masyarakat dan pengurus RT/RW setempat
Pendekatan Placemaking Pada Penataan Ruang Terbuka Publik Di Permukiman Padat Perkotaan Kelurahan Petamburan Jakarta Dedes Nur Gandarum; Nurhikmah Budi Hartanti; A. Hadi Prabowo; Ruwaida Zayadi; Sarwosri Moertiningsih; Indira Syahrani; Syifa Anindya Sathyavira
JUARA: Jurnal Wahana Abdimas Sejahtera Volume 4, Nomor 2, Juli 2023
Publisher : Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/juara.v4i2.18030

Abstract

Kelurahan Petamburan merupakan permukiman kota tak terencana, yang sejak awal pertumbuhannya sebagai kampung tradisional Betawi pedalaman, telah mengalami perubahan dan proses pemadatan yang terus menerus akibat perkembangan sektor komersil. Pemadatan tersebut menyebabkan keterbatasan ruang terbuka yang menimbulkan permasalahan spasial permukiman dan interaksi sosial masyarakat. Ruang terbuka publik di perkampungan memiliki fungsi dalam dimensi perilaku, ekonomi, dan budaya yang sangat penting bagi keberlanjutan komunitas dan permukiman berbasis sistem swadaya. Program Pengabdian kepada Masyarakat ini difokuskan pada satuan unit socio-spatial-control Rukun Warga 03, sebagai kawasan terpadat di Kelurahan Petamburan. Kepadatan permukiman yang tinggi berkorelasi dengan permasalahan pemanfaatan ruang yang belum optimal, kenyamanan ruang, estetika ruang, dan jati diri ruang, untuk mendukung kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi warga setempat secara maksimal. Oleh karenanya program ini bertujuan untuk memberdayakan warga setempat agar dapat berpartisipasi aktif atau berperan aktif dalam kegiatan program “placemaking”, untuk memberikan persepsi positif tentang identitas dan kebanggaan lokal, pemberdayaan lokal, place attachment, hubungan sosial dan kualitas hidup. Program Pengabdian kepada Masyarakat ini dilakukan dengan metoda Standard Placemaking dan Community Action Plan yang meliputi tahapan perencanaan untuk proyek percontohan secara partisipatif. Pada tahap perencanaan ini dilakukan pendampingan dalam bentuk Focus Group Discussion bersama masyarakat dan tokoh masyarakat setempat, untuk mengidentifikasi permasalahan, merumuskan prioritas program penataan ruang publik, mengembangkan alternatif rancangan, dan merencanakan realisasi proyek percontohan. Tahap realisasi proyek percontohan akan diselenggarakan pada program tahap selanjutnya. Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat ini telah berhasil memberdayakan masyarakat setempat untuk berperan aktif dalam proses penataan ruang terbuka publik permukimannya. Petamburan Village is an unplanned urban settlement, which since its development as an inland traditional Betawi village, has experienced changes and a continuous process of densification due to developments in the commercial sector. This densification causes limited open space which creates spatial problems of settlements and social interaction of the community. Public open spaces have a very important function for the sustainability of communities and settlements based on self-help systems. This Community Service Program was focused on the socio-spatial-control unit Rukun Warga 03, as the most densely populated area in Petamburan Village. High residential density correlates with problems of spatial use, comfort, aesthetics, and identity, to optimally support the social, cultural, and economic life of local residents. This program aimed to empower local residents to actively participate in the "placemaking" program, to provide a positive perception of local identity and pride, local empowerment, place attachment, social relations and quality of life. This Community Service Program has been carried out using the Standard Placemaking and Community Action Plan method which included participatory planning stages for a pilot project. At this planning stage, counseling, mentoring, and Focus Group Discussions have been carried out together with the local community, to identify problems, formulate priorities for public spatial planning programs, develop design alternatives, and plan the realization of pilot projects. This Community Service Program has succeeded in empowering local communities to play an active role in the process of planning and designing their settlement public spaces.
PENYULUHAN PENGENALAN KONSEP ECO–MASJID DI KITAKYUSHU ISLAMIC CULTURAL CENTER (KICC) JEPANG Minarti, Astari; Hartanti, Nurhikmah Budi; Cahyati, Sally; Notoprayitno, Maya Indrasti
JUARA: Jurnal Wahana Abdimas Sejahtera Volume 5, Nomor 2, Juli 2024
Publisher : Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/xb9nbc43

Abstract

Kitakyushu Islamic Cultural Center (KICC) adalah sebuah fasilitas yang berfungsi untuk melayani komunitas Muslim di Kota Kitakyushu, Jepang. Fasilitas ini menyediakan ruangan untuk beribadah, pertemuan komunitas, aktivitas pembelajaran dan pertukaran budaya. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini bertujuan agar komunitas Muslim lokal dan pendatang di Kota Kitakyushu dapat mengenal konsep eco-masjid dan kemudian menerapkan konsep tersebut dalam praktik sehari-hari di KICC sehingga dapat menjadi pelopor untuk menerapkan konsep eco-masjid di fasilitas-fasilitas masjid lainnya di negara Jepang. Sebelum waktu pelaksanaan, materi yang akan disampaikan dalam kegiatan PkM di Masjid Kota Kitakysuhu telah dipersiapkan dalam bentuk power point yang kemudian dicetak dalam ukuran A4.  Penyampaian materi dilakukan dengan konsep tutorial dan diskusi dengan penyuluh memperlihatkan lembar materi kepada para peserta PkM. Materi yang disiapkan terkait dengan pengenalan konsep eco-masjid kepada para peserta PkM. Kegiatan penyuluhan yang berupa pengenalan konsep eco-masjid ini dapat dianggap berhasil karena munculnya antusias dari para peserta untuk memberikan opini dan pemikiran terkait konsep eco-masjid ini selama proses diskusi, terutama peserta dari negara Malaysia dan warga Jepang itu sendiri. Konsep eco-masjid ini diakui oleh para peserta yaitu komunitas Muslim lokal dan pendatang sebagai konsep ramah lingkungan yang belum dilegitimasi secara aktual di negara Jepang. Para peserta mengharapkan konsep eco-masjid ini dapat serta merta menjadi praktik yang umum di negara Jepang dan negara peserta lainnya seperti Malaysia.