Article Per Year (5 Year)
p-Index From 2020 - 2025
0.408
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Klinik dan Riset Kesehatan
Putra, Christian
Unknown Affiliation
Biochemistry, Genetics & Molecular Biology Health Professions Medicine & Pharmacology Nursing Public Health

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Klinik dan Riset Kesehatan

 1 
Emfisema Subkutis Derajat 5 pada Pasien Rekuren Pneumotoraks Spontan Sekunder : Sebuah Laporan Kasus Dwikarlina, Intan; Wijaya, Rendy; Antariksa, Genta; Sari, Fitri; Putra, Christian
Jurnal Klinik dan Riset Kesehatan Vol 3 No 1 (2023): Edisi Oktober
Publisher : RSUD Dr. Saiful Anwar Province of East Java

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/jk-risk.03.1.8

Abstract

Pendahuluan: Emfisema subkutis merupakan kondisi terdapatnya udara di lapisan subkutan kulit. Emfisema subkutis terjadi melalui berbagai etiologi, salah satunya yakni akibat pecahnya alveoli yang menyebabkan infiltrasi udara diantara jaringan ikat pada kasus pasien dengan pneumotoraks spontan. Laporan Kasus: Pria usia 53 tahun datang dengan keluhan sesak nafas yang muncul tiba-tiba setelah pasien BAB. Keluhan sesak disertai pembengkakan luas pada seluruh tubuh dimulai dari area genitalia hingga seluruh wajah pasien. Pasien memiliki riwayat pneumotoraks spontan sekunder dan memiliki riwayat menderita tuberkulosis yang kambuh pada tahun 2021. Diskusi: Emfisema subkutis terjadi ketika udara masuk ke jaringan di bawah kulit dan jaringan lunak. Emfisema subkutis dapat diklasifikasikan menjadi lima tingkatan berdasarkan tingkat keparahannya. Pada laporan kasus ini, emfisema subkutis derajat 5 terjadi karena riwayat pneumotoraks pada paru kanan pasien. Pneumotoraks bisa bersifat traumatik atau spontan. Pneumotoraks spontan bisa dibagi menjadi primer (tanpa penyebab yang jelas) atau sekunder (terkait dengan penyakit paru). Pasien juga memiliki riwayat penyakit tuberkulosis dan sindrom obstruksi pasca tuberkulosis (SOPT). Penanganan pasien meliputi pemasangan chest tube, terapi oksigen, dan tindakan dekompresi udara subkutan. Kesimpulan: Pada laporan kasus ini, emfisema subkutis derajat 5 dengan riwayat infeksi tuberkulosis berespon baik terhadap pemasangan chest tube tergambar dengan penurunan derajat emfisema secara bertahap. Tenaga medis diperlukan untuk melakukan anamnesis dan pemeriksaan medis secara holistik dan komprehensif terkait faktor resiko penyebab emfisema subkutis derajat 5.
Emfisema Subkutis Derajat 5 pada Pasien Rekuren Pneumotoraks Spontan Sekunder : Sebuah Laporan Kasus Sari, Fitri; Dwikarlina, Intan; Wijaya, Rendy; Antariksa, Genta; Sarti, Fitri; Putra, Christian
Jurnal Klinik dan Riset Kesehatan Vol 3 No 1 (2023): Edisi Oktober
Publisher : RSUD Dr. Saiful Anwar Province of East Java

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/jk-risk.03.1.8

Abstract

Background: Subcutaneous emphysema is a condition where persistent air exists in the subcutaneous layer of the skin. Subcutaneous emphysema occurs through various etiologies, one of which is due to the rupture of the alveoli that cause air infiltration between the connective tissues in patients with spontaneous pneumothorax. Case Presentation: A 53-year-old man complained of shortness of breath that appeared suddenly after the patient defecated. Complaints of chest tightness accompanied by extensive swelling throughout the body starting from the patient’s genital to the entire patient's face. The patient had a history of secondary spontaneous pneumothorax and a history of suffering from tuberculosis recurrence in 2021. Discussion: Subcutaneous emphysema occurs when air enters the tissues under the skin and soft tissues. Subcutaneous emphysema can be classified into five grades based on its severity. In this case report, grade 5 subcutaneous emphysema occurred because of a patient's right lung history of pneumothorax. Pneumothorax can be traumatic or spontaneous. Spontaneous pneumothorax can be divided into primary (without a clear cause) or secondary (associated with lung disease). The patient also has a history of tuberculosis and post-tuberculosis obstructive syndrome (SOPT). Patient management includes chest tube placement, oxygen therapy, and subcutaneous air decompression measures. Conclusion: In this case report, a grade 5 subcutaneous emphysema with a history of tuberculosis infection responded well to chest tube insertion as illustrated by the gradual reduction in emphysema degrees. Medical personnel is needed to carry out a holistic and comprehensive history and medical examination regarding the risk factors for grade 5 subcutaneous emphysema.
Co-Authors Antariksa, Genta Dwikarlina, Intan Fitri Sari, Fitri Rendy Wijaya Sarti, Fitri