ABSTRAK Pendahuluan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara ventilasi ruang kerja dan penggunaan alat pelindung diri (APD) dengan gejala neurotoksik pada pengrajin kulit di Desa Manding, Kabupaten Bantul. Latar belakang dari studi ini berangkat dari kondisi lingkungan kerja pengrajin kulit yang masih minim penerapan keselamatan dan kesehatan kerja, padahal mereka terpapar bahan kimia berbahaya seperti pelarut organik dan logam berat yang dapat menimbulkan gangguan sistem saraf. Kurangnya ventilasi dan rendahnya penggunaan APD diduga berkontribusi terhadap tingginya kejadian gejala neurotoksik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara ventilasi ruang kerja dan penggunaan alat pelindung diri (APD) dengan gejala neurotoksik pada pengrajin kulit di Desa Manding, Kabupaten Bantul. Metode: Metode yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional. Sampel terdiri dari 92 pengrajin kulit yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan lembar observasi, kemudian dianalisis secara bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa 57,6% responden mengalami gejala neurotoksik. Sebanyak 40,2% responden bekerja di ruang dengan ventilasi yang kurang baik dan 78,3% tidak menggunakan APD. Uji bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara ventilasi ruang kerja (p < 0,05) dan penggunaan APD (p < 0,05) dengan gejala neurotoksik. Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ventilasi ruang kerja yang tidak memadai dan rendahnya penggunaan APD berhubungan signifikan dengan kejadian gejala neurotoksik. Oleh karena itu, diperlukan intervensi berupa edukasi keselamatan kerja, penyediaan APD yang sesuai, dan perbaikan sistem ventilasi untuk menurunkan risiko gangguan kesehatan akibat paparan bahan kimia. Kata kunci: Gejala Neurotoksik, Ventilasi Ruang Kerja, Alat Pelindung Diri, Pengrajin Kulit, Bahan Kimia ABSTRACT Background: The background of this study stems from the working environment of leather craftsmen, which still lacks adequate implementation of occupational health and safety measures. These workers are exposed to hazardous chemicals such as organic solvents and heavy metals that can cause nervous system disorders. Poor ventilation and low use of PPE are suspected to contribute to the high incidence of neurotoxic symptoms. Methods: The method used was an analytical observational study with a cross-sectional design. The sample consisted of 92 leather craftsmen selected using purposive sampling. Data were collected through questionnaires and observation sheets, then analyzed bivariately using the chi-square test. Results: The results showed that 57.6% of respondents experienced neurotoxic symptoms. A total of 40.2% of respondents worked in poorly ventilated spaces, and 78.3% did not use PPE. Bivariate analysis showed a significant relationship between workplace ventilation (p < 0.05) and the use of PPE (p < 0.05) with neurotoxic symptoms. Conclusion: The conclusion of this study is that inadequate workplace ventilation and low use of PPE are significantly associated with the occurrence of neurotoxic symptoms. Therefore, interventions such as occupational safety education, provision of appropriate PPE, and improvements in ventilation systems are necessary to reduce the risk of health problems due to chemical exposure. Keywords: Neurotoxic symptoms, Workplace ventilation, Personal protective equipment (PPE), Leather craftsmen, Chemical substances