Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Jurnal Kreativitas PKM

Analisis Asuhan Keperawatan melalui Intervensi Terapi Penggunaan Polyurethane Foam sebagai Secondary Dressing pada Fase Proliferasi pada Ny. M dan Ny. S dengan Pressure Injury di Wocare Center Bogor Kirani, Della Chintya; Naziyah, Naziyah; Bahri, Khairul
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 7, No 5 (2024): Volume 7 No 5 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v7i5.13676

Abstract

ABSTRAK Pressure injury atau yang kita kenal dengan ulkus dekubitus adalah luka terbuka pada kulit yang disebabkan adanya tekanan berkepanjangan dalam jangka waktu panjang di area tertentu. Selain tekanan, ulkus dekubitus juga dapat terjadi akibat gaya gesek dan peregangan kulit, biasanya pada bagian tubuh dengan tonjolan tulang. Bagian tubuh yang berisiko tinggi adalah tulang ekor, tumit, dan pinggang. Masalah keperawatan utama yang di tentukan pada saat pengkajian terhadap Ny. M dan Ny. S adalah gangguan integritas kulit/jaringan yang dibuktikan dengan adanya data subjektif dan objektif pada gejala dan tanda mayor berupa ulkus decubitus. Salah satu balutan yang biasa digunakan pada pasien dengan ulkus dekubitus yaitu polyurethane foam. Polyurethane foam terbuat dari polyurethane semipermeabel, polyurethane foam dreesing mengandung larutan polimer berbusa dengan sel kecil terbuka yang dapat menampung cairan. Menganalisis asuhan keperawatan dengan terapi penggunaan polyurethane foam sebagai secondary dressing pada fase proliferasi pada Ny. M dan Ny. S dengan ulkus dekubitus di Wocare Center Bogor. Intervensi perawatan luka yang diberikan pada kasus Ny. M dengan IME manajemen dan Ny. S dengan TIME manajemen. Pada Ny. M dan Ny. S melakukan perawatan luka 3 hari sekali dengan konsep moist wound healing. Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. M didapatkan prediksi sembuh 6 minggu apabila tidak ada faktor penghambat penyembuhan luka, begitu pula dengan Ny.  S didapatkan prediksi sembuh 6 minggu apabila tidak ada faktor penghambat penyembuhan luka. Waktu tersebut dianggap optimal dalam menjaga kelembapan luka sehingga luka tidak terlalu kering maupun terlalu basah. Berdasarkan case study yang telah dilakukan penulis menyimpulkan bahwa polyuretahne foam mampu membantu proses penyembuhan luka pada fase proliferasi dan dapat mengontrol wound exsudate. Kata Kunci: Polyurethane Foam, Fase Proliferasi, Pressure Injury, Ulkus Dekubitus  ABSTRACT Pressure injury, also known as a decubitus ulcer, is an open wound on the skin caused by prolonged pressure in a certain area. Apart from pressure, decubitus ulcers can also occur due to frictional forces and skin stretching, usually on parts of the body with bony prominences. High-risk body parts are the tailbone, heels, and waist. The main nursing problem determined at the time of assessment of Mrs. M and Mrs. S was impaired skin / tissue integrity as evidenced by subjective and objective data on major symptoms and signs in the form of decubitus ulcers. One of the dressings commonly used in patients with decubitus ulcers is polyurethane foam. Polyurethane foam is made of semipermeable polyurethane, polyurethane foam dreesing contains a foamed polymer solution with small open cells that can hold liquid. Analyzing nursing care with therapy using polyurethane foam as a secondary dressing in the proliferation phase in Mrs. M and Mrs. S with decubitus ulcers at Wocare Center Bogor. Wound care interventions provided in the case of Mrs. M with IME management and Mrs. S with TIME management. Mrs. M and Mrs. S performed wound care once every 3 days with the concept of moist wound healing. From the results of the assessment carried out on Mrs. M, it was found that the prediction of recovery was 6 weeks if there were no factors inhibiting wound healing, as well as Mrs. S obtained a prediction of recovery of 6 weeks if there were no factors inhibiting wound healing. This time is considered optimal in maintaining wound moisture so that the wound is neither too dry nor too wet. Based on the case study that has been done, the author concludes that polyuretahne foam can help the wound healing process in the proliferation phase and can control wound exsudate. Keywords: Polyurethane Foam, Proliferative Phase, Pressure Injury, Decubitus Ulcer
Analisis Asuhan Keperawatan melalui Intervensi Polyurethane Foam sebagai Absorbent pada Tn.H dan Ny.N dengan Ulkus Kaki Diabetikum di Wocare Center Kota Bogor Fatimatuzahro, Siti; Naziyah, Naziyah; Bahri, Khairul
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 7, No 4 (2024): Volume 7 No 4 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v7i4.13707

Abstract

ABSTRAK Penyebab utama terjadinya kelonjakan angka penderita diabetes mellitus dengan komplikasi Ulkus Kaki Diabetikum karena ketidaktahuan pasien dan keluarga mengenai manajemen diet dan perawatan kaki pada klien. Luka diabetes haru bersifat moist untuk mengontrol pertumbuhan jaringan pada luka. polyurethane foam yang memiliki fungsi untuk menyerap eksudat dari sedang sampai sangat banyak. Fungsi lain dari foam adalah mengurangi tekanan pada luka kronis, mengatasi hipergranulasi dan membantu melindungi luka dari trauma. Penelitian ini bertujuan Menganalisis masalah keperawatan utama dan mengevaluasi proses keperawatan perkembangan luka pada klien Tn. H Dan Ny. N dengan Winners Scale Score dengan diagnosa medis Ulkus Diabetikum penggunaan Polyurethane Foam Center Kota Bogor. Didapatkan hasil setelah 2 kali petemuan Tn.H dan Ny.N. Hasil Tn.H terdapat perkembangan luka membaik dengan penurunan winner score kunjungan pertama dan kedua 44 menjadi 43 dan penggunaan polyurathene foam sebagai absorbent terdapat eksudat pada luka yang terserap ke polyurethane foamnya dengan jumlah banyak dan tidak adanya maserasi pada luka.  Dilihat dari hasil Ny. N dilihat dari hasil winner scale terdapat perubahan pada kunjungan pertama dan kedua diatas warna sekitar luka putih pucat menjadi pink, dan jaringan granulasinya score 3 50% menjadi 2 100% terdapat perkembangan luka membaik dengan penurunan winner score kunjungan pertama dan kedua 26 menjadi 23. Dapat di simpulkan bahwa polyurethen foam mampu mengubah perkembangan luka sedikit demi sedikit dengan mengontrol dan menyerap eksudat. Kata Kunci: Ulkus Diabetikum, Polyurethen Foam  ABSTRACT The main cause of thel increase in thel numbelr of patielnts with diabetels melllitus complicateld by diabeltic foot ulcelrs is duel to thel ignorancel of patielnts and familiels relgarding dieltary managelmelnt and foot carel in clielnts. Diabeltic wounds must bel moist to control tissuel growth in thel wound. polyurelthanel foam which has a function to absorb elxudatel from modelratel to velry much. Anothelr function of foam is to relducel prelssurel in chronic wounds, ovelrcomel hypelrgranulation and hellp protelct wounds from trauma. This study aims to analyzel thel main nursing problelms and elvaluatel thel nursing procelss of wound delvellopmelnt in clielnts Mr.H and Mrs.N with Winnelrs. Mr.H and Mrs.N with Winnelrs Scalel Scorel with a meldical diagnosis of Diabeltic Ulcelrs using Polyurelthanel Foam Celntelr Bogor City. Thel relsults obtaineld aftelr 2 meleltings of Mr.H and Mrs.N. Mr.H's results showeld an improvelmelnt in wound delvellopmelnt with a decrease in the winner score of the first and second visits from 44 to 43 and thel usel of polyurathelnel foam as an absorbelnt, thelrel was elxudatel in thel wound that was absorbeld into thel polyurelthanel foam in largel quantitiels and thelrel was no macelration in thel wound.  Judging from thel relsults of Mrs.N seleln from thel relsults of thel winnelr scalel thelrel welrel changels at thel first and selcond visits abovel thel color around thel palel whitel wound to pink, and thel granulation tissuel scorel 3 50% to 2 100% thelrel was an improveld wound delvellopmelnt with a delcrelase in thel winnelr scorel of thel first and selcond visits 26 to 23. It can bel concludeld that polyureltheln foam is ablel to changel wound delvellopmelnt little by little by controlling and absorbing elxudatels. Keywords: Ulkus Diabetikum, Polyurethen Foam
Analisis Asuhan Keperawatan melalui Intervensi Penggunaan Silver Calsium Alginate sebagai Primery Dressing pada Fase Poliferasi Pada Ny. N dan Tn. D Dengan Diagnosamedisulkusdiabetikum di Wocare Center Kota Bogor Kusumawati, Dewi Fatimah; Naziyah, Naziyah; Bahri, Khairul
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 7, No 5 (2024): Volume 7 No 5 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v7i5.13680

Abstract

ABSTRAK Ulkus diabetikum merujuk pada luka yang timbul sebagai komplikasi mikroangiopati dan makroangiopati pada seseorang dengan diabetes mellitus (DM). Saat dilakukan pengkajian terhadap Ny. N dan Tn. D, permasalahan keperawatan utama yang teridentifikasi adalah gangguan integritas kulit dan jaringan, yang termanifestasi melalui gejala serta tanda utama yakni ulkus diabetikum pada kaki pasien. Kedua pasien menggunakan balutan serupa, yaitu silver calcium alginate, yang merupakan balutan utama untuk mendukung fase proliferasi penyembuhan luka. Calcium Alginate adalah polisakarida alami yang umumnya ditemukan dalam dinding sel alga coklat, digunakan untuk regenerasi kulit dan mempercepat proses penyembuhan luka. Penggunaan alginate sebagai secondary dressing bertujuan melindungi dan menutupi luka, dengan harapan dapat mempercepat proses penyembuhan. Analisis asuhan keperawatan melalui intervensi penggunaan Silver Calcium Alginate pada fase proliferasi Ny. N dan Tn. D dengan diagnosa ulkus diabetikum di Wocare Center Bogor menunjukkan bahwa balutan Silver Calcium Alginate yang diterapkan sebagai balutan utama setiap tiga hari sekali efektif dalam mendukung proses penyembuhan ulkus diabetikum. Pada Ny. N, proses penyembuhan luka sesuai dengan estimasi waktu yang ditentukan, yaitu 5,7 minggu (dibulatkan menjadi 6 minggu). Sementara itu, pada Tn. D, penyembuhan luka sesuai dengan estimasi waktu yang ditetapkan, yaitu 6 minggu. Perawatan akan terus dilanjutkan, dan sudah terlihat kemajuan dalam proses penyembuhan luka dengan menggunakan balutan Silver Calcium Alginate, termanifestasi melalui penurunan luas luka, penurunan jumlah eksudat, dan kemajuan jaringan epitelisasi. Dari studi kasus ini, dapat disimpulkan bahwa calcium alginate dapat efektif membantu proses penyembuhan luka pada fase proliferasi, dengan penurunan jumlah eksudat yang lebih cepat. Penting untuk mencatat bahwa penyembuhan luka juga memerlukan kontrol gula darah yang baik dan asupan nutrisi yang memadai agar proses penyembuhan berjalan maksimal. Kata Kunci: Ulkus Diabetikum, Silver Calsium Alginate, Fase Poliferasi    ABSTRACT Diabetic ulcers refer to wounds that arise as a complication of microangiopathy and macroangiopathy in individuals with diabetes mellitus (DM). When an investigation was carried out on Mrs. N and Mr. D, the main nursing problem identified is impaired skin and tissue integrity, which is manifested through the main symptoms and signs in the form of diabetic ulcers on the patient's feet. Both patients used a similar dressing, namely silver calcium alginate, as the main dressing to support the proliferative phase of wound healing. Calcium Alginate is a natural polysaccharide generally found in the cell walls of brown algae, used to regenerate skin and speed up the wound healing process. The use of alginate as a secondary dressing aims to protect and cover wounds, in the hope of speeding up the healing process. Analysis of nursing care through intervention using Silver Calcium Alginate in the proliferation phase of Mrs. N and Mr. D with a diagnosis of diabetic ulcers at the Wocare Center Bogor shows that the Silver Calcium Alginate dressing applied as the main dressing once every three days is effective in supporting the healing process of diabetic ulcers. To Mrs. N, the wound healing process corresponds to the estimated time specified, namely 5.7 weeks (rounded to 6 weeks). Meanwhile, Mr. D, wound healing according to the estimated time specified, namely 6 weeks. Treatment will continue, and progress has been seen in the wound healing process using the Silver Calcium Alginate dressing, manifested by a decrease in wound area, a decrease in the amount of exudate, and progress in tissue epithelization. From this case study, it can be concluded that calcium alginate can effectively help the wound healing process in the proliferation phase, by reducing the amount of exudate more quickly. It is important to note that wound healing also requires good blood sugar control and adequate nutritional intake so that the healing process runs optimally. Keywords: Diabetic Ulcer, Silver Calcium Alginate, Proliferation Phase
Analisis Asuhan Keperawatan melalui Penggunaan Teknik Conservative Sharp Wound Debridement (CSWD) pada Tn. H dan Ny. S dengan Diagnosa Diabetic Foot Ulcer di Wocare Center Kota Bogor Salsabila, Salsabila; Naziyah, Naziyah; Bahri, Khairul
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 7, No 4 (2024): Volume 7 No 4 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v7i4.13701

Abstract

ABSTRAK Risiko seumur hidup pasien diabetes untuk mengalami luka bisa mencapai 30%, dan hingga 85% dari semua amputasi anggota tubuh bagian bawah pada diabetes didahului oleh luka kaki. Hingga 50% pasien lanjut usia dengan diabetes tipe 2 memiliki faktor risiko masalah kaki. Penanganan yang tepat pada luka diabetik merupakan hal yang penting agar komplikasi lebih lanjut tidak terjadi. Perawatan luka modern dengan menggunakan prinsip TIMERS Management dan 3M sebagai implementasi menjadi pilihan perawatan terbaik saat ini. Conservative Sharp Wound Debridement (CSWD) merupakan pilihan debridemen yang efektif dalam proses penyembuhan luka. Tujuan penelitian untuk menganalisa hasil dari perawatan luka modern dengan penggunaan teknik CSWD sebagai debridemen. Metode penelitian menggunakan wawancara dan observasi. Sampel yang digunakan adalah 2 klien Tn. H dan Ny. S dengan menggunakan Instrumen pengkajian luka Bates-Jensen Wound Assesment Tools (BWAT). Hasil dari penelitian ini adalah penggunaan CSWD dalam debridemen efektif membantu dalam proses penyembuhan luka, Kesimpulan pada penelitian ini penggunaan teknik CSWD efektif dalam mengurangi jaringan nekrotik dan mampu membantu proses penyembuhan luka. Kata Kunci: CSWD, Diabetic Foot Ulcer, Debridement  ABSTRACT The lifetime risk of diabetic patients suffering from injuries can reach 30%, and up to 85% of all lower limb amputations in diabetes are preceded by leg injuries. Up to 50% of elderly patients with type 2 diabetes have a risk factor for foot problems. Proper treatment of the diabetic wound is essential to prevent further complications. Modern wound care using TIMERS management principles and 3M as implementation is the best treatment option today. Conservative Sharp Wound Debridement (CSWD) is an effective debridement option in wound healing. The purpose of the research is to analyze the results of modern wound treatment with the use of CSWD techniques as a debridement. Research methods include interviews and observations. The samples used were two clients, Mr. H and Mrs. S, using the Bates-Jensen Wound Assessment Tools (BWAT). The result of this study is that the use of CSWD in debridemen effectively helps in the wound healing process. The conclusion of this study is that using the CSWD technique effectively reduces necrotic tissue and is able to help in the wound recovery process. Keywords: CSWD, Diabetic Foot Ulcer, Debridement
Analisis Asuhan Keperawatan melalui Intervensi Penggunaan Hocl sebagai Cairan Pencuci Lukaterhadap Wound Infection Continuum Pada Ny. S dan Ny. N dengan Diagnosamedisluka Kaki Diabetik di Wocare Center Bogor Ramdhiani, Suci; Naziyah, Naziyah; Bahri, Khairul
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 7, No 4 (2024): Volume 7 No 4 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v7i4.13678

Abstract

ABSTRAK Komplikasi dari diabetes melitus adalah luka kaki yang ditandai dengan munculnya luka di kaki yang disertai dengan cairan berbau. Luka kaki adalah sumber utama morbiditas yang dapat dicegah  pada orang dengan diabetes. Resiko dari luka kaki yaitu penurunan fungsional, Infeksi, amputasi ekstremitas bawah, dan kematian. Teknik perawatan luka modern dengan prinsip mempertahankan dan menjaga agar lingkungan sekitar luka tetap lembab guna memperbaiki proses penyembuhan luka, mempertahankan kehilangan cairan dan jaringan, serta kematian sel dengan penggunaan HOCL sebagai cairan pencuci luka terhadap Wound Infection Continuum pada luka kaki diabetik di Wocare Center Bogor. Dengan tujuan menganalisis Asuhan Keperawatan melalui intervensi penggunaan HOCL sebagai cairan pencuci luka terhadap  Wound Infection Continuum  pada ny. s dan ny. n dengan diagnosa medis luka kaki diabetik di wocare center Bogor. tindakan keperawatan dimulai pada tanggal 21 Desember 2023 s/d 29 Desember 2023 di Wocare Center Bogor. Implementasi yang dilakukan perawatan luka modern dengan tituik fokus pencucian luka menggunakan HOCL yang dihasilkan HOCL digunakan pada NY. S dan Ny. N selama 3 kali kunjungan dengan frekuensi 3 kali sehari perawatan dalam 1 minggu, kefektifan HOCL dapat dilihat berdasarkan evaluasi penggunaan lembar observasi WIFI dan IWGDF pada kedua pasien dengan hasil terdapat penurunan tingkat infeksi yang ditandai dengan dari kunjungan petama  terjadi penurunan hasil tipe dan jumlah eksudat hingga kunjungan ketiga. Diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan, menambah wawasan pengetahuan, dan sumber informasi, sehingga dapat dijadikan motifasi dalamproses penyembuhan luka, dengan menjaga kondisi kadar gula darah dalam batas normal didalam tubuh. Kata Kunci: Luka Kaki Diabetik, HOCL, Diabetes Melitus, Wound Infection Continuum .  ABSTRACT A complication of diabetes mellitus is a foot wound characterized by the appearance of a wound on the foot accompanied by an odorous discharge. Foot wounds are a major source of preventable morbidity in people with diabetes. The risks of foot wounds are functional reduction, infection, lower limb amputation, and death. Modern wound care techniques with the principle of maintaining and keeping the environment around the wound moist to improve the wound healing process, maintain fluid and tissue loss, and cell death with the use of HOCL as a wound washing fluid against biofilm in diabetic foot wounds at Wocare Center Bogor. Analyze nursing care through the intervention of using hypochlorous acid (HOCL) as a wound washer fluid against biofilm on Ms. s and Ms. n with a medical diagnosis of diabetic foot wound at wocare center Bogor. Implementation: nursing actions started on December 21, 2023 to December 29, 2023 at Wocare Center Bogor. Implementation of modern wound care with a focus on wound washing using HOCL. HOCL was used on Ms. S and Ms. N for 3 visits with a frequency of 3 times a day treatment in 1 week, the effectiveness of HOCL can be seen based on the evaluation of the use of observation sheets in both patients who experienced a decrease in scores, which showed a decrease in biofilm, thinning bofilm thickness, decreasing slough, growth of granulation tissue and epithelialization. In order to improve and accelerate wound healing, it is necessary to improve blood sugar control and nutrition. Keywords: Diabetic Foot Wounds, HOCL, Diabetes Melitus