Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Luka Indonesia

BASIS BUKTI PENYEMBUHAN LUKA: IMPLEMENTASI DALAM PRAKTIK KLINIK Suriadi, Suriadi
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 2 Juni 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.12

Abstract

Tim luka di Pontianak telah memfokuskan pada pengembangan pada pelayanan manajemen luka dan penelitian. Fokus pada kegiatan tersebut adalah pada manajemen luka diabetik. Salah satu yang paling umum adalah ulkus kaki dan infeksi, yang sering mengakibatkan amputasi tungkai bawah, dan yang memiliki prevalensi 4-10% di antara orang dengan diabetes. Tim kami melakukan penelitian menggunakan beberapa teknologi baru dalam manajemen luka seperti vibrator, veno plus dan lainnya. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa terapi getaran mempercepat penyembuhan ulkus kaki diabetik dalam hal tingkat penyembuhan, skor penyembuhan, luka area penutupan, dan ditinggikan tingkat NO (nitric oxide). Terapi vibration, sebagai tambahan untuk perawatan luka standar, secara signifikan meningkatkan penyembuhan luka kaki diabetis. Penutupan area luka yang diukur dengan persentase penurunan relatif di daerah luka menunjukkan kelompok intervensi lebih cepat persentase penutupan 3.79% /hari (95% confidence interval antara 1.79% /hari sampai dengan 12.50% /hari) dibandingkan dengan kelompok kontrol 3.03% / hari (95% confidence interval antara -0.01% /hari sampai 7.69% /hari) perbedaan yang signifikan ditandai dengan p = 0.032. hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi getaran luka dapat meningkatkan penyembuhan luka pasien diabetes, dapat diamati melalui penurunan waktu rawat inap yang secara signifikan berbeda dibandingkan dengan kelompok kontrol. Tim kami telah menciptakan sebuah alat penilaian baru untuk mengevaluasi kemajuan penyembuhan luka. Alat penilaian dikenal sebagai MUNGS. Alat MUNGS (maserasi, merusak / tunneling, nekrotik, granulasi dan tanda-tanda atau gejala) dikembangkan berdasarkan pengamatan klinis penulis 'dari penderita luka diabetes di Indonesia. Alat ini telah dilakukan uji reabilitas dan hasilnya menunjukkan bahwa reliabilitas antar penilai dari alat MUNGS lebih tinggi dibandingkan dengan (instrumen foto luka atau PAWT(photograph assessment wound tool) antara kedua kelompok penilai (perawat perawatan luka dan mahasiswa) dengan koefisien Cohen kappa adalah 0.80. Dalam studi validitas, MUNGS, total 75 pasien dimasukkan dalam analisis. Sebuah cut off point pada skor 4 alat MUNGS memiliki sensitivitas 84.91, spesifisitas 81.82, nilai prediksi positif 91.8, dan nilai prediksi negatif 69.2. Area di bawah kurva adalah 0.886 (95% CI, 0.792-0.948), dan rasio kemungkinan adalah 4.6. MUNGS adalah suatu alat pengakajian luka yang reliable dan valid dapat digunakan di tatanan klinik untuk pengkajian luka pada pada pasien diabetes.
RELATIONSHIP BETWEEN MACERATION AND WOUND HEALING ON DIABETIC FOOT ULCERS IN INDONESIA: A PROSPECTIVE STUDY Haryanto, Haryanto; Arisandi, Defa; Suriadi, Suriadi; Ogai, Kazuhiro; Sanada, Hiromi; Okuwa, Mayumi; Sugama, Junko
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 2 Juni 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.24

Abstract

Background: Maceration results in enhancement of the wound area and infection. This condition is caused by a breakdown of the skin resulting in an open wound so that the wound area is enhanced and contaminated by microorganisms. Consequently, wound healing is delayed and quality of life is negatively affected. The prevention of maceration is important, and exudate management offers a way to prevent maceration. Exudate management can reduce the healing time, exudate, and frequency of dressing changes, and improve patient quality of life. Aims: The aim of this study was to clarify the relationship between maceration and wound healing. Methods: A prospective longitudinal design was used in this study. The wound condition determined the type of dressings used and the dressing change frequency. A total of 62 participants with diabetic foot ulcers (70 wounds) were divided two groups: non-macerated (n = 52) and macerated wounds (n = 18). Each group was evaluated weekly using the Bates?Jensen Wound Assessment Tool with follow-ups until week 4. Results: The Mann?Whitney U test showed that the changes in the wound area in week 1 were faster in the non-macerated group than the macerated group (P = 0.02). The Pearson correlation analysis showed a moderate correlation between maceration and wound healing from enrolment until week 4 (P = 0.002). After week 4, the Kaplan?Meier analysis showed that the non-macerated wounds healed significantly faster than the macerated wounds (log-rank test = 19.378, P = 0.000). The Cox regression analysis confirmed that maceration was significant and independent predictor of wound healing in this study (adjusted hazard ratio, 0.324; 95% CI, 0.131?0.799; P = 0.014). Conclusion: The results of this study demonstrated that there is a relationship between maceration and wound healing. Changes in the wound area can help predict the healing of wounds with maceration in clinical settings. Keywords: Wound maceration; wound healing, diabetic foot ulcers.