Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Laporan Kasus Seri: Pemeriksaan Dermoskopi pada Kasus Eritroderma Psoriasis Nyoman Suryawati; IGAA Praharsini
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol. 30 No. 2 (2018): AGUSTUS
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (644.267 KB) | DOI: 10.20473/bikk.V30.2.2018.111-116

Abstract

Latar Belakang: Eritroderma merupakan suatu reaksi pada kulit ditandai eritema dan skuama generalisata. Penyakit yang mendasari eritrodema dapat ditelusuri melalui pemeriksaan histopatologis bila dilakukan biopsi multipel. Dermoskopi dilaporkan berguna sebagai alat diagnostik karena dapat menunjukkan pola reaksi yang spesifik. Tujuan: Melaporkan pemeriksaan dermoskopi sebagai alat bantu diagnostik pada kasus eritroderma psoriasis. Kasus: Kasus 1. Laki-laki, 38 tahun, suku Bali dengan eritroderma dan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Pemeriksaan dermoskopi didapatkan pembuluh darah kapiler berbentuk titik dan glomerular dengan dasar eritema dan skuama putih. Pasien mendapat metil prednisolon 3x8 mg, sefoperason sulbaktam 2x1 gram, kotrimoksasol 2x960 mg, azitromisin 1x500 mg, flukonasol 150 mg, nistatin 4x100.000 IU, klortrimeton 3x4 mg, oleum olivarum pada kulit yang bersisik, dan krim kloramfenikol 2% pada ulkus di genetalia. Kasus 2. Perempuan, 46 tahun, suku Sumba dengan eritroderma. Pemeriksaan dermoskopi didapatkan pembuluh darah kapiler berbentuk titik dengan dasar eritema dan skuama putih. Hasil pemeriksaan histopatologis kedua kasus sesuai psoriasis vulgaris. Pasien mendapat metil prednisolon 2x8 mg, cetirizin 1x10 mg, oleum olivarum pada kulit yang bersisik, dan krim natrium fusidat 2% pada ulkus di ujung jari. Simpulan: Pola monomorf dengan skuama putih dan pembuluh darah berbentuk dotted/glomerular dengan latar belakang merah homogen merupakan pola khas dermoskopi untuk eritroderma psoriasis. Hasil dermoskopi pada kedua kasus didukung oleh pemeriksaan histopatologis. Pemeriksaan dermoskopi dapat digunakan sebagai alat bantu diagnostik kasus eritroderma psoriasis.
Alasan dan Motivasi Penghilangan Tato dengan Laser Q-Switch Nd-Yag, Teknik Kombinasi Laser: Kasus Seri Igusti Ayu Praharsini; IGAA Elis Indira
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol. 31 No. 2 (2019): AGUSTUS
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.967 KB) | DOI: 10.20473/bikk.V31.2.2019.159-164

Abstract

Latar Belakang: Tato merupakan seni dekorasi tubuh yang banyak digunakan dan sebaliknya banyak juga yang berkeinginan untuk menghilangkannya dengan berbagai alasan. Ada beberapa modalitas terapi menghilangkan tato. Laser Q-Switch (QS) merupakan prosedur standar baku untuk menghilangkan tato. Respon terapi menghilangkan tato dengan laser merupakan masalah dalam penatalaksanaanya, karena respon terapinya yang tidak dapat diprediksi. Tujuan: Untuk mengetahui alasan dan motivasi pasien menghilangkan tato dan respon terapi menggunakan laser. Kasus: Kasus 1, 2, dan 3 memiliki tato dekoratif warna hitam dengan lokasi punggung dan tangan yang dikerjakan oleh seorang tato amatir (kasus 1 dan 3) serta tato profesional pada kasus 2. Pada pasien ini dilakukan penghilangan tato menggunakan laser QS neodymium-doped yttrium aluminium garnet (Nd:YAG)  1064 nm, jumlah penyinaran 2-6 sesi dengan interval 4-6 minggu. Teknik kombinasi laser fractional Erbium-YAG 2940 nm, diikuti dengan laser QS Nd:YAG  1064 nm dilakukan pada kasus 3. Respon terapi kasus 1 dan 3 menunjukkan gambar tato memudar, sedangkan kasus 2 menunjukkan gambar tato sedikit memudar. Pembahasan: Tato dekoratif berwarna hitam dan  tato amatir memerlukan jumlah sesi penyinaran lebih sedikit, rata-rata 4-10 sesi penyinaran. Teknik kombinasi laser merupakan inovasi baru untuk  mempersingkat sesi penyinaran dengan hasil terapi yang maksimal. Simpulan: Untuk menghilangkan tato dengan laser diperlukan penilaian berbagai faktor yang berperan, sehingga hasil terapi dapat memberikan  kepuasan pada pasien.
Effect of 8% Purple Sweet Potato Extract Cream on Wrinkle Reduction, Skin Moisture, and Elasticity Laksmi, I Gusti Ayu Agung Mini; Praharsini, I Gusti Ayu Agung; Karmila, I Gusti Ayu Agung Dwi; Rusyati, Luh Made Mas; Suryawati, Nyoman; Winaya, Ketut Kwartantaya
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol. 37 No. 1 (2025): APRIL
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/bikk.V37.1.2025.1-8

Abstract

Background: Purple sweet potato has been shown to contain anthocyanins, polyphenols, flavonoids, and tannins that act as antioxidants and have the potential to correct signs of aging in the skin, such as wrinkles, lack of hydration, and pigmentation. Purpose: to known the potential of 8% purple sweet potato extract for wrinkles, moisture, and elasticity. Methods: A one-group experimental study with pre and post-test assessment. The subject is women with photoaging aged 30-45 years. A pre-test was conducted by examining wrinkles using the Glogau scale and a simple A-one scanner, treatment with 8% purple sweet potato extract cream for 6 weeks, and then a post-test at the end of the 6th week to check wrinkles, moisture, and elasticity using a simple A-one scan. Statistical tests using the SPSS program, version 25.0. The analysis performed was descriptive statistical and comparative analysis using a paired T test.  Result: A total of 25 respondents with a mean age ± SD of 38.22 ± 4.23 years, the most Glogau scale in type 2 is 22 respondents (88%), the most sun exposure for 30 minutes per day is 14 respondents (56%). The degree of wrinkles decreased after treatment -4.960±1.353 [95% CI -7.681-(-2.239); P=0.001]. The degree of moisture increased after treatment 8.840±2.990% (95% CI 2.829-14.851; P=0.005. The degree of elasticity increased after treatment 14.840±4.623 (95% CI 5.544-24.136; P=0.002). Conclusion: 8% purple sweet potato extract can reduce the degree of wrinkles, improve the degree of skin moisture, and improve the degree of skin elasticity.
Characteristic of Herpes Zoster in the Elderly at Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah General Hospital: An Epidemiologic Study Hosea, Felicia Emiliana; Praharsini, I Gusti Ayu Agung
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol. 37 No. 2 (2025): AUGUST
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/bikkk.V37.2.2025.84-89

Abstract

Background: Herpes zoster is a disease caused by the reactivation of the latent varicella zoster virus. Herpes zoster is the most common infection found in the elderly population. Epidemiologic data on herpes zoster infection among the elderly population in Bali remain limited. Purpose: The purpose of this study is to evaluate the characteristics of herpes zoster infection in elderly patients in order to provide clinical decision-making related to the management and prevention of herpes zoster in the elderly. Methods: This study uses a retrospective descriptive and gets its information from the medical records of herpes zoster patients at the Dermatovenereology Polyclinic at Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah General Hospital from January 2019 to June 2022. The study population consisted of patients aged 60 years or older who were diagnosed with herpes zoster and received treatment at the polyclinic during the study period. Result: This study found that 33 elderly patients were diagnosed with herpes zoster. The age group 60-69 years found the most herpes zoster, with 18 (54.6%) patients and 17 (51.5%) male patients. The elderly patients had more comorbidities, which are 22 (66.7%) patients, with the majority having cancer, 7 of 22 patients (31.8%). The thoracic dermatome affected 13 patients (39.4%), multidermatome involvement affected 16 patients (48.4%), and post-herpetic neuralgia affected 22 patients (66.7%). Conclusion: This study found that elderly herpes zoster patients were mostly in the age group of 60-69 years, had cancer comorbidities, and involved multidermatomes.
Co-Authors Agiel Fahlevie Choirunanda Anak Agung Gde Putra Wiraguna Anak Agung Gde Putra Wiraguna Anak Agung Gde Putra Wiraguna Anak Agung Indah Jayanthi Batan, Putu Nila Wardhani Cita Rosita Sigit Prakoeswa Daarshawnee Segar Darmaputra, I Gusti Nyoman Devi, Putu Akopita Elice Wijaya Febrina D Pratiwi Hasri Dewi Henny Wijaya Hosea, Felicia Emiliana I Dewa Made Rendy Sanjaya I Gde Nengah Adhilaksman I Gde Nengah Adhilaksman Sunyamurti Wirawan I Gede Raditya Narayana I Gusti Ayu Agung Dwi Karmila I Gusti Ayu Agung Elis Indira I Gusti Nyoman Darmaputra I Komang Arimbawa IGNA Wisnu Kresnan Dana Indira, I Gusti Ayu Agung Elis Jihan Prani Wibowo Ketut Kwartantaya Winaya Khathreen, Corry Laksmi, I Gusti Ayu Agung Mini Luh Gede Melia Puspita Sari Luh Made Mas Rusyati Luh Putu Sustiana Kartika Sari Made Wardhana Martalova AJ, Adelia Marvin Giantoro Muhammad Hidayatullah Syukri Ni Kadek Setyawati, Ni Kadek Ni Kadek Yunita Arsita Dewi Ni Luh Putu Ratih Vibriyanti Karna Ni Made Adi Tarini Ni Made Dwi Puspawati Ni Nengah Dwi Fatmawati Ni Wayan Evita Pradnya Dharmesti Nyoman Suryawati Nyoman Yoga Maya Pramita Nyoman Yoga Maya Pramita Pramita, I Gusti Ayu Sattwika Prima Saraswati Sanjiwani Sudarsa Putu Nanda Tediantini Putu Nila Wardhani Batan Putu Nila Wardhani Batan Putu Raisha Vishkariana Dewi Ratih Purnamasari Nukana Ricky Fernando Maharis Rikcy Fernando Maharis Riyana Noor Oktaviyanti Salonika Sutiawan, Indry Setyono, Alfred Stefani Nurhadi Tiara Evangelista Triatmakusuma, Yogi Wicaksono, Rafael Lilik Winaya, Ketut Kwartantaya Wisnu Triadi Nugroho