Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Public Sphere: Jurnal Sosial Politik, Pemerintahan dan Hukum

Analisis Perilaku Komunikasi Narsistik pada Pemain Gim Mobile Legends Profesional di Kota Bekasi Aufar, Kevatama Bent; Hidayanto, Syahrul
Public Sphere: Jurnal Sosial Politik, Pemerintahan dan Hukum Vol 4, No 2 (2025): JPS (Jurnal Sosial Politik, Pemerintahan dan Hukum)
Publisher : CV Widina Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59818/jps.v4i2.1723

Abstract

This research aims to understand narcissistic communication behavior in professional Mobile Legends game players in Bekasi City. Narcissism is often found in people who over-glorify things that some think are normal. Apart from being often found in artists, this phenomenon can also be seen in professional gamers just starting their careers. In Indonesia, there are many professional gamers, but the main topic of conversation in the gaming industry is Mobile Legends gamers. Researchers used a qualitative research approach with data collection techniques: observation, interviews, and documentation. Based on the results of research data processing, narcissistic communication behavior was found in LVo team members. Symptoms of narcissistic communication behavior include showing off one's skills to the opposing team, praising one's greatness, considering them unique, uploading successes on status on social media, and claiming to master the game because of high-flying hours. The impact of narcissistic communication behavior on professional gaming teams is tarnishing the good name of the team, coach, and team members. Then, it will be difficult for the team to get sponsors because the team often loses in tournaments, and one of the members is known to have a bad attitude. Not only that, narcissistic communication behavior can also affect team dynamics, including interactions between team members and overall team performance. Narcissistic has effect on professional gamers such as selfish decision making, dominance in conversations and decision-making, lack of empathy, and unprofessionalism.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk memahami perilaku komunikasi narsistik pada pemain gim Mobile Legends profesional di Kota Bekasi. Narsistik sering dijumpai pada orang-orang yang mengglorifikasi sesuatu secara berlebihan, yang menurut anggapan sebagian orang biasa saja. Selain sering dijumpai pada artis, fenomena ini juga dapat dilihat pada pemain gim profesional yang masih baru merintis karirnya. Di Indonesia ada banyak sekali pemain gim profesional, namun yang saat ini menjadi topik perbincangan utama dalam industri gim adalah pemain gim Mobile Legends. Peneliti menggunakan pendekatan penelitian yaitu kualitatif dengan teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil olah data penelitian, perilaku komunikasi narsistik ditemukan pada anggota tim LVo. Bentuk dari perilaku komunikasi narsistik yang diketahui adalah melakukan pamer keahlian kepada tim lawan, memuji kehebatan diri sendiri, menganggap mereka spesial, mengunggah kesuksesan pada status di media sosial, dan mengklaim menguasai permainan karena jam terbang yang tinggi. Dampak perilaku komunikasi narsistik pada tim gim profesional seperti tercorengnya nama baik tim, pelatih, dan anggota tim. Kemudian, tim akan sulit mendapatkan sponsor karena tim sering mengalami kekalahan dalam turnamen dan salah satu anggota dikenal memiliki attitude yang buruk. Tidak hanya itu, perilaku komunikasi narsistik juga dapat memengaruhi dinamika tim, termasuk interaksi antar anggota tim dan performa tim secara keseluruhan. Narsisme memiliki efek terhadap pemain gim profesional seperti dalam pengambilan keputusan yang egois, dominasi dalam percakapan dan pengambilan keputusan, kurang empati, dan tidak profesional.
Pelepasan Moral pada Generasi Z Pemain Gim Genre Battle Royale di Dalam Gameplay (Studi pada Pemain PUBG Mobile di Kota Bekasi) Susanto, Dwiky Nurrochman; Hidayanto, Syahrul
Public Sphere: Jurnal Sosial Politik, Pemerintahan dan Hukum Vol 4, No 2 (2025): JPS (Jurnal Sosial Politik, Pemerintahan dan Hukum)
Publisher : CV Widina Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59818/jps.v4i2.1726

Abstract

Online battle royale genre games such as PUBG Mobile are popular among Generation Z because they offer a competitive and social experience. However, they also encourage the emergence of moral disengagement behavior, such as verbal violence and indifferent actions. This phenomenon is important to study because it can affect the moral perception of players, especially in Bekasi City, which has a high level of online game participation among the younger generation. The qualitative descriptive method was chosen to understand and describe the phenomenon or context in depth. The researcher describes the study's results by conducting interviews with informants considered to have the criteria needed in the study. In addition, observation and documentation collection techniques were also carried out to complete the research data. The research informants were selected intentionally (purposive sampling). An interesting research finding related to moral disengagement in PUBG Mobile is that when female players are targeted for moral disengagement by other players, they tend to be silent and do not choose to fight back. In addition, the frequency of female Generation Z PUBG Mobile players committing moral disengagement also tends to be lower than male players. However, this does not apply to male PUBG Mobile players. When someone commits verbal violence against them, they will fight back and retaliate harder. Moral disengagement in gameplay is also generally carried out by male PUBG Mobile players. The basic moral disengagement factors are competitive game types, in-game interactions, low moral education, attention-seeking, and lack of empathy. Meanwhile, the forms of moral disengagement found in this study are, cursing fellow players, normalizing discrimination against female players, and arguing. Third, the forms of moral disengagement above, if borrowing the term coined by Bandura, are called dehumanization, where individuals consider other individuals as worthless entities, making them vulnerable to violating ethics or morals without a strong moral filter.ABSTRAKGim daring genre battle royale seperti PUBG Mobile populer di kalangan Generasi Z karena menawarkan pengalaman kompetitif dan sosial, namun juga mendorong munculnya perilaku pelepasan moral seperti kekerasan verbal dan tindakan acuh tak acuh. Fenomena ini penting diteliti karena dapat memengaruhi persepsi moral pemain, khususnya di Kota Bekasi yang memiliki tingkat partisipasi gim daring tinggi di kalangan generasi muda. Metode deskriptif kualitatif dipilih dengan tujuan memahami dan menggambarkan fenomena atau konteks secara mendalam. Peneliti menguraikan hasil penelitian dengan melakukan wawancara bersama informan yang dianggap memiliki kriteria yang dibutuhkan dalam penelitian. Selain itu, teknik pengumpulan observasi dan dokumentasi juga dilakukan untuk melengkapi data-data penelitian informan penelitian dipilih secara sengaja (pusposive sampling). Temuan penelitian yang menarik terkait pelepasan moral dalam PUBG Mobile adalah ketika pemain perempuan menjadi sasaran pelepasan moral oleh pemain lain, mereka biasanya cenderung diam dan tidak memilih untuk melawan balik. Selain itu frekuensi pemain Generasi Z PUBG Mobile perempuan melakukan pelepasan moral juga cenderung rendah dibandingkan dengan pemain laki-laki. Namun, ini tidak berlaku pada pemain PUBG Mobile laki-laki. Ketika ada yang melakukan kekerasan verbal terhadapnya, mereka akan melawan balik dan membalasnya lebih keras. Pelepasan moral di dalam gameplay juga umumnya dilakukan pemain PUBG Mobile laki-laki. Adapun faktor-faktor dasar pelepasan moral yaitu jenis gim yang kompetitif, interaksi dalam gim, rendahnya pendidikan moral, mencari perhatian, dan kurangnya rasa empati. Sedangkan, bentuk-bentuk pelepasan moral yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu, memaki sesama pemain, menormalisasi diskriminasi terhadap pemain perempuan, dan debat kusir. Ketiga, bentuk-bentuk pelepasan moral di atas, jika meminjam istilah yang dicetuskan oleh Bandura, disebut sebagai dehumanisasi yaitu di mana individu menganggap individu lain sebagai entitas yang tidak berharga, yang membuatnya rentan melanggar etika atau moral tanpa filter moral yang kuat.
Tanggapan Orang Tua Mengenai Dampak Penggunaan YouTube pada Perkembangan Sosial Emosional Anak (Studi pada Orang Tua Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Bekasi) Utami, Firda Annisa; Hidayanto, Syahrul
Public Sphere: Jurnal Sosial Politik, Pemerintahan dan Hukum Vol 4, No 2 (2025): JPS (Jurnal Sosial Politik, Pemerintahan dan Hukum)
Publisher : CV Widina Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59818/jps.v4i2.1725

Abstract

This study discusses the impact of YouTube usage on children's social-emotional development. This study aimed to determine parents' responses to elementary school students in Bekasi regarding the impact of YouTube usage on their children's social-emotional development. The approach used by researchers in this study was qualitative research. The data collection techniques chosen were observation, interviews, and documentation. Based on the study's results, using gadgets and social media platforms, especially YouTube, positively and negatively impact children. Parents generally allow their children to use gadgets with certain limitations and supervision. YouTube is considered a medium that helps children obtain information and entertainment, but it also has the potential to affect social-emotional development if not adequately controlled. Parents apply rules for gadget use, such as limiting the duration of use and allowing access to certain social media (only YouTube). However, although YouTube can provide educational benefits, there is a risk of behavioral changes, such as addiction, reduced social interaction, and emotional changes such as irritability and lack of focus in daily activities. YouTube Kids is one of the solutions used by parents to minimize the negative impacts of YouTube. Some parents also try to divert their children's attention from gadgets by introducing traditional games or other more beneficial activities for their social-emotional development.ABSTRAKPenelitian ini membahas mengenai dampak penggunaan YouTube pada perkembangan sosial emosional anak. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggapan orang tua siswa Sekolah Dasar di Bekasi mengenai dampak penggunaan YouTube pada perkembangan sosial emosional anak-anak mereka. Pendekatan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dipilih yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan gadget dan platform media sosial, khususnya YouTube, memiliki dampak positif dan negatif terhadap anak. Para orang tua umumnya mengizinkan anak-anak mereka menggunakan gadget dengan batasan tertentu dan pengawasan. YouTube dianggap sebagai media yang membantu anak dalam memperoleh informasi dan hiburan, tetapi juga berpotensi memengaruhi perkembangan sosial-emosional jika tidak dikontrol dengan baik. Orang tua menerapkan aturan penggunaan gadget, seperti membatasi durasi pemakaian dan mengizinkan akses ke media sosial tertentu (hanya YouTube). Namun, meskipun YouTube dapat memberikan manfaat pendidikan, ada risiko perubahan perilaku, seperti kecanduan, berkurangnya interaksi sosial, serta perubahan emosi seperti mudah marah dan kurang fokus dalam aktivitas sehari-hari. YouTube Kids menjadi salah satu solusi yang digunakan orang tua untuk meminimalisir dampak negatif YouTube. Beberapa orang tua juga mencoba mengalihkan perhatian anak dari gadget dengan memperkenalkan permainan tradisional atau aktivitas lain yang lebih bermanfaat untuk perkembangan sosial-emosional mereka.