Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : Holistik Jurnal Kesehatan

Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian neuropati diabetik pada penderita diabetes mellitus Tipe 2 Asep Badrujamaludin; M Budi Santoso; Deipa Nastrya
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 15, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v15i2.3624

Abstract

The association of physical activity in people with type 2 diabetes and peripheral neuropathyBackground: Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease characterized by hyperglycemia due to the pancreas not producing enough insulin or the insulin produced cannot be used properly. According to data from International Diabetic Federation in 2019, Indonesia ranks 7th in the world with 10.7 million people with diabetes mellitus. There are pillars of diabetes mellitus management one of which is physical activity. Diabetic neuropathy is one of the complications of type 2 DM that can occur if the diabetes is not managed properly.Purpose:  To determine the association of physical activity in people with type 2 diabetes and peripheral neuropathyMethod: Quantitative research and correlation analytic with cross-sectional design. Sampling took by a purposive sampling of 103 respondents at  Cigugur Public Health Center, Collecting data using questionnaires, and nalyzed univariate (frequency distribution) and bivariate using Chi-Square test.Results: Finding most of the respondents had low physical activity (71.8%), and most of them had diabetic neuropathy (76.7%) with a p-value = 0,000Conclusion: There is a relationship between physical activity and peripheral neuropathy, suggestion for people with diabetes mellitus to do regular physical activity to control blood sugar levels and prevent complications of diabetic neuropathy and aerobic physical exercises such as walking, relaxed cycling, jogging, and swimming.Keywords: Physical activity; Patient; Type 2 diabetes; Peripheral neuropathyPendahuluan: Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau insulin yang diproduksi tidak dapat digunakan dengan baik. Menurut data dari Internasional Diabetic Ferderation pada tahun 2019, Indonesia menempati urutan ke 7 di dunia dengan jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 10,7 juta penderita. Terdapat pilar penatalaksanaan diabetes mellitus salah satunya adalah aktivitas fisik. Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi dari DM tipe 2 yang dapat terjadi jika DM tersebut tidak dikelola dengan baikTujuan: Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian neuropati diabetik pada penderita DM tipe 2Metode: Penelitian analitik korelasi dengan desain cross sectional. Teknik sampling yang digunakan purposive sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 103 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara univariat (distribusi frekuensi) dan bivariat menggunakan uji Chi-Square.Hasil: Sebagian besar dari responden memiliki aktivitas fisik ringan (71,8%), dan sebagian besar mengalami neuropati diabetik (76,7%) dengan p-value = 0.000.Simpulan: Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian neuropati diabetik pada penderita DM tipe 2. Saran bagi penderita diabetes mellitus untuk melakukan aktivitas fisik teratur untuk mengontrol kadar gula darah dan mencegah terjadinya komplikasi neuropati diabetik serta latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
Penerapan Introduction, Situation, Background, Assessment and Recommendation (ISBAR) untuk komunikasi efektif antara perawat dan dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Kota Cimahi Asep Badrujamaludin; Tria Firza Kumala
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 13, No 4 (2019)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.15 KB) | DOI: 10.33024/hjk.v13i4.1587

Abstract

ISBAR and effective communication between nurses and doctors Background: The communication errors the main cause of events reported to the United States Joint Commission between 1995 to 2006 of 25000-30000 preventable incidents that cause permanent disability. 11% of these adverse events are due to 6% different communication problems and also because inadequate level of skills. In Indonesia,  data on unexpected-events (UEs)) let alone the event of near‐miss events (NMEs) is still scarce, but on the other hand there is an increase in accusations of "mal practice", which is not necessarily in accordance with the final proof, Patient safety targets, the main element of care services to patients is effective communication. At Cibabat hospital uses SBAR communication between nurses and doctors, but there is still an element lacking in the nurse's self-introduction component when calling doctorsPurpose: This study aims to determine the description and effectiveness of ISBAR communication as effective communication between nurses and doctorsMethods: The sample of 79 nurses by survey and another nurses of 45  by observation, it done in  ICU and inpatient ward. Surveys Questioners filled up direct by respondents and observation sheets filled up by supervisors through look directly at the  moment a communication. The data collected is analyzed by frequency distribution from the results of surveys and all data analized by a statistical test to find the effectiveness of communication with the Wilcoxon TestResults: The survey found that has improved of 80% to 93.3% (ICU) and of 78.1% to 87.5% (Inpatient ward) of the communication component Introduction; by mention the name. Observation results introduction; mention the name of ISBAR communication there was a significant improve from 57.1% to 100% (ICU) and from 20.8% to 79.2% (inpatient ward). Wilcoxon test results were found from observations in  ICU  with a value of 0.003 (p <0.05) and in the inpatient ward with a value of 0.00 (p <0.05) for the introduction aspect. Therefore,  this study found that ISBAR communication more effective than SBAR  in terms of mentioning the names in the aspects of IntroductionConclusion: That ISBAR Communication is more effective than SBAR communication in terms of the component of name's Introduction  aspect. As a result, ISBAR communication can be implemented as a standard of communication for Cibabat General Hospital and other hospitals.Keywords: ISBAR; Communication; Effective; Nurses and Doctors; HospitalPendahuluan: Kesalahan dalam komunikasi adalah penyebab utama peristiwa yang dilaporkan ke Komisi Bersama Amerika Serikat antara 1995 dan 2006 yaitu dari 25000-30000 kejadian buruk yang dapat dicegah menyebabkan cacat permanen 11% kejadian buruk ini adalah karena masalah komunikasi yang berbeda 6% dan juga karena tidak memadai tingkat ketrampilannya. Di Indonesia data tentang kejadian tidak diharapkan (KTD) apalagi kejadian nyaris cedera (KNC) masih langka, namun di lain pihak terjadi peningkatan tuduhan “mal praktek”, yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Sasaran keselamatan pasien, unsur yang utama dari layanan asuhan ke pasien adalah komunikasi efektif.RSUD Cibabat menggunakan komunikasi SBAR dalam komunikasi dengan dokter, tapi masih ada unsur kurang dalam komponen mengenalakan diri perawat saat menelpon dokterTujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan keefectivan komunikasi ISBAR sebagai komunikasi efektif antara perawat dan dokterMetode: Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 79 perawat untuk survey ruang ICU dan rawat inap dan 45 perawat untuk observasi di ruang ICU dan rawat inap. Questioner di berikan kepada responden survey dan lembar observasi di berikan kepada tim Supervisor rumah sakit dengan melihat langsung komunikasi yang dilakukan. Data yang terkumpul di analisa dengan disribusi frequency dari hasil survey dan observasi dan kemudian data observasi di lakukan uji statsistik untuk melihat keefectivan dengan Uji WilcoxonHasil: Hasil penelitian didapatkan untuk Survey ditemukan bahwa peningkatan dari dari 80% menjadi 93,3%. (ICU) dan 78,1 % menjadi 87,5% (Rawat inap) dari komponen komunikasi Introduction; menyebutkan nama. Hasil observasi Introduction; menyebutkan nama dari komunikasi ISBAR terjadi peningkatan significan dari 57,1 % menjadi 100% (ICU) dan dari 20,8% menjadi 79,2 % (Rawat inap). Uji hasil test wilcoxon ditemukan dari hasil observasi di ruang ICU dengan nilai 0,003 (p< 0.05) dan di ruang rawat inap dengan nilai 0,00 (p< 0,05) untuk aspek introduction. Sehingga dari penelitian ini disimpulkan bahwa Komunikasi ISBAR lebih efective untuk diterapkan dari pada komunikasi SBAR dalam hal komponen Meneyebutkan nama di aspek IntroductionSimpulan: penelitian ini menyimpulkan bahwa Komunikasi ISBAR lebih efective untuk diterapkan dari pada komunikasi SBAR dalam hal komponen menyebutkan nama di aspek Introduction. Sehingga komunikasi ISBAR bisa jadikan standard komunikasi untuk RSUD Cibabat Khususnya dan Rumah sakit lain pada umumnya. 
Pengaruh mobilisasi dan massage terhadap pencegahan risiko luka tekan pada pasien tirah baring Asep Badrujamaludin; Ritha Melanie; Nenden Nurdiantini
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 15, No 4 (2021)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v15i4.5558

Abstract

The nursing prevention of pressure sores in hospital due to prolonged bed restBackground: A pressure wound is a localized wound in the tissue over the bone that protrudes from continuous pressure over a long period. Pressure sores increase mortality and the length of treatment days. Prevention of pressure To determine the effect of mobilization and massage as nursing prevention of pressure sores in hospital due to prolonged bed rest.Method: A quasi-experimental design with a pretest-posttest non-equivalent control group design. The number of samples was 30 participants, devised into two groups and each group contain 15 participants; group I mobilization and massage intervention and another group by only massage intervention. The measurement of pressure sores risks by using the Braden scale. Data analyzed univariate and bivariate using paired categorical comparative tests (Marginal Homogeneity Test) and unpaired (Chi Square).Results: Showed that the risk of pressure wounds before mobilization and massage in group I was 66.7% with a high risk, while 66.7% at post-intervention was a moderate risk. The risk of pressure wounds before mobilization in group II was 53.3% with a high risk, while at post-intervention was 53.3% with moderate risk. There was a difference in the risk of pressure sores before and after mobilization and massage in group I p Value 0.001 (< 0.05). There was a difference in the risk of pressure sores before and after mobilization in group II p-value 0.008 (<0.05). There was no difference in the risk of pressure sores between the groups that were given the mobilization and the message with the groups that were given the mobilization (p 0.456).Conclusion: Implementing mobilization and massage can reduce the risk of pressure sores in bed rest patients, but the risk of pressure exertion between the group that was given the mobilization and the message with the group that was given the mobilization was not different. Recommended that nurses be able to carry out preventive care for the risk of pressure sores with mobilization and massage.Keywords: Prevention; Pressure sores ; Hospital; Bed rest; Mobilization; MassagePendahuluan: Luka tekan adalah luka terlokalisir pada jaringan di atas tulang yang menonjol akibat tekanan terus menerus dalam jangka waktu lama. Luka tekan meningkatkan mortalitas dan lama hari perawatan. Pencegahan luka tekan dapat dilakukan dengan melakukan mobilisasi serta massage. Tujuan: Mengetahui pengaruh mobilisasi dan massage terhadap risiko luka tekan pada pasien tirah baringMetode: Penelitian quasi eksperimen dengan rancangan pretest posttest non-equivalent control group design. Jumlah sampel sebanyak 30 partisipan yaitu 15 sampel kelompok I yang diberikan mobilisasi dan massage serta 15 sampel kelompok II yang hanya diberikan mobilisasi, diambil dengan teknik accidental sampling. Pengukuran risiko luka tekan menggunakan skala Braden. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji komparatif kategorik berpasangan (Marginal Homogeneity Test) dan tidak berpasangan (Chi Square).Hasil: Menunjukkan risiko luka tekan sebelum dilakukan mobilisasi dan massage pada kelompok I sebesar 66,7% dengan risiko tinggi sedangkan saat posttest 66,7% dengan risiko sedang. Risiko luka tekan sebelum dilakukan mobilisasi pada kelompok II sebesar 53,3% dengan risiko tinggi sedangkan saat posttest 53,3% dengan risiko sedang. Terdapat perbedaan risiko luka tekan sebelum dan setelah dilakukan mobilisasi dan massage pada kelompok I (p 0,001).  Terdapat perbedaan risiko luka tekan sebelum dan setelah dilakukan mobilisasi pada kelompok II (p 0,008). Tidak terdapat perbedaan risiko luka tekan antara kelompok yang diberikan mobilisasi dan message dengan kelompok yang diberikan mobilisasi (p 0,456).Simpulan: Pelaksanaan mobilisasi dan massage mampu menurunkan risiko luka tekan pada pasien tirah baring, akan tetapi risiko lukan tekan antara kelompok yang diberikan mobilisasi dan message dengan kelompok yang diberikan mobilisasi tidak terdapat perbedaan. Disarankan perawat dapat melakukan perawatan pencegahan risiko luka tekan dengan mobilisasi dan massage.
Perbedaan air rebusan daun seledri dan air rebusan daun salam terhadap penurunan tekanan darah pada pra lansia dengan hipertensi primer Asep Badrujamaludin; Budiman Budiman; Tifany Desty Erisandi
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 14, No 2 (2020)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.656 KB) | DOI: 10.33024/hjk.v14i2.2541

Abstract

The effect of celery (apium graveolens) leaf and bay leaf (Syzygium polyanthum wight) on the blood pressure in pre-elderly with primary hypertensionBackground: Hypertension, also known as high blood pressure, is as medical condition in which the blood pressure in arteries is persistently elevated. This condition can increase risk of cardiovascular diseases such as stroke, kidney failure, heart attack, and kidney damage. Hypertension requires proper treatment to prevent uncontrolled blood pressure that can cause damaged organs. One of traditional treatment for hypertension is using celery leaves (Apium graveolens L) and bay leaves (Syzygium polyantum).Purpose: This research is to determine the difference of blood pressure after the consumption of boiled water celery leaves and bay leaves in pre-elderly with hypertension at Cigugur Tengah Public Health Center.Method: The type of this research is the numerical comparative analytic with Quasi Experiment design with Non Equivalent Control Group Design. This research used purposive sampling technique using 22 responden with inclusion and exclusion criteria. Data collection was performed by measuring the blood pressure before and after the consumption of celery leaves and bay leaves boiled water that consume twice a day in one week. The data are processed including univariate and bivariate data analysis.Results: The statistical result of T-independent test obtain p value of 0,365 > α (0,05)  for the systolic blood pressure and 0,574 > α (0,05) for diastolic blood pressure.Conclusion: Result showed that there is no average difference of blood pressure in group intervention boiled water of celery leaves and bay leaves after consumption of boiled water celery leaves and bay leaves. However, both intervention have decreased blood pressure of hypertension patient.Suggestion of this research is to consume boiled water of celery leaves and bay leaves for longer time as additional therapy for hypertension patient.Keywords: Pre-elderly; Celery leaf; Bay leaf; Primary hypertensionPendahuluan: Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah yang tinggi di dalam arteri, sehingga meningkatkan risiko terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler seperti stroke, gagal ginjal, serangan jantung, dan kerusakan ginjal. Hipertensi membutuhkan penanganan yang tepat untuk mencegah tidak terkontrolnya tekanan darah yang dapat menyebabkan organ tubuh menjadi rusak. Salah satu pengobatan alami hipertensi yang dilakukan adalah pengobatan dengan menggunakan daun seledri (Apium graveolens L) dan daun salam (Syzygium polyanthum).Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sesudah pemberian air rebusan daun seledri dan air rebusan daun salam terhadap penurun tekanan darah pada pra lansia dengan hipertensi primerMetode: Analitik komparatif numerik tidak berpasangan dengan desain Quasi Eksperimen dengan rancangan Non Equivalent Control Group. Pengambilan sampel dilakukan secara teknik purposive sampling sebanyak 22 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengukur tekanan darah responden sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dua kali sehari selama satu minggu. Pengolahan dengan menggunkan uji T-independent diperoleh nilai p value tekanan darah sistolik 0,365 > α (0,05) dan p value tekanan darah diastolik 0,574 > α (0,05).Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rerata tekanan darah pada kelompok intervensi baik yang diberikan air rebusan daun seledri dan air rebusan daun salam.Simpulan: Terdapat penurunan tekanan darah dari kedua kelompok intervensi tersebut bagi penderita hipertensi. Saran dari penelitian ini diharapkan penderita yang mengalami hipertensi dapat mengaplikasikan air rebusan daun seledri dan air rebusan daun salam dalam kurun waktu lama sebagai tambahan terapi untuk hipertensi.
Pengaruh terapi akupresur terhadap intensitas nyeri dismenore Galih Jatnika; Asep Badrujamaludin; Yuswandi Yuswandi
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 16, No 3 (2022)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v16i3.7290

Abstract

Background: Dysmenorrhea is discomfort in the form of pain during menstruation. Dysmenorrhea that occurs in adolescents if not treated will have an impact on daily activity patterns, not attending school or skipping college, decreased productivity, and decreased concentration and can then lead to decreased achievement. Acupressure therapy is therapy on acupuncture points without using needles but with a massage using fingers. Acupressure therapy can be done by massaging the body's meridian points.Purpose: To determine the Effect of acupressure therapy on the pain intensity of dysmenorrheaMethod: Quasi-experimental research with a pretest-posttest design with a control group design. The intervention group was given acupressure therapy on SP 6 acupoint, while the control group was not given only education about acupressure therapy after that the pain scale examination (post-test), the number of respondents was 36 students, the test used was a nonparametric test with a dependent test using Wilcoxon test and for independent using Mann-Whitney U.Results: The average decrease in the dysmenorrhoea pain scale from the pre-therapy pain scale was 5.72 to a pain scale of 2.67 in the intervention group and in the control group from a pain scale of 4.50 to a pain scale of 3.94. Significant difference in the average dysmenorrhea pain scale in the intervention group p-value 0.001 (< 0.05), control group p-value 0.084 (> 0.05). The results of this study indicate that acupressure therapy given at the SP6 meridian point is proven to be effective in reducing dysmenorrhoea pain.Conclusion: Acupressure therapy research conducted at the SP6 point for 20 minutes for 2 consecutive months was proven to be effective in reducing dysmenorrhea pain. Acupressure therapy is a therapy that has been proven effective if it is done regularly and long-term.Keywords: Acupressure; Dysmenorrhea; Pain; IntensityPendahuluan: Dismenorea merupakan ketidaknyamanan berupa rasa nyeri pada saat terjadi menstruasi. Dismenorea yang terjadi  pada remaja apabila tidak ditangani akan berdampak terhadap pola aktivitas sehari-hari, tidak masuk sekolah atau bolos kuliah, produktivitas yang menurun, penurunan konsentrasi dan kemudian bisa menyebabkan penurunan prestasi. Terapi akupresur merupakan terapi pada titik akupunktur tanpa menggunakan jarum melainkan dengan pijatan menggunakan jari tangan. Terapi akupresur dapat dilakukan dengan cara memijat titik meridian tubuhTujuan: Untuk mengetahui pengaruh terapi Akupresur terhadap intensitas nyeri dismenoreMetode: Penelitian quasi eksperiment dengan rancangan yang digunakan adalah pretest-posttest with control group design. Kelompok intervensi dilakukan intervensi terapi akupresur pada titik SP 6, sedangkan pada kelompok kontrol tidak dilakukan hanya diberikan edukasi tentang terapi akupresur dan setelah itu pemeriksaan skala nyeri (post test), Jumlah partisipan sebanyak 36 mahasiswi, uji yang digunakan yaitu uji nonparametric dengan uji dependent menggunakan uji Wilcoxon dan untuk independent menggunakan Mann-Whitney U.Hasil: Penurunan rerata skala nyeri dismenorea dari skala nyeri sebelum terapi sebesar 5.72 menjadi skala nyeri sebesar  2.67 pada kelompok internensi dan pada kelompok kontrol  dari skala nyeri 4.50 menjadi skala nyeri 3.94. Terdapat perbedaan yang signifikan rerata skala nyeri dismenorea pada kelompok intervensi p value 0.001 (< 0.05), kelompok kontrol p value 0.084 (> 0.05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi akupresur yang diberikan pada titik meridian SP6 terbukti efektif menurunkan intensitas nyeri dismenoreaSimpulan: Penelitian Terapi akupresur yang dilakukan pada titik SP 6 selama 20 menit untuk 2 bulan berturut-turut terbukti efektif dapat menurunkan nyeri dismenorea pada mahasiswi Kesehatan, UNJANI. Terapi akupresur merupakan terapi yang terbukti efektif jika dilakukan secara rutin dan jangka panjang. 
Pengaruh senam kaki diabetes terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 Asep Badrujamaludin; Oop Ropei; Mentari Dwi Saputri
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 2 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i2.9660

Abstract

Background: Diabetes mellitus is a health problem that is increasing every year. Diabetes can be prevented by maintaining a healthy lifestyle and exercising regularly. One of the exercises that can be done is diabetic foot exercise.Purpose: To determine the effect of diabetic foot exercise on blood glucose levels in patients with type 2 diabetes mellitus.Method: Quasi-Experimental research with a time series design. Research sampling technique using the method of purposive sampling by 19 participants with type 2 diabetes mellitus in the work area of the Central Cimahi Health Center. The statistical test in this study used the Wilcoxon test. The data collection method used pre and post-observation sheets given diabetic foot exercises.Results: The participants experienced a decrease in blood sugar levels after diabetic foot exercise with a mean value of pre 1 of 193.58 with post 1 of 193.74, pre 2 of 184.89 post 2 of 176.84, pre 3 of 174.95 with post 3 of 172.84, pre 4 of 162.63 with post 4 of 154.89, pre 5 of 149.37 with post 5 of 140.05. The results of the Wilcoxon test analysis obtained a significance value of p-value =0.001 < 0.005 which showed that there was an effect of foot exercise on changes in blood glucose levels in patients with type 2 diabetes mellitus.Conclusion: A diabetic foot exercise can affect changes in blood glucose levels in the body. Diabetic foot exercise can be an input in providing services to people with type 2 diabetes mellitus and to the community. Therefore, they can use it regularly to maintain normal glucose levels and can improve a better quality of life. Keywords: Diabetes Mellitus; Diabetes Foot Exercise; Blood Sugar Level.Pendahuluan: Diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan yang tiap tahun mengalami kenaikan. Penyakit diabetes dapat dicegah dengan menjaga pola hidup yang sehat dan rutin melakukan olahraga. Salah satu olahraga yang dapat dilakukan adalah senam kaki diabetes.Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh senam kaki diabetes terhadap kadar glukosa penderita diabetes mellitus tipe 2. Metode: Quasi Eksperimen dengan rancangan time series design. Teknik pengambilan sampel penelitian dengan metode purposive sampling yaitu 19 orang partisipan penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Tengah. Uji statistik pada penelitan menggunakan uji Wilcoxon. Metode pengumpulan data menggunakan lembar observasi pre dan post diberikan senam kaki diabetes.Hasil: Pada partisipan yang mengalami penurunan kadar gula darah setelah dilakukan senam kaki diabetes dengan nilai mean pada pre 1 sebesar 193.58 dengan post 1 sebesar 193.74, pre 2 sebesar 184.89 dengan post 2 sebesar 176.84, pre 3 sebesar 174.95 dengan post 3 sebesar 172.84, pre 4 sebesar 162.63 dengan post 4 sebesar 154.89, pre 5 sebesar 149.37 dengan post 5 sebesar 140.05. Hasil Analisis uji Wilcoxon diperoleh nilai signifikasi p-value = 0.001 < 0.005 yang menunjukan terdapat pengaruh senam kaki terhadap perubahan kadar glukosa penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Tengah.Simpulan: Senam kaki diabetes dapat berpengaruh terhadap perubahan kadar glukosa di dalam tubuh apabila dilakukan secara rutin guna mempertahankan kadar glukosa dalam tubuh normal sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik.
Efektivitas terapi perilaku kognitif untuk terapi depresi pada mahasiswa keperawatan Galih Jatnika; Asep Badrujamaludin; Ismafiaty Ismafiaty
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 5 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i5.12059

Abstract

Background: Depression includes disturbances in thought processes and content characterized by feelings of sadness, loss of hope and loss of interest in almost all activities. Depression is the most frequent cause of mental health disorders and the highest cause of disability in the population in Indonesia for the last 3 decades. Depression is more common at the age of 15-24 years or in the range of adolescents with an incidence rate of 6.2% and experienced a seven-fold increase during the Covid-19 pandemic situation, that can lead stressful situations for students which can result a depressive disorders. Efforts are needed to reconstruct negative thoughts into positive thoughts through cognitive behavior therapy.Purpose: To identify the effectiveness of cognitive behavior therapy for depression during the Covid-19 pandemic among nursing students.Method: A pre-experimental with one group pre-test and post-test. Respondents in this study were 20 students of the Unjani Fitkes Bachelor of Nursing study program. Respondents were given cognitive behavior therapy interventions in 3 sessions for 3 weeks. To ensure that there was a decrease in depressive symptoms, depression was measured using the Beck Depression index (BDI) before and after the intervention. Furthermore, the research data was analyzed using the dependent t test.Results: The average depression before being given an intervention was 26.25, while the average depression after being given cognitive behavioral therapy was 34.65.Conclusion: Cognitive behavioral therapy is one of the intervention options in reducing depression, although the results in this study were not proven to be effective in reducing depression in nursing students at Fitkes Unjani.Keywords: Cognitive Behavioral Therapy; Depression; Nursing StudentPendahuluan: Depresi termasuk gangguan proses dan isi pikir yang ditandai dengan rasa kesedihan, kehilangan harapan dan kehilangan minat di hampir semua aktivitas. Depresi merupakan penyebab paling sering gangguan kesehatan mental dan penyebab disabilitas tertinggi pada penduduk di Indonesia selama 3 dekade terakhir. Depresi lebih sering terjadi pada usia 15 – 24 tahun atau pada rentang remaja dengan angka kejadian sebesar 6.2 % dan mengalami peningkatan tujuh kali lipat selama pandemi Covid-19 yang bisa berdampak adanya situasi stress full bagi mahasiswa yang memperberat atau menimbulkan gangguan depresi pada mahasiswa keperawatan. Diperlukan upaya untuk merekonstruksi dari pikiran negatif menjadi pikiran positif melalui cognitive behavior therapy.Tujuan: Untuk mengidentifikasi efektivitas cognitive behavior therapy terhadap depresi di dalam kondisi pandemi Covid-19 pada mahasiswa Fitkes Unjani.Metode: Pre eksperimen dengan one group pre-test and post-test. Responden pada penelitian ini merupakan mahasiswa prodi ilmu keperawatan S1 Fitkes Unjani sebanyak 20 responden. Responden diberikan intervensi cognitive behavior therapy sebanyak III sesi selama 3 minggu. Untuk memastikan adanya penurunan gejala depresi dilakukan pengukuran depresi menggunakan Beck Depression index (BDI) pada saat sebelum dan sesudah pemberian intervensi.Selanjutnya data penelitian dilakukan analisis menggunakan uji t dependen.Hasil: Didapatkan rerata depresi sebelum diberikan intervensi sebesar 26.25 sedangkan rerata depresi setelah diberikan pemberian cognitive behavioral therapy sebesar 34.65.Simpulan: Cognitive behavioral therapy menjadi salah satu pilihan intervensi dalam menurunkan depresi walaupun hasil dalam penelitian ini tidak terbukti secara efektif dapat menurunkan depresi pada mahasiswa keperawatan Fitkes Unjani.
Co-Authors Aan Sutandi Afrilia, Putri Ahmad Zakiudin Ardiansyah, Diki Ardianto, M. Dwi Argi Virgona Bangun Blacius Dedi Blacius Dedi Blacius Dedi Budiman Budiman Budiman Budiman Budiman Budiman Christina, Juliana Dedi Supriadi Dedi Supriadi Dedi Supriadi Dedi Supriadi Deipa Nastrya Dewi Umu Kulsum Diki Ardiansyah Diki Ardiansyah Dwi Hastuti Dwi Hastuti Dwi Hastuti Dyna Apriany Edi Sampurno Ridwan Egi Komara Fadhilah, Najwa Hilmia Fauziah Rudhiati Fauziah Rudhiati Fauziah Rudhiati Fauziah Rudhiati Fauziah Rudhiati, Fauziah Galih Jatnika Gunawan Irianto Hemi Fitriani Hemi Fitriani Hemi Fitriani Hotma Rumahorbo Hotma Rumahorbo Hotma Rumahorbo Huda, Nuh I Kadek Karisma Wijaya Iin Inayah, Iin Indrayana, Sofyan Ismafiaty Ismafiaty Ismafiaty Ismafiaty Ismafiaty, Ismafiaty Juju Juhaeriah Khrisna Wisnusakti Kosasi, Cecep Eli Kumala, Tria Firza Lilis Rohayani LILIS ROHAYANI Lina Erlina Linlin Handayani Linlin Lindayani Linlin Lindayani M Budi Santoso Maharani, Monna Meivi Sesanelvira Achiroh Dinul Islam Mentari Dwi Saputri Monna Maharani Muhammad Budi Santoso Musdalipa, Musdalipa Musri Musri Musri, Musri Nandang Ahmad W Nenden Nurdiantini Nunung Nurjanah Nurani Alawiah, Dwi Nurhalinah, Nurhalinah Oktovina Yesayas Oktovina Yesayas Oop Ropei Oyoh Oyoh Oyoh Permatasari, Resti Priyanto Priyanto Qori Ila Saidah Rahmayanti, Siti Dewi Rahmi Imelsa Ria Sitorus Rismayanti Rismayanti Risya Fariha Ritha Melanie Riyanto, Agus Rohmat Rohwandi Salas Auladi Sari Ratna Dewi Sembiring, Evi Christin Br Setiasih, Yani Siti Nurbayanti Awaliyah Sri Atun Sri Wahyuna Sri Wahyuna Suharjiman Suharjiman Sukirno Sukirno Sumitro Sumitro Susilawati Susilawati Susilawati Susilawati Tifany Desty Erisandi Tria Firza Kumala Tria Firza Kumala Tria Firza Kumala Tria Firza Kumala Tria Firza Kumala Tria Firza Kumala Yayat Suryati Yulita, Rita Fitri Yully Yanny Yuswandi Yuswandi Yuswandi Yuswandi Yuswandi Yuswandi, Yuswandi