Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Journal of Health, Education, And Literacy (J-Healt)

Hubungan Umur Ibu dan Paritas dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Totoli Tahun 2017 Rahmaniah
Journal of Health Education and Literacy Vol 2 No 1 (2019): Journal of Health, Education and Literacy (J-Healt)
Publisher : Universitas Sulawesi Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.041 KB) | DOI: 10.31605/j-healt.v2i1.442

Abstract

Anemia pada ibu hamil masih menjadi prioritas penanganan masalah kesehatan oleh kementerian kesehatan. Hal ini terlihat dari masih dilakukannya intervensi pemberian tablet zat besi pada ibu hamil. Banyak faktor yang mempengaruhi anemia diantaranya jarak antara kehamilan sebelumnya dan berikutnya yang pendek dan juga paritas. Di Indonesia prevalensi anemia pada tahun 2016 sebanyak 37%. Di Sulawesi Barat Angka Kematian Ibu pada tahun 2014 sebanyak 358 per 100.000 kelahiran dan umumnya kematian tersebut disebabkan oleh anemia dan komplikasi pada masa kehamilan. Di wilayah kerja Puskesmas Totoli pada Januari sampai April 2017 terdapat 195 ibu hamil dengan anemia berat 18.9% dan anemia sedang 49.2%. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan umur ibu dan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Jenis penelitian observasional dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Totoli. Data umur dan paritas didapatkan menggunakan kuesioner, sedangkan data anemia didapatkan dari data sekunder. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Analisis data menggunakan uji chi-square. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa umur ibu berhubungan dengan anemia (p=0.002) dan paritas juga berhungan dengan anemia (p=0.049). Berarti p< α= 0,05, sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur ibu dan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Disarankan terhadap ibu hamil untuk sering memeriksakan kesehatannya minimal 4 kali selama kehamilan dan bagi petugas kesehatan agar dapat mengoptimalkan perannya berupa pemberian edukasi gizi terhadap pasangan usia subur dan ibu hamil terkait dengan pencegahan masalah anemia.
Hubungan Frekuensi Pemberian Makanan dan Riwayat ASI Eksklusif Dengan Kejadian Stunting pada Baduta di Desa Parappe Rahmaniah
Journal of Health Education and Literacy Vol 2 No 2 (2020): Journal of Health, Education and Literacy (J-Healt)
Publisher : Universitas Sulawesi Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.146 KB) | DOI: 10.31605/j-healt.v2i2.617

Abstract

Stunting pada baduta merupakan masalah gizi kronis yang masih menjadi perhatian di Indonesia. Stunting mengindikasikan efek kumulatif dari kekurangan atau ketidakcukupan asupan energi, zat gizi makro dan mikro dalam jangka panjang atau hasil dari infeksi kronis atau infeksi yang terjadi berulang kali. Diantara faktor yang mempengaruhi kejadian stunting adalah frekuensi pemberian makanan dan riwayat ASI eksklusif. Di Indonesia Prevalensi stunting tahun 2013 sebesar 37,2%, di Sulawesi Barat sebesar 47,0% dan Sulawesi Barat menempati prevalensi kedua tertinggi setelah Nusa Tenggara Timur. Di Polewali Mandar jumlah stunting sebanyak 300 balita. Wilayah kerja Puskesmas Campalagian berada diurutan kedua tertinggi stunting setelah Tutar dengan jumlah balita stunting 53 balita, yang terdiri dari 35 baduta dan 18 diatas baduta. Di Kecamatan Campalagian dari 13 desa yang ada, Desa Parappe merupakan desa dengan persentase tertinggi stunting baduta. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan frekuensi pemberian makanan dan riwayat Asi eksklusif dengan kejadian stunting pada baduta. Jenis penelitian observasional dengan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh baduta sebanyak 193 di wilayah kerja Puskesmas Campalagian. Sampel penelitian adalah baduta di Desa Parappe sebanyak 65. Data frekuensi pemberian makanan dan riwayat ASI eksklusif didapatkan menggunakan kuesioner, sedangkan data stunting didapatkan dari hasil pengukuran. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Analisis data dengan uji chi-square. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa frekuensi pemberian makanan dengan stunting (p=0.12) dan riwayat ASI eksklusif dengan stunting (p=0.10). Berarti p>α= 0,05, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi pemberian makanan dan riwayat ASI eksklusif dengan kejadian stunting baduta. Disarankan terhadap petugas gizi di Puskesmas Campalagian agar meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada ibu yang memiliki anak usia 6-23 bulan tentang pentingnya pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) dari segi kualitas maupun kuantitas dan pola pemberian MP ASI yang sesuai dengan umur anak.
Determinan Pemberian ASI Non-Eksklusif Pada Bayi Terdampak Gempa Majene Rahmaniah; Fauziah, Fauziah; Masniati, Masniati; Evawaty
Journal of Health Education and Literacy Vol 4 No 1 (2021): Journal of Health, Education and Literacy (J-healt)
Publisher : Universitas Sulawesi Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31605/j-healt.v4i1.1001

Abstract

ASI eksklusif mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi usia dibawah 6 bulan dan seharusnya tetap dapat diberikan meskipun dalam keadaan darurat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan pemberian ASI non-eksklusif pada bayi terdampak gempa Majene. Penelitian bersifat kualitatif melalui pendekatan fenomenologi. Informan penelitian adalah ibu yang memberikan ASI non-eksklusif kepada bayi 0-6 bulan yang diambil melalui metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara. Analisis data melalui tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan hasil wawancara. Hasil penelitian menunjukkan ibu bayi memberikan ASI non-eksklusif sebelum gempa bumi terjadi, karena kurangnya pengetahuan tentang pentingnya ASI eksklusif. Mayoritas ibu mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan dan keluarga, tetapi masih melakukan praktik pemberian ASI non-eksklusif. Bahkan pasca gempa bumi, bantuan susu formula ke pengungsian tidak terkendali. Sehingga, diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Majene untuk membuat pemodelan guna keberhasilan pemberian ASI eksklusif dalam berbagai situasi karena Majene termasuk daerah rentan gempa bumi. Kata Kunci: ASI non-eksklusif, Bayi, Gempa Bumi