Digitalisasi wacana politik sebagai sajian ilmiah dari pergeseran pola komunikasi politik yang memanfaatkan dunia digital untuk pembangunan eksistensi diri oleh Dedi Mulyadi. Wacana politik Dedi Mulyadi memiliki karaktersitik yang terbentuk atas struktur gramatikal, seperti konstruksi morfologis yang membentuk modus verbal tertentu dalam satuan sintaktis, sehingga menjadi penciri dalam pembentukan eksistensi diri. Tujuan peneltian ini adalah telaah kekhasan struktur gramatikal dari tuturan Dedi Mulyadi yang digunakan untuk eksistensi diri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancanagn metode studi kasus. Selain itu, aspek futurologi digunakan dalam penelitian ini untuk menelaah pola pembangunan struktur gramatikal yang dapat digunakan dalam pembangunan eksisitensi diri dalam bidang politik masa depan yang serba digital, sehingga ada dua hasil analisis penelitian ini. Pertama, Dedi Mulyadi membangun digitalisasi wacana politik melalui penggunaan modus verbal, yakni modus negatif, interogatif, impertaif, obligatif, subjungtif, dan desideratif. Modus-modus tersebut berfungsi untuk mengungkapkan pengingkaran tentang konsepsi tertentu untuk menonjolkan sikap empati, pengungkap keinginan dan harapan dalam penyelesaiaan persoalan-persoalan sosial-kemasyarakatan, memerintah sebagai aspek keberanian, pemberian kritikan sebagai bentuk terhadap kecermatan kebijakan publik, mengungkapkan tindakan dan keadaan. Kedua, struktur morfologis modus verbal dibentuk melalui afiksasi dan reduplikasi, yang berfungsi membentuk makna tindakan, keadaan, perintah, proses, serta makna jamak. Dengan demikian, struktur pembentuk wacana politik Dedi Mulyadi memiliki maksud yang luas untuk menunjang kapasitasnya sebgaai tokoh publik.