Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Manuju : Malahayati Nursing Journal

Hubungan Cabin Fever dengan Gejala Depresi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Angkatan 2020 Hendra Vernando William Chandra Sumampou; Noer Saelan Tadjudin
Malahayati Nursing Journal Vol 4, No 12 (2022): Volume 4 Nomor 12 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v4i12.7574

Abstract

ABSTRACT Large-scale social restrictions or PSBB were carried out due to the COVID-19 pandemic throughout the world including Indonesia, that caused all Indonesian citizens had to stay at home and kept their distance from each other. With the PSBB, everyone, including students, especially medical must stay in their respective homes like boarding houses, where they must try to survive living alone and away from their closest relatives. Being alone in a small space and lack of interaction with people around can cause several symptoms such as irritability, moodiness, boredom, and feelings of dissatisfaction that are now known as Cabin Fever. The occurrence of cabin fever can trigger an individual to experience depression. Therefore, this study was conducted to determine the relationship between cabin fever and depression symptoms. This study used an observational analytic research design with a cross sectional approach. There were 106 respondents who were participated in this study based on random sampling  from the medical faculty of Tarumanagara University Batch of 2020. The participants were required to fill out two questionnaires, namely Cabin Fever Phenomenon and Beck Depression Inventory II quiestionnaire online. The results of this study were 23 (21.7%) students were affected by cabin fever, 22 (95.7%) of them experienced depression. A significant relationship was found based on statistical analysis between cabin fever and depression (p-value 0.000) Keywords: Cabin Fever, Depression, COVID-19  ABSTRAK Pembatasan sosial berskala besar atau PSBB dilakukan dikarenakan terjadinya pandemi COVID-19 di seluruh dunia termasuk Indonesia yang menyebabkan semua warga Indonesia harus tetap dalam rumah dan menjaga jarak antara satu sama lain. Dengan adanya PSBB, semua orang termasuk mahasiswa khususnya mahasiswa fakultas kedokteran harus menetap di kediamannya masing-masing seperti di kos, dimana mereka harus berupaya bertahan hidup sendirian dan jauh dari kerabat terdekat. Sendirian di dalam ruang yang kecil dan kurang interaksi dengan orang sekitar bisa menyebabkan munculnya beberapa perasaan seperti iritabilitas, kemurungan, kebosanan, dan perasaan tidak puas yang saat ini dikenal dengan istilah Cabin Fever. Terjadinya cabin fever bisa memicu suatu individu untuk mengalami gejala depresi. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan dari cabin fever dengan gejala depresi. Pada penelitian ini digunakan desain penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Diperoleh 106 responden yang diambil melalui random sampling pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Angkatan 2020 yang dilakukan dengan mengisi dua kuesioner yaitu Cabin Fever Phenomenon dan Beck Depression Inventory II secara online. Pada hasil penelitian ini didapatkan sebanyak 23 (21.7%) mahasiswa yang terkena cabin fever, 22 (95.7%) diantaranya mengalami depresi. Ditemukan adanya hubungan yang signifikan berdasarkan analisis statistik antara cabin fever dengan depresi (p-value 0.000) Kata Kunci: Cabin Fever, Depresi, COVID-19
Hubungan Kadar Vitamin D dengan Kejadian Insomnia Pada Kelompok Lanjut Usia di Panti Santa Anna Biromo, Anastasia Ratnawati; Tadjudin, Noer Saelan; Santoso, Alexander Halim; Firmansyah, Yohanes; Satyanegara, William Gilbert; Wijaya, Dean Ascha; Kurniawan, Joshua; Jap, Ayleen Nathalie; Mashadi, Fladys Jashinta; Fransisco, Melkior Michael; Soebrata, Linginda
Malahayati Nursing Journal Vol 6, No 7 (2024): Volume 6 Nomor 7 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v6i7.13516

Abstract

ABSTRACT Vitamin D deficiency is a public health problem that affects everyone regardless of their age. It is linked to various health problems, and one of them is sleep problem. Nearly 60% of elderly have sleep problems, with insomnia being the most frequently reported symptom. Insomnia can lead to physical, mental, behaviour problems, and increasing risk of having diabetes and cardiovascular disease. To find the association between vitamin D and insomnia in elderly. This research uses cross sectional study to find association between vitamin D and insomnia in elderly who live in Santa Anna’s nursing home. Respondents who met the inclusion criterias were measured for vitamin D and then filling out Insomnia Severity Index (ISI) questionnaire. Statistical analysis used is the Mann-Whitney test. Twenty-seven participants met the inclusion criteria, with the mean age of 75,59 (SD 7,42) years and vitamin D level 19,93 (SD 6,87) ng/ml. There was no significant difference in vitamin D level between non-insomnia and insomnia (p-value 0,979). However, from this study we found that lower vitamin D serum was associated with the increasing risk of insomnia. Vitamin D deficiency should be taken into account when treating elderly with sleep disorder. Health practitioners should consider Vitamin D supplementation as adjunctive treatment in sleep problems. Keywords: Insomnia, Elderly, Vitamin D  ABSTRAK Defisiensi vitamin D merupakan masalah kesehatan umum yang dapat terjadi pada semua orang tanpa memandang usia. Defisiensi vitamin D dihubungkan dengan berbagai macam masalah kesehatan, salah satunya adalah gangguan tidur. Gangguan tidur pada lansia merupakan masalah yang sering ditemui, dimana hampir 60% lansia mengalami gangguan tidur. Insomnia dapat menyebabkan gangguan fisik, mental, perilaku, dan meningkatkan risiko penyakit diabetes serta kardiovaskular. Meneliti hubungan vitamin D dengan kejadian insomnia pada lansia. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang mencari hubungan antara kadar vitamin D dengan kejadian insomnia pada orang lanjut usia di Panti Lansia Santa Anna. Responden yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan pengukuran kadar vitamin D dan pengisian kuesioner Insomnia Severity Index (ISI) untuk insomnia. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji Mann-Whitney. Sebanyak 27 responden memenuhi kriteria inklusi dengan rerata usia 75,59 (SD 7,42) tahun, dengan kadar vitamin D 19,93 (SD 6,87) ng/ml. Hasil analisis statistik tidak mendapatkan perbedaan rerata kadar vitamin D yang bermakna antara kelompok dengan atau tanpa insomnia (p-value 0,979), meski demikian pada penelitian ini didapatkan bahwa defisiensi vitamin D berisiko meningkatkan terjadinya insomnia. Defisiensi vitamin D harus dipertimbangkan dalam manajemen lanjut usia dengan gangguan tidur. Suplementasi vitamin D dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan pada lanjut usia yang mengalami gangguan tidur. Kata Kunci: Insomnia, Lansia, Vitamin D