Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : El-HARAKAH : Jurnal Budaya Islam

FAMILY-BASED CORRUPTION PREVENTION THROUGH PESANTREN VALUES Arifin, Samsul; Baharun, Mokhammad; Saputra, Rahmat
El-HARAKAH (TERAKREDITASI) Vol 23, No 1 (2021): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/eh.v23i1.11657

Abstract

Pesantren (Islamic boarding school) has a great potential for family-based corruption prevention. This study aims to determine the values of pesantren and portraits of sakinah family personalities in the texts of “Zadu Az-Zaujayn” and “Syair Madura” in relation to the prevention of corruption. It uses an ethnographic-hermeneutic qualitative approach. The research concludes that the value of pesantren associated with the prevention of corruption lies in the expression "Mondhuk entar ngabdi bhen ngaji (the intention of going to pesantren is to learn and to serve)" and “Mon ngecok jerum e pondok mon mole ka romana ngecok jheren (if you steal a needle in pesantren, you will steal a horse once you get back home)". Through the values, students are accustomed to serving people and being careful of taking others’ belongings. Meanwhile, the values of sakinah family within the text are wara’ (being cautious and able to self-control), zuhud (living a simple life and prioritizing others’ need), and patient (being tender and dare to face difficulties); qona'ah (accepting life as it is), ridha (accepting the provisions of God); and self-presentation. This research is vital to develop to achieve sakinah families free of corruption.Pondok pesantren memiliki potensi besar dalam mencegah korupsi berbasis keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan nilai-nilai pesantren dan potret kepribadian keluarga sakinah dalam teks kitab “Zadu Az-Zaujayn” dan “Syair Madura” terkait pencegahan korupsi. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif tipe etnografi-hermeneutik.  Hasil penelitian: nilai-nilai pesantren yang terkait dengan pencegahan korupsi yaitu  “Mondhuk entar ngabdi dan ngaji (mondok untuk mengabdi dan mengaji)”. Santri juga menghindari ngecok (mencuri):“Mon ngecok jerum e pondok mon mole ka romana ngecok jheren, (kalau mencuri sebuah jarum di pondok, pulangnya akan mencuri seekor kuda)”. Dengan kedua nilai tersebut, santri akan terbiasa melayani orang lain dan menjauhi mengambil hak milik orang lain. Sedang kepribadian pasangan suami-istri sakinah yaitu mampu mengendalikan diri: yaitu wara’ (hati-hati dan mampu mengendalikan diri), zuhud (hidup sederhana dan lebih mementingkan kepentingan orang lain), dan sabar (lapang dada dan berani menghadapi kesulitan-kesulitan); penerimaan hidup apa adanya: qona’ah (menerima kenyataan yang ada), ridha (ketenangan hati menerima ketentuan-ketentuan dari Allah); dan presentasi diri. Penelitian ini penting untuk dikembangkan, agar tercipta keluarga sakinah yang bebas dari korupsi.
The Role of Ibu Nyai for The Development of Local Community-Based Public Health Services Arifin, Samsul; Baharun, Mokhammad; Saputra, Rahmat
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 25, No 1 (2023): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/eh.v25i1.19620

Abstract

People with mental disorders are continually increasing every year. However, they are very few who seek treatment. The causative factor is the limited mental health services. One solution is to develop services based on Islamic boarding schools or pesantren. For pesantren, mental health is part of da'wah bil-irsyad or counseling.This paper aims to describe the role and potential of ibu nyai (female scholars of pesantren) in developing local community-based public health services. The study used a qualitative method with an ethnographic-hermeneutic approach. The results show that firstly, ibu nyai had the potential as leaders for female students, many are highly educated, some have colleges and health facilities, and some have sizeable social capital. Second, ibu nyai had a concern for health services because of her theological motivation and passion for da’wah. Third, ibu nyai has a powerful social network, which is expected to be helpful as a communication strategy for strengthening public health. Islamic boarding school-based public health has its own appeal and market share. This research is useful for developing public health science based on local wisdom. Masyarakat yang mengalami gangguan jiwa setiap tahun selalu meningkat. Mereka sedikit sekali yang berusaha mencari pengobatan. Faktor penyebabnya, karena terbatasnya layanan kesehatan mental. Salah satu solusinya, mengembangkan layanan yang berbasis pesantren. Bagi pesantren, kesehatan mental termasuk bagian dakwah bil-irsyad atau konseling. Tujuan tulisan ini untuk mendeskripsikan peran dan potensi ibu nyai dalam mengembangkan layanan kesehatan masyarakat berbasis komunitas lokal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi-hermeneutik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, para ibu nyai berpotensi sebagai pemimpin bagi santri perempuan, banyak yang berpendidikan tinggi, ada yang memiliki perguruan tinggi dan fasilitas kesehatan serta memiliki modal sosial yang besar. Kedua, ibu nyai memiliki kepedulian terhadap layanan kesehatan karena motivasi teologis dan semangat khidmah dalam berdakwah. Ketiga, ibu nyai memiliki jejaring sosial yang sangat kuat, yang diharapkan bermanfaat sebagai strategi komunikasi dalam penguatan kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat berbasis pesantren memiliki daya tarik dan pangsa pasar tersendiri. Penelitian ini berguna untuk mengembangkan ilmu kesehatan masyarakat yang berbasis kearifan lokal.
Family-Based Corruption Prevention through Pesantren Values Arifin, Samsul; Baharun, Mokhammad; Saputra, Rahmat
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 23, No 1 (2021): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/eh.v23i1.11657

Abstract

Pesantren (Islamic boarding school) has a great potential for family-based corruption prevention. This study aims to determine the values of pesantren and portraits of sakinah family personalities in the texts of “Zadu Az-Zaujayn” and “Syair Madura” in relation to the prevention of corruption. It uses an ethnographic-hermeneutic qualitative approach. The research concludes that the value of pesantren associated with the prevention of corruption lies in the expression "Mondhuk entar ngabdi bhen ngaji (the intention of going to pesantren is to learn and to serve)" and “Mon ngecok jerum e pondok mon mole ka romana ngecok jheren (if you steal a needle in pesantren, you will steal a horse once you get back home)". Through the values, students are accustomed to serving people and being careful of taking others’ belongings. Meanwhile, the values of sakinah family within the text are wara’ (being cautious and able to self-control), zuhud (living a simple life and prioritizing others’ need), and patient (being tender and dare to face difficulties); qona'ah (accepting life as it is), ridha (accepting the provisions of God); and self-presentation. This research is vital to develop to achieve sakinah families free of corruption. Pondok pesantren memiliki potensi besar dalam mencegah korupsi berbasis keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan nilai-nilai pesantren dan potret kepribadian keluarga sakinah dalam teks kitab “Zadu Az-Zaujayn” dan “Syair Madura” terkait pencegahan korupsi. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif tipe etnografi-hermeneutik.  Hasil penelitian: nilai-nilai pesantren yang terkait dengan pencegahan korupsi yaitu  “Mondhuk entar ngabdi dan ngaji (mondok untuk mengabdi dan mengaji)”. Santri juga menghindari ngecok (mencuri):“Mon ngecok jerum e pondok mon mole ka romana ngecok jheren, (kalau mencuri sebuah jarum di pondok, pulangnya akan mencuri seekor kuda)”. Dengan kedua nilai tersebut, santri akan terbiasa melayani orang lain dan menjauhi mengambil hak milik orang lain. Sedang kepribadian pasangan suami-istri sakinah yaitu mampu mengendalikan diri: yaitu wara’ (hati-hati dan mampu mengendalikan diri), zuhud (hidup sederhana dan lebih mementingkan kepentingan orang lain), dan sabar (lapang dada dan berani menghadapi kesulitan-kesulitan); penerimaan hidup apa adanya: qona’ah (menerima kenyataan yang ada), ridha (ketenangan hati menerima ketentuan-ketentuan dari Allah); dan presentasi diri. Penelitian ini penting untuk dikembangkan, agar tercipta keluarga sakinah yang bebas dari korupsi.