Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Jurnal Media Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Makassar

PENGARUH ULTRASOUND DAN INTEGRATED NEUROMUSCULAR INHIBITION TECHNIQUE (INIT) TERHADAP PENURUNAN NYERI MYOFACIAL PAIN SYNDROME MUSCULUS UPPER TRAPEZIUS PADA MAHASISWA JURUSAN FISIOTERAPI: The Effect Of Ultrasound And Integrated Neuromuscular Inhibition Technique (Init) To Reduce Of Myofacial Pain Syndrome Musculus Upper Trapezius Pains For Physiotherapy Department Students Putri, Riska Meylita; Lestari, Virny Dwiya; Hasbiah; Sudaryanto; Tang, Aco
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 14 No 1 (2022): Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar
Publisher : Jurusan Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/fis.v14i1.43

Abstract

Latar Belakang: Myofascial pain syndrome (MPS) adalah kondisi nyeri yang umumnya kronis, tetapi bisa akut. MPS sering dikaitkan dengan myofascial trigger points (MTrPs) pada otot dan jaringan ikat termasuk fasia. MTrP aktif adalah salah satu generator nyeri perifer utama untuk kondisi nyeri muskuloskeletal. Metode: Jenis penelitian ini adalah pra experimen dengan disain penelitian pre test-post test one group design, bertujuan untuk mengetahui pengaruh Ultrasound dan Init (Integrated Neuromuscular Inhibition Technique) terhadap penurunan nyeri pada penederita Myofacial Pain Syndrome Musculus Upper Trapezius pada mahasiswa jurusan Fisioterapi dan menggunakan alat ukur Visual nalog scale (VAS). Hasil: Berdasarkan analisis uji statistik Wilcoxon menunjukkan bahwa terjadi penurunan nyeri yang dapat dilihat dari rerata pre-test 6.069 menjadi rerata post-test 3.263 dan diperoleh hasil p= .000 (p<0,05) yang berarti bahwa pemberian Ultrasound dan Init (Integrated Neuromuscular Inhibition Technique) dapat memberikan pengaruh yang bermakna terhadap penurunan nyeri pada Myofacial Pain Syndrome Musculus Upper Trapezius. Kesimpulan: Kesimpulan penelitian ini yaitu, kepada rekan-rekan fisioterapi di kampus jurusan fisioterapi atau Lahan Praktek agar menggunakan intervensi Ultrasound dan Init (Integrated Neuromuscular Inhibition Technique) sebagai salah satu terapi terpilih untuk penurunan nyeri pada penderita Myofacial Pain Syndrome Musculus Upper Trapezius. Kata Kunci: Ultrasound, Init (Integrated Neuromuscular Inhibition Technique) Nyeri, Myofacial Pain Syndrome Musculus Upper Trapezius.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN FUNGSIONAL LUMBAL AKIBAT LOW BACK PAIN MYOGENIC: Management of Physiotherapy in Lumbar Functional Disorders Due to Low Back Myogenic Pain Hasbiah; Nugraha, Rahmat; Erawan, Tiar; Sudaryanto; Marwah; Fahriana, Sri Gunda
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 16 No 1 (2024): Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar
Publisher : Jurusan Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Low Back Pain (LBP) Myogenic merupakan kondisi nyeri punggung bawah yang ditandai dengan spasme atau tighness pada otot erector spine dan otot quadratus lumborum, dimana keluhan tersebut dapat menyebabkan nyeri gerak sehingga menimbulkan kesulitan melakukan aktivitas fungsional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada gangguan fungsional lumbal akibat low back pain myogenic, dengan jenis penelitian studi kasus, yang dilaksanakan di RS. Bhayangkara Makassar. Jumlah sampel sebanyak 2 orang yang memenuhi kriteria sampel. Pengumpulan data diperoleh melalui pengukuran nyeri menggunakan Visual Analog Scale (VAS), pengukuran lingkup gerak sendi atau fleksibilitas menggunakan Schoober Test, dan pengukuran aktivitas fungsional menggunakan Oswestry Disability Indeks (ODI). Hasil penelitian berdasarkan pemeriksaan fisioterapi didapatkan diagnose yaitu low back pain myogenic. Setelah dilakukan terapi berupa Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation, Myofascial Release Tehnique, dan Core Stability Exercise sebanyak 8 kali intervensi didapatkan perubahan VAS, untuk Tn.M nyeri diam dari (3.7 ) menjadi (0), nyeri tekan dari (5,4) menjadi (1.2), nyeri gerak dari (7.2) menjadi (2.3) ; untuk Tn.S nyeri diam dari (6.3) menjadi (1.4), nyeri tekan dari (7.6) menjadi (2.2), nyeri gerak dari (8.3) menjadi (3.1). Didapatkan peningkatan fleksibilitas pada Tn.M fleksi lumbal dari 3cm menjadi 8 cm, ekstensi lumbal dari 4 cm menjadi 5 cm ; untuk Tn.S fleksi lumbal dari 2 cm menjadi 7 cm, ekstensi lumbal dari 2.5cm menjadi 4cm. Dan didapatkan adanya peningkatan mobilitas fungsional pada Tn.M dari 34% (disabilitas sedang) menjadi 16% (disabilitas minimum) ; untuk Tn.S dari 42% (disabilitas parah) menjadi 24% (disabilitas sedang). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian Transcutaneus Electrical Stimulation (TENS),Myofascial Reelase Tehnique dan Core Stability Exercise dapat menurunkan nyeri, spasme, meningkatkan fleksibilitas lumbal dan meningkatkan aktivitas fungsional pada pasien penderita Low Back Pain Myogenic.
ANALISIS FAKTOR RISIKO NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA LANSIA DI KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR : Analysis of Risk Factors for Low Back Pain in The Elderly in Biringkanaya District, Makassar City Islam, Fahrul; Sudaryanto; Syarifuddin, Syarifuddin; Hasbiah, Hasbiah; Durahim, Darwis; Awal, Muhammad
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 16 No 2 (2024): Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar
Publisher : Jurusan Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/fis.v16i2.1201

Abstract

Nyeri punggung bawah (NPB) biasanya merupakan gejala disfungsi pada sistem muskuloskeletal NPB digambarkan sebagai perasaan nyeri, ketegangan otot, atau kekakuan lokal pada bagian bawah batas kosta dan di atas lipatan glutea inferior, tanpa disertai penjalaran ke tungkai sampai kaki (sciatica). Penyebab paling umum dari nyeri punggung bawah adalah kerobekan otot atau ligamen. Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi saat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi pemicu timbulnya gejala NPB. Pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor risiko nyeri punggung bawah di dengan menggunakan metode Observational analysis dengan Desain cross sectional study dimana penelitian ini terdiri atas dua tahapan yaitu tahap pertama pengumpulan data faktor risiko pada responden yang mengalami nyeri punggung bawah dan tahap kedua menganalisis risiko yang menyebabkan nyeri punggung bawah .Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari faktor usia ditemukan paling banyak penderita NPB adalah usia >46 tahun sebanyak 45 orang (76,3%). Dilihat dari faktor indeks massa tubuh (IMT) ditemukan paling banyak penderita NPB yang overweight (berdasarkan IMT) yaitu sebanyak 45 orang (76,3%). Dilihat dari faktor lingkar perut ditemukan paling banyak penderita NPB yang tergolong kategori obesitas sebanyak 32 orang (54,2%). Kemudian dilihat dari sikap tubuh saat memutar dan mengangkat/memindahkan barang/objek ditemukan lebih banyak penderita NPB yang memiliki sikap tubuh yang tidak ergonomis sebanyak 55 orang (93,2%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penderita NPB paling banyak terjadi pada usia > 46 tahun, kategori overweight (berdasarkan IMT), kategori obesitas (berdasarkan lingkar perut) dan sikap tubuh yang tidak ergonomis.
BEDA PENGARUH MAITLAND MOBILIZATION DENGAN MANUAL LUMBAL TRACTION PADA PENDERITA SPONDYLOSIS LUMBAL : Different Effects of Maitland Mobilization and Manual Lumbal Traction in Patients Spondylosis Lumbar Sudaryanto; Hasbiah; Nugraha, Rahmat; Erawan, Tiar; Anwar, Musdalipa
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 17 No 1 (2025): Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar
Publisher : Jurusan Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/fis.v17i1.1497

Abstract

Spondylosis Lumbal menyebabkan beban kompresi yang tinggi pada facet joint lumbal akibat degenerasi diskus intervertebralis, dan terjadi penebalan pada kapsul ligamen vertebra lumbal. Hal ini menimbulkan nyeri punggung bawah disertai keterbatasan gerak fleksi-ekstensi, yang akhirnya terjadi hambatan aktivitas fungsional.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh Maitland Mobilization dengan Manual Lumbal Traction pada penerapan Microwave Diathermy dan Core Stability Exercise terhadap perbaikan nyeri fungsional dan ROM lumbal pada penderita Spondylosis Lumbal. Penelitian merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain randomized pre test-post test two group, yaitu menggunakan 2 kelompok sampel dimana kelompok perlakuan 1 diberikan intervensi MWD, Core Stability, dan Manual Lumbal Traction dan kelompok perlakuan 2 diberikan intervensi MWD, Core Stability, dan Maitland Mobilization. Sampel yang didapatkan sebanyak 30 orang sesuai dengan kriteria inklusi, kemudian dirandomisasi kedalam 2 kelompok yaitu sebanyak 15 orang kelompok perlakuan 1 dan 15 orang kelompok perlakuan 2. Pengumpulan data diperoleh melalui pengukuran nyeri fungsional menggunakan skala Patient Spesific Functional Scale (PSFS) dan pengukuran ROM menggunakan metode Schober. Berdasarkan hasil uji paired sample t untuk skala PSFS didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05) pada kelompok perlakuan 1 dan 2, serta untuk ROM fleksiekstensi lumbal didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05) pada kelompok perlakuan 1 dan 2, hal ini menunjukkan ada pengaruh yang signifikan pada kelompok perlakuan 1 (MWD, Core Stability, dan Manual Lumbal Traction) dan kelompok perlakuan 2 (MWD, Core Stability, dan Maitland Mobilization) terhadap perbaikan nyeri fungsional dan ROM lumbal. Namun, berdasarkan uji independent sample t untuk skala PSFS didapatkan nilai p=0,000 (rerata selisih yaitu 16,87% perlakuan 2 > 9,67% perlakuan 1), dan berdasarkan uji Mann-Whitney didapatkan nilai p=0,003 (rerata selisih 2,20 perlakuan 2 > 1,33 perlakuan 1), dan p=0,000 (2,40 perlakuan 2 >  1,33 perlakuan 1), yang berarti bahwa Maitland Mobilization lebih efektif daripada Manual Lumbal Traction. Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian Maitland Mobilization dapat menghasilkan perbaikan nyeri fungsional dan peningkatan ROM yang lebih besar secara signifikan daripada pemberian Manual Lumbal Traction pada penderita Spondylosis Lumbal.