Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : JK Unila (Jurnal Kedokteran Universitas Lampung)

Korelasi Antara Panjang Tulang Radius Dengan Tinggi Badan Pada Pria Dewasa Suku Lampung dan Suku Jawa di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Anggraeni Janar Wulan; Indhraswari Dyah W.
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 2, No 1 (2018): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v2i1.1902

Abstract

Proses identifikasi forensik merupakan proses penentuan tinggi badan yang merupakan langkah utama ketika hanya sebagian tubuh yang ditemukan. Salah satu cara menentukan tinggi badan adalah dengan menggunakan panjang dari tulang panjang seperti tulang radius. Penelitian ini ditunjukkan untuk mengetahui hubungan panjang tulang radius dengan tinggi badan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2015 di Kecamatan Gisting, dengan metode deskriptif analitik dan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non probability sampling yaitu consecutiv sampling dan memperoleh 88 responden untuk masing-masing suku Lampung dan suku Jawa. Rerata panjang tulang radius pada pria dewasa suku Lampung adalah 25,9 ± 1,469 (22-28) cm dan tinggi badan rerata pria dewasa suku Lampung adalah 164 ± 0,045 (156-179) cm dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0.452. Panjang radius rerata pria dewasa suku Jawa adalah 25,6 ± 1,470 (22-28) cm dan tinggi badan rerata pria dewasa suku Jawa adalah 163 ± 0,045 (151-175) cm dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,471. Dapat disimpulkan bahwa panjang tulang radius memiliki korelasi sedang dengan tinggi badan baik pada suku Lampung maupun suku Jawa.Kata kunci:Identifikasi forensik, panjang radius, tinggi badan.
Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Batang Bakau Minyak (Rhizophora apiculata) Etanol 95 % terhadap Arteri Koronaria Tikus Putih (Rattus novergicus) Jantan Galur Sprague dawley yang Dipaparkan Asap Rokok Syazili Mustofa; Nicholas Alfa; Anggraeni Janar Wulan; Soraya Rahmanisa
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 3, No 1 (2019): JK Unila
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v3i1.2200

Abstract

Indonesia menenmpati peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah perokok terbesar di kawasan ASEAN. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan 2 dari 3 orang Indoneisa merupakan seorang perokok. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia setelah stroke, yakni 12,9%. Rhizophora apiculata memiliki kandungan tanin, alkaloid, dan flavonoid yang dapat mencegah radikal bebas. Dari uraian diatas, penulis ingin menggali potensi antioksidan yang terdapat dalam bakau dengan mempelajari pengaruh pemberian ekstrak kulit bakau minyak (Rhizophora apiculata) dalam melindungi arteri koroner tikus dari paparan asap rokok. Penelitian ini adalah penelitan eksperimental. Sampel yang digunakan adalah tikus putih jantan (Rattus novergicus) galur Sprague dawley yang terdiri dari 5 kelompok, masing masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus dan 1 cadangan. Dosis ekstrak bakau yang digunakan pada P1 adalah 28,275 mg/kgbb, P2: 56,55 mg/kgbb, P3: 113,1 mg/kgbb. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji One Way Anova dengan post hoc Bonferroni. Rerata tebal dinding arteri koronaria memiliki hasil bermakna pada semua kelompok perlakuan. Ekstrak kulit batang bakau minyak (Rhizophora apiculata) mampu melindungi arteri koronaria tikus putih jantan (Rattus novergicus) galur Sprague dawley yang dipaparkan asap rokok. Dosis optimal ekstrak kulit batang bakau minyak (Rhizophora apiculata) dalam mencegah penebalan arteri koronaria tikus putih jantan yang dipaparkan asap rokok adalah 56,55 mg/kgbb. Kata kunci: antioksidan, arteri koronaria, asap rokok, bakau minyak Effect of Giving Mangrove (Rhizophora apiculata)
Perbedaan Kemampuan Memori Kerja Paska Paparan Gelombang Elektromagnetik Akut dan Kronis pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Sprague dawley Anggraeni Janar Wulan; Rekha Nova Iyos; Anisa Nuraisa Djausal; Prianggara Rostu Prayoga
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 1, No 2 (2016): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v1i2.1638

Abstract

Stres adalah keadaan ketidakseimbangan yang akan mengganggu homeostasis. Stres akan memengaruhi sistem organ pada tubuh, salah satunya sistem saraf. Handphone merupakan salah satu pemicu timbulnya stres. Paparan gelombang elektromagnetik terbukti akan merusak hippocampus sebagai pusat memori. Lama paparan terhadap gelombangelektromagnetik berpengaruh terhadap kemampuan memori kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai memori kerja paska paparan gelombang elektromagnetik akut dan kronik pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley. Sampel yang digunakan adalah 18 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley, berusia 2-3 minggu. Sampel dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol (K), kelompok perlakuan 1 (P1) dipaparkan dengan gelombang EM handphone selama 7 hari dan P2 dipaparkan selama 21 hari. Durasi pemaparan selama 3jam/hari. Memori kerja diukur dengan menggunakan radial arm maze. Hasil pengukuran rerata memori kerja adalah sebagai berikut K1: 1.83 ± 0,7%, K2: P1: 1,33 ± 1,0%, P2: 1.33 ± 0,5%. Dari hasil analisa Kruskal Wallis didapatkan nilai p=0,55 (p>0,05).Simpulan, tidak terdapat perbedaan memori kerja paska paparan gelombang elektromagnetik pada tikus Putih (Rattus Novegicus) galur Sprague dawley. [JK Unila. 2016; 1(2)]Kata kunci: gelombang EM, memori kerja