Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Cermin Dunia Kedokteran

Pengaruh Stressor Psikososial, Depresi, dan Demensia terhadap Insomnia pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia II Jakarta -, Surilena; W, Hendry; M, Elita; Simon, Sumanto; Joewana, Satya
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 5 (2016): Infeksi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.964 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v43i5.52

Abstract

Pendahuluan: Depresi, demensia, dan insomnia adalah problem klinis dan kesehatan umum yang sering dijumpai pada lanjut usia (lansia) yang dapat menimbulkan penderitaan bermakna, mengeksaserbasi morbiditas dan disabilitas. Gangguan tersebut dipengaruhi oleh faktor biologis dan stressor psikososial. Tujuan: Mengidentifikasi pengaruh stressor psikososial, depresi, dan demensia terhadap kejadian insomnia pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia II Jakarta. Metode: Penelitian cross-sectional pada 103 lansia secara random sampling di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia II, Jakarta, bulan Juli-Desember 2014. Pengumpulan data dengan wawancara dan kuesioner demografi, penyakit fisik kronis, stressor psikososial, Geriatric Depression Scale 15 (GDS15), Mini Mental State Examination (MMSE), dan Insomnia Severity Index (ISI). Analisis dengan analisis univariat dan multivariat Stepwise Logistic Regression. Hasil: Sejumlah 103 lansia dengan rerata usia 70,8 tahun, dan sebanyak 52,4%-nya perempuan. Sebagian besar (57,3%) dengan penyakit fisik kronis seperti hipertensi, diabetes melitus, artritis rematoid, dengan stressor psikososial tinggi (43,7% ), depresi (45,6%), demensia (83,5%), dan insomnia (42,7%). Pada analisis regresi logistik multivariat, faktor signifikan yang berperan terhadap insomnia pada lansia adalah depresi, penyakit fisik kronis, dan stressor psikososial (p<0.05); paling dominan adalah depresi (p= 0,000; OR 16,18). Simpulan: Depresi memiliki pengaruh paling bermakna terhadap terjadinya insomnia pada lansia.
Kepatuhan ODHA Pengguna Napza Suntik tanpa atau dengan Ko-infeksi TB/ Hepatitis Virus dalam Terapi Antiretroviral dan Metadon -, Surilena; -, Minawati; -, Rensa; -, Isadora; Suryani, Eva; Hartono, Teguh Sarry
Cermin Dunia Kedokteran Vol 42, No 7 (2015): Stem Cell
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.453 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v42i7.984

Abstract

Latar Belakang: Jumlah pengguna NAPZA suntik (penasun) terinfeksi HIV/AIDS (ODHA/orang dengan HIV AIDS) yang menjalani terapi antiretroviral (ART/antiretroviral therapy) dan metadon bersamaan makin meningkat. ODHA penasun di Indonesia rentan terko-infeksi oleh penyakit tuberkulosis (TB) dan hepatitis virus. Kombinasi konsumsi ARV, metadon, obat-obat untuk ko-infeksi, dan NAPZA secara bersamaan berefek negatif pada kepatuhan optimal ODHA pada ART. Tujuan: Memberi gambaran kepatuhan ODHA penasun yang menjalani ART dan metadon, dengan/tanpa ko-infeksi TB/hepatitis virus. Metode: Sejumlah 34 ODHA penasun yang menjalani terapi ARV di kios Atma Jaya dan puskesmas Tambora, pada Oktober - Desember 2012, mengikuti studi potong lintang ini. Responden mengisi kuesioner data demografis, status infeksi hepatitis virus dan TB, terapi ARV dan metadon, serta kepatuhan ART (self-report). Hasil: Grup 1 terdiri dari 20 ODHA penasun (58,8%) sedang/pernah terko-infeksi TB/hepatitis virus (9 orang terko-infeksi hanya TB dan sudah selesai terapi TB, 6 orang sedang dalam pengobatan TB, dan 5 orang terinfeksi virus hepatitis saja). Grup 2 terdiri dari 14 ODHA penasun (41,2%) tanpa koinfeksi TB dan hepatitis virus. Kepatuhan ART optimal dicapai oleh 9 orang (45%) pada grup 1, yaitu: 6 dari 9 (66,7%) responden yang selesai berobat TB, 1 dari 6 (16,7%) responden yang sedang berobat TB, dan 2 dari 5 (40%) responden yang menderita hepatitis virus. Di grup 2 terdapat 6 orang (42,9%) yang mencapai kepatuhan ART optimal. Simpulan: ART optimal dicapai < 50% total responden. Pada responden yang terko-infeksi; ART optimal dicapai oleh 66,7% responden yang telah menyelesaikan terapi TB, 16,7% responden yang belum menyelesaikan terapi TB, dan 40% responden yang menderita hepatitis virus.Background: People living with HIV/AIDS (PLWHA) who are intravenous drug users (IVDU) are increasing in number, and mostly are on both antiretroviral therapy (ART) and methadone maintenance therapy (MMT). In Indonesia, PLWHA and IVDU are more easily infected with tuberculosis (TB) and/or viral hepatitis. Co-infections and drug interaction may negatively affect their adherence to ART. Goal: To observe ART adherence among IVDU who were on MMT with PLWHA with/without co-infections (TB and/or viral hepatitis). Method: Thirty-four PLWHA who were IVDU from kios Atma Jaya and Tambora public primary health care participated in this cross-sectional study from October to December 2012. They filled out questionnaires on demographic data, previous viral hepatitis and TB infection, ART & MMT data, and adherence to ART by self report. Results: Group 1: 20 (58.8%) respondents were/had been co infected with TB/viral hepatitis (9 respondents had finished TB treatment, 6 respondents were on TB treatment, 5 respondents had untreated viral hepatitis only). Group 2: 14 (41.2%) respondents had never been co-infected with TB/ viral hepatitis. We found that nine respondents in group 1 (45%) and six respondents in group 2 (42,9%) adhered optimally to ART. Six (66,7%) respondents who had finished TB treatment, one respondent (16,7%) who were on TB drugs, and two respondents (40%) who had untreated viral hepatitis, adhered optimally to ART. Conclusions: Less than 50% respondents adhered optimally to ART. Respondents who had optimal ART adherence among those who had finished TB treatment, who were on TB drugs, and who had untreated viral hepatitis were 66.7%, 16.7%, and 40%.
Perilaku Bullying (Perundungan) pada Anak dan Remaja -, Surilena
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 1 (2016): Neurologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1307.697 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v43i1.9

Abstract

Salah satu aksi kekerasan yang sering dijumpai pada anak dan remaja adalah perilaku bullying. Prevalensinya meningkat dari tahun ke tahun, namun di Indonesia belum ada data pasti. Dampak perilaku bullying sering tidak disadari baik oleh korban, pelaku, guru, maupun orang tua karena lebih bersifat psikis dan emosional, efeknya tidak dapat langsung terlihat, prosesnya berlangsung lama dan perlahan. Perlu deteksi dini agar dapat segera dicegah, dievaluasi lebih lanjut dampaknya, serta dapat diintervensi sedini mungkin.