Pidato perdana Presiden Republik Indonesia bukan sekadar wacana seremonial, melainkan instrumen komunikasi politik strategis yang sarat ideologi dan upaya legitimasi. Namun, kajian akademik terhadap pidato politik sering kali masih terbatas pada analisis struktur teks, tanpa menelaah bagaimana teks tersebut dipengaruhi oleh kognisi sosial dan konteks sosial pembicara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pidato perdana Presiden RI 2024, Prabowo Subianto, menggunakan model Analisis Wacana Kritis (AWK) Teun A. van Dijk yang mencakup tiga dimensi utama: struktur teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik dokumentasi dan simak-catat terhadap teks pidato resmi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur teks, baik makro maupun mikro, mencerminkan tema keadilan dan kemandirian nasional melalui strategi semantik, sintaksis, dan retorika. Struktur ini dipengaruhi oleh kognisi sosial pembicara—yakni representasi mental dan ideologi yang terbentuk dari pengalaman serta pengetahuan kolektif. Kognisi ini menjembatani teks dengan konteks sosial, memungkinkan wacana disesuaikan dengan ekspektasi publik. Dalam konteks transisi politik pascapemilu, pidato dikonstruksi secara inklusif dan persuasif untuk merespons tuntutan stabilitas dan membangun legitimasi kepemimpinan baru