Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Psikoborneo : Jurnal Ilmiah Psikologi

Improving Learning Achievement Through a Self-Esteem Perspective: The Secret to Student Success Yunita, Rossa; Sarajar, Dewita Karema
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 12, No 3 (2024): Volume 12, Issue 3, September 2024
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikoborneo.v12i3.15457

Abstract

When children enter the education stage in secondary school, that is when children enter adolescence where they are looking for their identity by trying new things that they have not encountered before. At this stage the school environment will further develop their thinking patterns and further expand the child's social life. Low self-esteem in students results in them not believing that they are able to do what their parents and teachers expect of them. Low self-esteem, showing avoidant behavior. This study aims to explore the relationship between self-esteem and academic achievement among high school students in Muara Teweh. During adolescence, the school environment and self-esteem play crucial roles in shaping students' identities and academic performance. Previous research has highlighted that low self-esteem can hinder optimal academic achievement. Through a survey of 60 high school students, data were collected using questionnaires to measure self-esteem and academic performance. The results indicate a relationship between self-esteem and academic achievement, although the correlation between them tends to be weak. These findings underscore the importance of attention to both variables in the educational context. Schools and educational communities are encouraged to pay attention to the complex dynamics between self-esteem and academic achievement to create a supportive learning environment for students' development. Students are also encouraged to strengthen their self-confidence in understanding subject matter and taking on new challenges. The implication of this research is that it can be a learning medium and consideration in making policies in the field of education. It is necessary to pay attention to the contribution of other variables in supporting and encouraging student academic achievement at school, such as self-efficacy variables and student learning independence.Saat anak memasuki tahap pendidikan di sekolah menengah, saat itulah  anak memasuki  masa  remaja  dimana mereka  sedang  mencari  jati  dirinya dengan mencoba hal-hal baru yang belum  ditemui  sebelumnya. Pada  tahap  ini  lingkungan sekolah akan lebih mengembangkan pola pikir mereka dan lebih memperluas  kehidupan sosial  anak. Rendahnya self esteem pada diri siswa/i mengakibatkan mereka tidak percaya bahwa mereka mampu melakukan apa yang diharapkan orangtua dan guru kepada mereka. Rendahnya self esteem, memperlihatkan perilaku menghindar. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara self-esteem dan prestasi belajar siswa SMA di Muara Teweh. Dalam tahap remaja, lingkungan sekolah dan kepuasan harga diri memainkan peran penting dalam pembentukan identitas diri dan prestasi belajar siswa. Penelitian sebelumnya menyoroti bahwa self-esteem yang rendah dapat menjadi hambatan dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal. Melalui survei terhadap 60 siswa SMA, data dikumpulkan menggunakan angket untuk mengukur self-esteem dan prestasi belajar. Hasil menunjukkan adanya hubungan antara self-esteem dan prestasi belajar, meskipun korelasi antara keduanya cenderung lemah. Temuan ini menggarisbawahi pentingnya perhatian terhadap kedua variabel ini dalam konteks pendidikan. Sekolah dan komunitas pendidikan diharapkan dapat memperhatikan dinamika kompleks antara self-esteem dan prestasi belajar untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung perkembangan siswa. Siswa juga didorong untuk memperkuat keyakinan diri mereka dalam memahami materi pelajaran dan mengambil tantangan baru. Implikasi dari penerlitian ini  yaitu dapat menjadi media pembelajaran dan pertimbangan dalam mengambil kebijakan dalam bidang pendidikan. Perlu diperhatikan kontribusi variabel lainnya dalam mendukung dan mendorong prestasi akademik siswa di sekolah seperti variabel self efficacy dan kemandirian belajar pada siswa.
Loneliness and Quarter-Life Crisis in Final Year Overseas Students from Outside Java Melalondo, Militya Christy; Sarajar, Dewita Karema
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 12, No 1 (2024): Volume 12, Issue 1, Maret 2024
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikoborneo.v12i1.13237

Abstract

As time goes by there are more demands faced by students, especially when entering their final year. Feelings in the form of fear, anxiety, and worry about the future, including relationships, social life, and career, are also often experienced by individuals, where this phenomenon is called quarter-life crisis. One of the factors that influences a person's quarter-life crisis was their social relationships. For migrant students, loneliness often occurs due to living outside their hometown, far from their parents, and being unable to adapt to the social environment at their place of study. This can encourage someone to experience a quarter-life crisis because the individual feels that he is only fighting alone and there is no presence and support from people around. This study employs a quantitative approach with the objective investigating the correlation between loneliness and quarter-life crisis among final-year students originating from regions outside Java. The subjects in this study were 265 final-year student who have migrated from diverse regions within the country to persue their studies at various universities situated across the Java-island. To measure loneliness and quarter-life crisis, the study utilizes two estabilished instrument, the UCLA Loneliness Scale (Version 3) (α = 0,993) and The Developmental Crisis Questionnaire (α = 0,880). Both instruments are structured with Likert-type scales. The data collected are subjected to analysis using simple regression techniques, facilitated by the statistical software SPSS 25.0-for windows. The findings of this study reveal a statistically significant positive correlation between loneliness and quarter-life crisis, with correlation coefficient r = 0,891 and sig = 0,000 (p < 0,05). The suggest that higher levels of loneliness are associated with a higher likelihood of experiencing quarter-life crisis, whereas lower levels of loneliness are linked to reduced likelihood of encountering quarter-life crisis among final-year student originating from regions outside Java-island. The implications derived from this study underscore the importance for final-year migrant students to enhance the quality of their interpersonal relationship while studying outside their area. This endavor is essential to secure emotional support during challenging periods and to mitigate the risk of being ensnared in a quarter-life crisis.Seiring berjalannya waktu semakin banyak tuntutan yang dihadapi oleh mahasiswa, terutama ketika memasuki tingkat akhir. Perasaan berupa ketakutan, kecemasan, serta kekhawatiran akan masa depan termasuk relasi, kehidupan sosial, dan karier juga seringkali dialami individu, dimana fenomena tersebut disebut dengan quarter-life crisis. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya quarter-life crisis pada seseorang adalah relasi sosialnya. Pada mahasiswa perantau, loneliness seringkali terjadi dikarenakan tinggal di luar kampung halaman, jauh dari orang tuanya, dan tidak mampu untuk beradaptasi dalam lingkungan sosial di tempat studinya. Hal ini dapat mendorong seseorang mengalami quarter-life crisis karena individu merasa bahwa dirinya hanya berjuang sendiri dan tidak ada kehadiran serta dukungan dari orang-orang disekitarnya. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara loneliness dengan quarter-life crisis pada mahasiswa perantau tingkat akhir yang berasal dari luar pulau Jawa. Subjek dalam penelitian ini adalah 265 mahasiswa tingkat akhir yang merupakan perantau dari berbagai daerah di Indonesia dan berkuliah di beberapa universitas yang tersebar di pulau Jawa.  Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah UCLA Loneliness Scale (Version 3) (α = 0,993) dan The Developmental Crisis Questionnaire (α = 0,880). Kedua skala tersebut disusun dengan skala model Likert dan diuji menggunakan analisis regresi sederhana dengan uji statistik SPSS 25.0-for windows. Adapun hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara loneliness dan quarter-life crisis, yang ditunjukkan dengan nilai r = 0,891 dan sig = 0,000 (p < 0,05). Artinya semakin tinggi tingkat loneliness, maka semakin tinggi juga tingkat quarter-life crisis, sebaliknya semakin rendah tingkat loneliness, maka semakin rendah juga tingkat quarter-life crisis pada mahasiswa perantau tingkat akhir yang berasal dari luar pulau Jawa. Implikasi dari penelitian ini diharapkan mahasiswa perantau tingkat akhir dapat meningkatkan kualitas relasinya dengan orang lain ketika berada di perantauan agar mampu menemukan dukungan emosional saat berada dalam masa sulit dan tidak terjebak dalam quarter-life crisis.