Berbagai penyakit baru ditemukan merebak di Indonesia menjadi kendala dalam keberlangsungan usaha budidaya perikanan, termasuk budidaya nener bandeng yang penyebarannya telah menjangkau pasar nasional hingga pasar Asia. Dampak yang dapat timbul akibat infeksi penyakit pada budidaya ikan dapat ditekan dengan penerapan praktik cara budidaya ikan yang baik (CBIB) dan biosekuriti. Analisis resiko skala laboratorium perlu dilakukan sebelum proses distribusi, untuk mendeteksi infeksi Viral Nervous Necrosis (VNN) pada nener bandeng dari hatchery di wilayah Buleleng, Bali. Data pada kajian ini di kumpulkan dari Laboratorium Pengujian Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (Balai KIPM) Denpasar selama rentang waktu 2022-2023. Metode molekuler yang digunakan untuk mendiagnosis VNN yaitu metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Metode analisis data yang digunakan yaitu penghitungan prevalensi. Berdasarkan data hasil analisis infeksi VNN, prevalensi VNN menunjukkan hasil nol atau tidak ada kasus positif nener terjangkit VNN. Sampel bandeng yang diperiksa tidak menunjukkan gejala klinis, yang mengindikasikan bahwa bandeng bukan merupakan inang spesifik penyebaran virus VNN. Prosedur biosekuriti yang dilakukan yaitu sterilisasi peralatan, sterilisasi lingkungan pemeliharaan, treatment biota, dan sterilisasi area pembenihan. Manajemen pakan dan lingkungan yang terkontrol menjamin kualitas benih yang dihasilkan berkualitas baik sehingga memenuhi standar ekspor. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nener dari hatchery di Bali aman terjangkit VNN sebagai dampak dari penerapan prosedur biosekuriti yang baik.