Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : At-Tajdid : Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam

KONTRIBUSI HADRASTUSSYEIKH KH. M. HASYIM ASY'ARI TERHADAP EKSISTENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI KAUM PEREMPUAN Sasmita, Yuyun; Idawati, Khoirotul
AT-TAJDID Vol 9, No 1 (2025): JANUARI-JUNI 2025
Publisher : Universitas Muhammadiyah Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/att.v9i1.3940

Abstract

Artikel ini mengulas Bagaimana Kontribusi Hadratussyeikh KH. M. Hasyim Asy’ari Terhadap Eksistensi Pendidikan Agama Islam Bagi Kaum Perempuan dan Bagaimana Hadratussyeikh KH. M. Hasyim Asy’ari Memposisikan Perempuan. Beberapa hal penting yang dapat diambil dari artikel ini: (1) Menurut Hadratussyeikh KH. M. Hasyim Asy’ari perempuan belajar menulis hukumnya makruh. Makruh bukan berarti dilarang atau diharamkan akan tetapi makruh disini adalah makruh tanzih. Makruh tanzih adalah perkara yang di tuntut untuk di tinggalkan tapi dengan perintah yang tidak atau kurang tegas, sebagaimana kiai menjelaskan kemakruhan pada hukum ini adalah mubah. (2) KH. M. Hasyim Asy’ari menjelaskan bahwa perempuan memiliki beberapa adab tertentu yang harus dilakukan apabila keluar dari rumah baik untuk bekerja maupun untuk keperluan lain nya yaitu harus sudah ada izin dari suaminya, dan ketika berada di luar tidak diperbolehkan bermuka murung, kotor atau mengenakan pakaian yang jelek dan ia harus menundukkan pandangan saat berjalan, tidak jelalatan dan berpura-pura tidak mengenal orang lain (laki-laki) yang mengenalinya. (3) Artikel ini mengungkap eksistensi perempuan dalam berbagai peran yaitu: a). Perempuan sebagai seorang ibu b). Perempuan sebagai seorang istri c). Perempuan sebagai anggota masyarakat. Jadi secara garis besar, artikel ini berusaha menganalisis Kontribusi Hadratussyeikh KH. M. Hasyim Asy’ari Terhadap Eksistensi Pendidikan Agama Islam Bagi Kaum Perempuan sehingga tidak ada lagi masyarakat dan budaya masyarakat yang masih menganggap perempuan berada di bawah laki-laki dan tempatnya hanya di dapur, sumur dan kasur tidak boleh berpendidikan tinggi, bekerja dan berkarir.This article reviews how The contribution of Hadratussyeikh KH M. Hasyim Asy'ari toward Existence of Islamic Religion Education for Women and How Hadratussyeikh KH.M. HasyimAsy'ari Positioning Women. Some important things were taken from this article: (1) According to Hadratussyeikh KH. M. Hasyim Asy'ari, woman learn to write, the law is makruh. Makruh does not mean prohibited or forbidden, but makruh was ’’makruhtanzih’’. Makruhtanzih was a matter that was demanded to be abandoned but with orders that were not or less firm, as Kyai explains, makruh in this law was permissible. (2) KH. M. HasyimAsy'ari explained that women have certain etiquette that have to followed when they leave the house, whether for work or other purposes, namely that they must have permission from their husband, and when they are outside they were not allowed to have a gloomy, dirty or wear bad clothes. and she has to lower her gaze when walking, does not wander around and does not pretend to not  knew other people (men) who recognize her. (3) This article reveals the existence of women in various roles, that is: a). Woman as a mother b). Woman as a wife c).Women as members of society. Generally, this article attempts to analyze the contribution of Hadratussyeikh KH. M. HasyimAsy'ari toward Existence of Islamic Religion Education for Women so that there is no society and culture that still considers women always under men and their place was only in the kitchen, well and bed. they were not allowed to have high education, work and have a career.
KONTRIBUSI PEMIKIRAN POLITIK DAN PENDIDIKAN KH WAHAB CHASBULLAH: SEBUAH ANALISIS HISTORI DAN FILOSOFIS Zaky Maulana, Mochamad; Idawati, Khoirotul; Mahadun, Hanifuddin
AT-TAJDID Vol 9, No 1 (2025): JANUARI-JUNI 2025
Publisher : Universitas Muhammadiyah Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/att.v9i1.4079

Abstract

Penelitian ini mengkaji pemikiran politik K.H. Wahab Chasbullah melalui pendekatan historis dan filosofis. Sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam di Indonesia dan pendiri Nahdlatul Ulama (NU), pemikiran K.H. Wahab mencerminkan sintesis antara nilai-nilai Islam, tradisi lokal, dan semangat kebangsaan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan latar belakang pemikiran politik beliau, menganalisis gagasan politiknya, serta mengevaluasi kontribusinya terhadap politik Islam di Indonesia. Melalui metode penelitian kualitatif berbasis studi kepustakaan, data dikumpulkan dari berbagai sumber primer dan sekunder, seperti karya tulis, pidato, dan dokumen historis. Kontribusi terbesar K.H. Wahab adalah upayanya menjadikan NU sebagai organisasi yang mendukung nasionalisme melalui penerimaan Pancasila sebagai dasar negara. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemikiran politik K.H. Wahab Chasbullah tidak hanya berkontribusi pada pembentukan politik Islam di Indonesia, tetapi juga menjadi landasan penting untuk membangun politik kebangsaan yang damai dan inklusif.This research examines the political thought of K.H. Wahab Chasbullah through historical and philosophical approaches. As one of the important figures in the history of Islam in Indonesia and the founder of Nahdlatul Ulama (NU), K.H. Wahab's thought reflects a synthesis between Islamic values, local traditions, and the spirit of nationality. This study aims to describe the background of his political thought, analyze his political ideas, and evaluate his contribution to Islamic politics in Indonesia. Through a qualitative research method based on literature study, data was collected from various primary and secondary sources, such as written works, speeches, and historical documents. K.H. Wahab's greatest contribution was his effort to make NU an organization that supports nationalism through the acceptance of Pancasila as the basis of the state. This research concludes that the political thought of K.H. Wahab Chasbullah not only contributed to the formation of Islamic politics in Indonesia, but also became an important foundation for building peaceful and inclusive national politics.
PESAN SPIRITUAL SYAIKHONA KHOLIL DAN STRATEGI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KEPADA HADROTUSSYAIKH KH M. HASYIM ASY’ARI DALAM BERDIRINYA NAHDLOTUL ULAMA Afiifah, Afiifah; Idawati, Khoirotul
AT-TAJDID Vol 8, No 2 (2024): JULI-DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/att.v8i2.3797

Abstract

Penelitian ini membahas pesan spiritual dan moral Syaikhona Kholil kepada Hadrotussyaikh KH Hasyim Asy’ari yang menjadi landasan dalam membentuk organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana pesan-pesan ini disampaikan dan relevansinya dalam konteks kepemimpinan dan spiritualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pesan-pesan tersebut melalui pendekatan historis dan interpretatif dengan teknik analisis isi dan deskriptif terhadap literatur terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Syaikhona Kholil menyampaikan dua isyarah utama, yakni sebilah tongkat yang melambangkan kepemimpinan dan tasbih dengan bacaan Asma'ul Husna "Ya Jabbar, Ya Qohhar", sebagai simbol keseimbangan spiritual dan pengingat kebesaran Allah. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa pesanpesan tersebut memberikan panduan moral dan spiritual yang mengokohkan tekad KH Hasyim Asy’ari dalam memimpin dan membangun NU berdasarkan nilai-nilai keimanan, kepemimpinan, dan keseimbangan spiritualitas.This research discusses Syaikhona Kholil's spiritual and moral message to Hadrotussyaikh KH Hasyim Asy'ari which became the basis for forming the Nahdlatul Ulama (NU) organization. The issues raised are how these messages are conveyed and their relevance in the context of leadership and spirituality. This research aims to describe and analyze these messages through a historical and interpretive approach with content analysis and descriptive techniques on related literature. The research results showed that Syaikhona Kholil conveyed two main signs, namely a stick symbolizing leadership and prayer beads with the Asma'ul Husna reading "Ya Jabbar, Ya Qohhar" as a symbol of spiritual balance and a reminder of the greatness of Allah. The conclusion of this research is that these messages provide moral and spiritual guidance that strengthens KH Hasyim Asy'ari's determination to lead and build NU based on the values of faith, leadership and spiritual balance.