Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Jurnal Resolusi Konflik, CSR dan Pemberdayaan (Jurnal CARE)

Penyuluhan Kelimpahan Hama pada Tumpangsari Sawi Hijau dengan Daun Bawang di Pertanian Organik pada Petani Yayasan Bina Bakti: Counseling on Pest Abundance in Collection of Green Saws With Leaves on Organic Agriculture at Bina Bakti Foundation Farmers Agief Julio Pratama; Balqis Khasyafi; Widyani Lailinur; Leonard Dharmawan; Muhammad Iqbal Nurulhaq
Jurnal Resolusi Konflik, CSR dan Pemberdayaan (CARE) Vol. 8 No. 1 (2023): Pemberdayaan Masyarakat berbasis Inovasi Pertanian Berkelanjutan
Publisher : Center for Alternative Dispute Resolution and Empowerment (Care), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyuluhan tentang pertanian organik pada petani merupakan nilai tambah dalam pertanian. Salah satu komoditas yang cukup sering dibudidayakan dalam pertanian organik yaitu sawi hijau. Kendala yang dihadapi dalam budidaya sawi hijau secara organik yaitu ganguan dari organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dapat menurunkan produksi. Gangguan yang bersifat merusak merupakan implikasi dari kelimpahan hama yang datang pada suatu kawasan. Tujuan dilakukannya penelitian yaitu memberikan gambaran kelimpahan hama yang tersedia pada dua pola tanam. Penelitian dilakukan di Agatho Organis Farm pada bulan Februari hingga April 2021. Parameter yang diamati meliputi indeks keragaman, indeks kemerataan OPT, indeks kekayaan jenis, tinggi tanaman dan jumlah daun sawi hijau. Hasil penelitian menunjukkan indeks keragaman, indeks kemerataan dan indeks kekayaan (indeks Margalef) rendah pada dua pola tanam yang dilakukan dengan jumlah spesies hama yang merusak terendah pada pola tanam tumpangsari. Kata kunci: penyuluhan, pertanian organik, spesies hama
Pemberdayaan Petani pada Pengolahan Pascapanen Kopi Arabika Proses Full Wash (Coffea arabica L.) di Desa Kalisat Kidul, Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara: Empowerment of Farmers in Post-Harvest Processing of Arabica Coffee (Coffea arabica L.) in Kalisat Kidul Village, Kalibening District, Banjarnegara Tri Budiarto; Leo Ayun; Muhammad Iqbal Nurulhaq
Jurnal Resolusi Konflik, CSR dan Pemberdayaan (CARE) Vol. 8 No. 1 (2023): Pemberdayaan Masyarakat berbasis Inovasi Pertanian Berkelanjutan
Publisher : Center for Alternative Dispute Resolution and Empowerment (Care), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Coffee is one of the important export potentials in world trade. Indonesia is classified as the fourth largest coffee exporting country in the world after Brazil, Vietnam and Colombia. (AEKI, 2020). Aceh Province is one of the centers of Gayo Arabica coffee producers in Indonesia. There are three main production areas for gayo arabica coffee, namely the districts of Central Aceh, Bener Meriah and Gayo Lues. Coffee is the main agricultural commodity for the people in the three districts. Post-harvest processing is the second stage after the coffee cultivation process or production management. This stage is important because the final result in post-harvest processing determines the added value or selling value of the harvest. Post-harvest processing is also an important aspect in coffee development. agriculture in Banjarnegara Regency. After harvesting, the next process is post-harvest processing, so that to support good coffee quality is the correct processing. In general, coffee processing can be divided into two, namely wet processing and dry processing. Arabica coffee produced in the Dieng Plateau (Banjarnegara and Pekalongan Districts) is generally processed by wet processing. The processing of coffee beans in Aceh Tengah and Bener Meriah regencies consists of harvesting, peeling fruit skin, fermentation, washing, drying, peeling the skin of coffee beans, sifting (grinding) and polishing. roasting process, manual sorting, warehousing, packaging and packing as well as process control and quality control. The quality of coffee is largely determined by its handling at harvest and post-harvest. So there is a need for empowerment at the farmer level so that farmers are able to produce good quality in the cultivation process. Key words: arabica coffee, empowerment, cherry, postharvest process
Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Polbangtan Bogor dengan Inovasi Hidroponik NFT Pada Budidaya Caisim: Empowerment of Women Farmer Group With NFT Hydroponic Innovation in Caisim Cultivation Leonard Dharmawan; Agief Julio Pratama; Muhammad Iqbal Nurulhaq
Jurnal Resolusi Konflik, CSR dan Pemberdayaan (CARE) Vol. 8 No. 1 (2023): Pemberdayaan Masyarakat berbasis Inovasi Pertanian Berkelanjutan
Publisher : Center for Alternative Dispute Resolution and Empowerment (Care), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Caisim merupakan jenis sayuran yang banyak digemari masyarakat Indonesia. Saat ini kebutuhan caisim terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia. Meningkatkan produksi caisim memerlukan lahan yang cukup luas. Akibat dari keterbatasan lahan pertanian, para petani beralih fungsi ke lahan non pertanian alternatif yang dapat digunakan dalam meningkatkan produktivitas tanaman caisim yaitu bertani dengan sistem hidroponik. Hidroponik adalah suatu budi daya menanam dengan mamakai atau memanfaatkan air tanpa memakai tanah dan menekankan penumbuhan kebutuhan nutrisi untuk tanaman. Salah satu Teknik hidroponik yang dapat dilakukan yaitu teknologi hidroponik sistem Nutrient Film Technique (NFT). Budi daya caisim di Polbangtan Bogor dilakukan selama 23 HST dihitung dari caisim pindah tanam ke instalasi sampai panen. Kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan dimulai dari tahap pemaparan masalah, analisis masalah, pelaksanaan kegiatan dan evaluasi. Kajian terhadap inovasi budidaya Caisim dengan system NFT bertujuan (1) Menganalisis budi daya caisim dengan hidroponik sistem Nutrient Film Technique (NFT). dan (2) Mengetahui permasalahan yang terjadi di Kelompok Wanita Tani (KWT) Sekar Mulya dan memberikan solusi terkait permasalahan tersebut. Budi daya caisim di Polbangtan Bogor dilakukan selama 23 HST dihitung dari caisim pindah tanam ke instalasi sampai panen. Tahapan budi daya caisim yaitu sterilisasi alat, persiapan media tanam, persemaian, pindah tanam, pemeliharaan tanaman, pemanenan dan pemasaran. Pertumbuhan tanaman hidroponik dipengaruhi beberapa faktor yaitu kepekatan larutan nutrisi, kelembapan udara di greenhouse, suhu udara di greenhouse dan suhu larutan nutrisi. Daya berkecambah benih caisim adalah 96,08 %. Kata kunci: Caisim, Green House, Inovasi
Pendampingan Peningkatan Usaha Ternak Sapi Pedaging melalui Program Pengembangan Masyarakat di Desa Sumber Rejeki: Fayyadh Fadillah; Haekal, Muhammad Haekal; Tri Budiarto; Edi Wiraguna; Muhammad Iqbal Nurulhaq; Widya Hasian Situmeang
Jurnal Resolusi Konflik, CSR dan Pemberdayaan (CARE) Vol. 8 No. 2 (2023): Inovasi Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
Publisher : Center for Alternative Dispute Resolution and Empowerment (CARE) IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Livestock waste is all waste left over from animal husbandry activities, whether in the form of liquid waste, solid waste, or gas. Waste basically cannot be prevented but can be processed. Waste that is not maximally utilized has an impact on the environment and can pollute water, soil and air in Sumber Rejeki Village, South Kalimantan Province. One of the leading commodities in Sumber Rejeki Village, South Kalimantan Province is broiler cattle with a population in 2023 of 250 heads. This training and mentoring aims to improve the skills of farmers, the application of modern technology in livestock management, and business development through the manufacture of innovative products such as the utilization of broiler waste into organic fertilizer and liquid organic fertilizer. There are several problems that arise such as pungent odors due to the waste produced that can affect air quality. Therefore, it is necessary to have awareness of farmers to be able to process the waste produced so that it is not only disposed of but farmers can utilize the waste to be used as additional income and can reduce pollution in the village. By increasing awareness, skills, and knowledge, farmers will be able to create and open new businesses in the livestock sector and reduce existing pollution.