Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search
Journal : Media Akuatika: Jurnal Ilmiah Jurusan Budidaya Perairan

Pengaruh Pemberian PakanKerang Darah (Anadara granosa), Kerang Pokea (Batissa violacea celebensis), dan Kerang Kalandue (Polimesoda sp.) Tehadap Pertumbuhan Rajungan (Portunus pelagicus) Sudarmono, .; Muskita, Wellem; Astuti, Oce
Jurnal Media Akuatika Vol 3, No 2: April
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (110.288 KB) | DOI: 10.33772/jma.v3i2.5009

Abstract

Rajungan merupakan spesies yang bernilai ekonomis tinggi, olehnya sudah mulai diupayakan pembudidayaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pakan yang baik terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup rajungan. Penelitian ini dilakukan dengan mengujikan tiga jenis pakan dengan lama pemeliharaan selama 40 hari yaitu pada bulan Agustus – September 2017. Wadah yang digunakan adalah akuarium berukuran 20x20x25 cm. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan empat ulangan. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik, tingkat kelangsungan hidup, panjang karapak, dan lebar karapaks. Perlakuan pakan yang diujikan adalah: A (kerang darah), B (kerang pokea), dan  C (kerang kalandue). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Pertumbuhan mutlak bobot pada penelitian ini berkisar (15,975-23,55 g). Pertumbuhan lebar karapaks berkisar antara (0,375-0,575 cm). Panjang karapaks berkisar antara (0,6 -1,25 cm). Laju pertumbuhan spesifik berkisar antara (1,89%-3,13%). Pengamatan kualitas air selama penelitian menunjukkan nilai kisaran yang mendukung kelangsungan hidup rajungan, dimana suhu berada pada kisaran 28-300C, nilai pH 7-8, dan salinitas pada kisaran 29-31 ppt. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ketiga jenis pakan yang diujikan dapat meningkatkan pertumbuhan rajungan. Kata Kunci: Pakan, Pertumbuhan, Rajungan (Portunus pelagicus)
Substitusi Tepung Ikan Dengan Tepung Maggot Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Febrianti, Erica; Muskita, Wellem H.; Astuti, Oce; Kurnia, Agus; Hamzah, Muhaimin; ., Yusnaini
Jurnal Media Akuatika Vol 4, No 4: Oktober
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (878.068 KB) | DOI: 10.33772/jma.v4i4.10570

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung ikan dan tepung maggot dalam pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang vaname L. vannamei. Tiga jenis pakan perlakuan dibuat dengan kandungan persentasi tepung ikan tongkol dan  tepung  maggot 25% TI Tongkol + 5% TM (pakan A),  20% TI Tongkol + 10% TM (pakan B) dan  15% TI Tongkol + 15% TM (pakan C), yang disusun menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali sehari dengan dosis 5% dari bobot tubuh selama 45 hari pemeliharaan. Variabel yang diamati adalah pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan, rasio konversi pakan, retensi protein, konsumsi pakan dan kelangsungan hidup.  Hasil dari penelitian ini adalah pertumbuhan mutlak, LPS dan efisiensi pakan udang vaname masing-masing sebesar 6,14-6,49 g, 2,47-2,66% dan 56,57-62,41%. Nilai rasio konversi pakan, retensi potein dan konversi pakan udang vaname yang diberi pakan uji berkisar antara 1,62-1,76, 41,04-69,17% dan 10,05-11,14 g, secara berturut-turut. Dan kelangsungan hidup  udang vaname selama penelitian adalah 100%. Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian pakan uji yang berbeda menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada setiap nilai variabel pengamatan. Kata Kunci: Tepung Ikan Tongkol, Tepung Maggot, Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Udang Vaname
Pengaruh Salinitas Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Juvenil Rajungan (Portunus pelagicus) Jumaisa, .; Idris, Muhammad; Astuti, Oce
Jurnal Media Akuatika Vol 1, No 2: April
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.218 KB) | DOI: 10.33772/jma.v1i2.4279

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui salinitas optimal untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup juvenil rajungan Portunus pelagicus.Rajungan dipelihara selama 45 hari dengan tiga salinitas berbeda, salinitas 20±1 ppt (perlakuan A), salinitas 26±1 ppt (perlakuan B), dan salinitas 32±1ppt (perlakuan C). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan lima ulangan. Hasil penelitian menunjukan rata-rata pertumbuhan mutlak bobot rajungan yang dipelihara pada salinitas 26±1 ppt(16,93±3,55 g), diikuti oleh rajungan yang dipelihara pada salinitas 32±1 ppt (10,46±2,77g), dan salinitas 20±1 ppt (8,66±2,96 g).Rata-rata lebar karapas rajungan yang dipelihara pada salinitas 26±1 ppt (4,97±0,85 cm), diikuti oleh rajungan yang dipelihara pada salinitas 32±1 ppt (3,81±0,97 cm), dan salinitas 20±1 ppt (3,58±0,86 cm). Juga, hasil pengukuran rata-rata panjang rajungan yang dipelihara pada salinitas 26±1 ppt (2,09±0,88 cm), diikuti oleh rajungan yang dipelihara pada salinitas 32±1 ppt C (1,25±0,37 cm), dan salinitas 20±1 ppt (1,14±0,19 cm). Ketiga perlakuan tersebut memberikan tingkat kelangsungan hidup (TKH)100%.Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwasalinitas optimal untuk budidaya juvenil rajungan adalah 26 ppt. Kata Kunci: Salinitas, Pertumbuhan mutlak, Kelangsungan hidup, Juvenil rajungan
Pengaruh Dosis Pupuk Nitrophoska terhadap Pertumbuhan Nannochloropsis sp. Sahira, .; Muskita, Wellem; Astuti, Oce
Jurnal Media Akuatika Vol 2, No 4: Oktober
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.645 KB) | DOI: 10.33772/jma.v2i4.4354

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pupuk nitrophoska terhadap pertumbuhan (kepadatan sel) Nannochloropsis sp. dan mengetahui berapa konsentrasi optimum pupuk nitrophoska ini terhadap pertumbuhan Nannochloropsis sp. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari 300 ppm nitrophoska (Perlakuan A), 600 ppm nitrophoska (Perlakuan B) dan 900 ppm nitrophoska (Perlakuan C). Variabel yang diamati adalah kepadatan sel dan pertumbuhan sel Nannochloropsis sp. Hasil penelitian menunjukan kepadatan sel tertinggi pada 900 ppm nitrophoska (34x106 sel/ml) diikuti 600 ppm pupuk nitrophoska (31x106 sel/ml) dan 300 ppm nitrophoska yaitu (27x106 sel/ml). Sedangkan pertumbuhan sel pada paling tertinggi yaitu 900 ppm pupuk nitrophoska and diikuti 600 ppm pupuk nitrophoska dan 300 ppm pupuk nitrophoska. Hasil Analisis Ragam menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antar perlakuan. Kualitas air selama penelitian (suhu, salinitas, dan pH) masih dalam keadaan optimal dalam pertumbuhan Nannochloropsis sp. Kesimpulannya dosis pupuk nitrophoska yang diberikan berpengaruh terhadap pertumbuhan sel Nannochloropsis sp.Kata kunci: Dosis, Pupuk Nitrophoska, Kepadatan Sel, Laju Pertumbuhan  Sel,  Nannochloropsis sp.
Pengaruh Shelter yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Belut Sawah (Monopterus albus) yang Dipelihara Pada Media Tanpa Lumpur Firman, .; Idris, Muhammad; Astuti, Oce
Jurnal Media Akuatika Vol 3, No 3: Juli
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.145 KB) | DOI: 10.33772/jma.v3i3.5011

Abstract

Shelter digunakan sebagai tempat berlindung dan merawat larva ikan.Olehnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh shelter terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup belut sawah (Monopterus albus).  Penelitian berlangsung di Pondok Kewirausahaan Budidaya Ikan (PKBI), Jalan Wirabuana, Lorong Meohai, Kecamatan Poasia, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Media peneliharaan berupa kolam tanpa lumpur.Empat jenis shelter yang diujikan, yakni tumbuhan apu-apu (Perlakuan A), pelepah pisang (Perlakuan B), bambu (Perlakuan C) dan Pipa Paralon (Perlakuan D). Parameter yang diamati adalah pertumbuhan mutlak (PM), laju pertumbuhan spesifik (LPS), dan Tingkat kelangsungan hidup (SR). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian shelter yang berbeda memberikan pengaruh yang terhadap pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan spesifik rata-rata, dengan hasil terbaik pada perlakuan A dengan nilai berturut-turut 17,67 gram dan 0,06%, namun tidak berbeda nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup.  Kesimpulan dari penelitian ini adalah shelter yang terbaik untuk  budidaya belut sawah di media tanpa lumpur adalah tanaman apu-apu. Kata kunci: Shelter, Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup Belut Sawah  (Monopterus albus)
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Teripang Pasir (Holothuria scabra) yang Dibudidayakan pada Karamba Jaring Tancap Darman, .; Idris, Muhammad; Astuti, Oce
Jurnal Media Akuatika Vol 2, No 3: Juli
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (119.935 KB) | DOI: 10.33772/jma.v2i3.4340

Abstract

Penelitian tentang pertumbuhan dan kelangsungan hidup teripang pasir (Holothuria scabra) yang dibudidayakan pada karamba jaring tancap telah dilakukan di perairan Desa Tanjung Tiram, Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kelangsungan hidup teripang pasir (H. scabra) yang dibudidayakan pada karamba jaring tancap. Sebanyak 120 ekor teripang pasir disebar kedalam tiga karamba jaring tancap (40 ekor/wadah) dengan luasan 4x5 meter . Pemeliharaan dilakukan selama 5 bulan (Juni-November), dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 3 perlakuan dan ulangan individu. Perlakuan yang diterapkan adalah A (substrat berpasir), B (substrat  pasir  berlamun) dan C (substrat pasir berkarang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan spesifik tertinggi teripang pasir ditemukan pada substrat pasir berlamun yaitu  (25,32 g) dan (1,23%), tetapi uji statisitik tidak menunjukkan pengaruh berbeda nyata antar perlakuan. Tingkat kelangsungan hidup teripang pasir selama penelitian adalah 100%.  Penelitian ini menyimpulkan bahwa teripang pasir (H. scabra) dapat dibudidayakan pada tiga jenis substrat (substrat berpasir, pasir berlamun,dan pasir berkarang). Kata Kunci: Teripang Pasir (H. scabra), Substrat, Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup
Substitusi Tepung Ikan dengan Tepung Keong Mas dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Kepiting Bakau (Scylla serrata) Raznawati, Raznawati; Hamzah, Muhaimin; Astuti, Oce
Jurnal Media Akuatika Vol 5, No 3 (2020): Juli
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.932 KB) | DOI: 10.33772/jma.v5i3.12730

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan kepiting bakau (S. serrata) yang diberi pakan buatan dengan bahan tepung keong mas (TKM) sebagai bahan substitusi tepung ikan (TI). Kepiting bakau yang digunakan dalam penelitian ini memiliki bobot rata-rata 72,65±8 g. Kepiting bakau dipelihara selama 45 hari dalam akuarium yang berukuran 30 x 30 x 40 cm dan ketinggian air 10 cm dengan kisaran salinitas 27-30 ppt. Setiap unit berisikan 3 ekor kepiting bakau. Pakan uji yang digunakan adalah pakan buatan berbetuk pelet dengan komposisi sesuai dengan perlakuan. Perlakuan yang diterapkan adalah A (100% TI), B (50% TI + 50% TKM) dan C (100% TKM). Selama pemeliharaan, pakan uji diberikan dengan frekuensi dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi tepung ikan dengan tepung keong mas memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik pada hari ke-15, tetapi memberikan pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan mutlak rata-rata, laju pertumbuhan spesifik hari ke-30 dan 45, pertumbuhan panjang karapaks, pertumbuhan lebar karapaks, rasio konversi pakan, efisiensi pakan, dan kelangsungan hidup kepiting bakau. Pertumbuhan mutlak rata-ratayang didapatkan berkisar antara 4,11-18,56 g, laju pertumbuhan spesfik berkisar antara 0,11-0,75%, pertumbuhan panjang karapaks berkisar antara 0,1-0,5 cm, pertumbuhan lebar karapaks berkisar antara 0,1-0,4 cm, rasio konversi pakan berkisar antara 10,71-58,75%, efisiensi pakan berkisar antara 1,70-9,34 dan kelangsungan hidup berkisar antara 33,33-100%. Tepung keong mas dapat dijadikan sebagai bahan baku alternatif penggganti tepung ikan dalam pakan buatan kepiting bakau (S. serrata).Kata kunci : Tepung keong mas, Tepung ikan, Kepiting bakau (S. serrata), Pertumbuhan, Kelangsungan hidup. 
Studi Pertumbuhan Kepiting Bakau (Scylla Serrata) Yang Diberi Pakan Keong Bakau Dan Keong Mas Segar Yang Dipeliharan Pada Sistem Sirkulasi Jumarlin, Jumarlin; Kurnia, Agus; Astuti, Oce; Yusnaini, Yusnaini; Idris, Muhammad
Jurnal Media Akuatika Vol 6, No 2 (2021): April
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jma.v6i2.15245

Abstract

Studi Pertumbuhan Kepiting Bakau (Scylla Serrata) Yang Diberi Pakan Keong Bakau (Telescopiumtelescopium) Dan Keong Mas (Pomaceacanaliculata) Segar Yang Dipeliharan Pada Sistem Sirkulasi.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui studi pertumbuhan kepiting bakau (scylla serrata) yang diberi pakan keong bakau dan keong mas segar yang dipelihara pada sistem sirkulasi. Penelitian ini menggunakan 3 jenis pakan segar yakni keong bakau (Pakan A), perlakuan B keong mas (Pakan B) dan campuran antara keduannya (keong bakau dan keong mas) sebagai pakan C. Sebanyak 18 ekor kepiting bakau (bobot awal 60-90 gram) ditempatkan ke dalam 18 bua wadah plastik dan dipelihara menggunakan sistem resirkulasi. Kepiting bakau diberi pakan sebanyak 2 kali sehari ( jam 8.00 dan 17.00) sebanyak 10% dari bobot tubuh selama 60 hari pemeliharaan. Penelitian ini dirancang menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik (LPS), panjang dan lebar karapaks, serta tingkat kelangsungan hidup kepiting bakau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jenis pakan segar yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan panjang dan lebar karapaks serta tingkat kelangsungan hidup kepiting bakau. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan mutlak kepiting uji berkisar antara 14,83-29,33 gram, laju pertumbuhan spesifik berkisar antara 0,26-0,49%, panjang karapaks berkisar 0,37-0,52 cm, lebar karapaks 0,27-0,55 cm dan tingkat kelangsungan hidup berkisar 83,33-100%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian pakan keong bakau segar, keong mas segar dan campuran keduanya dapat meningkatkan pertumbuhan kepiting bakau (S. Serrata) yang dipelihara pada sistem sirkulasi.Kata Kunci : Kepiting Bakau, Pertumbuhan, Sintasan, Keong Bakau Dan Keong Mas.
Pengaruh Lama Pemberokan yang Berbeda Sebelum Transportasi Terhadap Kelulushidupan dan Glukosa Darah Ikan Capungan Banggai (Pteropogon kauderni Walter Kaudern) Harmin, Harmin; Nur, Indriyani; Astuti, Oce
Jurnal Media Akuatika Vol 6, No 2 (2021): April
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jma.v6i2.17029

Abstract

Tingkat mortalitas yang cukup tinggi masih menjadi masalah dalam pengangkutan ikan hias hidup.  Salah satu faktor yang mempengaruhi stress dan mortalitas ikan adalah pemberokan sebelum transportasi dilakukan.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama pemberokan yang berbeda sebelum transportasi terhadap kelulushidupan dan glukosa darah ikan capungan (P. kauderni). Penelitian ini menggunakan empat perlakuan pemberokan yakni 0, 12 , 24 dan 36 jam dengan 2 ulangan untuk setiap perlakuan.  Hewan uji yang digunakan adalah ikan dengan panjang rata-rata 4.0 ± 1.0 cm dan berat rata-rata  4.0 ± 1.0 g. Total hewan uji yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah 64 ekor (5 ekor/akuarium). Setelah pemberokan ikan diangkut selama 3 jam dengan jarak tempuh 76 km.  Parameter yang diamati yaitu glukosa darah dan tingkat kelangsungan hidup setelah transportasi.  Hasil penelitian menunjukan bahwa lama pemberokan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap glukosa darah ikan capungan banggai setelah transportasi namun tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kelangsungan hidup. Glukosa darah terendah ditemukan pada ikan dengan lama pemberokan 12-24 jam. Tingkat kelangsungan hidup pada semua perlakuan yang diberikan yakni 100%.  Penelitian ini menunjukkan bahwa masa pemberokan terbaik yakni 12-24 jam untuk jarak transportasi pendek sampai dengan 76 km. Kata kunci: stress, pemberokan, capungan Banggai, transportasi