Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search
Journal : E-Jurnal Medika Udayana

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANJUT USIA DI PUSKESMAS ABIANSEMAL II, BADUNG Desak Made Suci Nirmala; Cokorda Bagus Jaya Lesmana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 8 No 2 (2019): Vol 8 No 2 (2019): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.296 KB)

Abstract

Lanjut usia merupakan usia yang telah dicapai oleh seseorang lebih dari 60 tahun. Gangguan mental umum yang sering terjadi pada lansia sekitar 154 juta orang di seluruh dunia mengalaminya adalah depresi yang ditandai dengan suasana hati tertekan, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah, gangguan makan atau tidur, serta berkurangnya energi. Depresi pada lansia sebagai faktor emosional dapat menyebabkan gangguan tidur pada lansia salah satunya adalah insomnia sekitar 22% kasus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat depresi dengan kejadian insomnia pada lanjut usia di Puskesmas Abiansemal II, Badung. Desain pada penelitian ini menggunakan cross-sectional dengan variabel independen (tingkat depresi) dan variabel dependen (kejadian insomnia). Pengambilan sampel menggunakan systematic random sampling dengan jumlah sampel 93 responden. Penelitian ini berlokasi di posyandu lansia Banjar Bindu dan Sedang yang dilakukan dari bulan Maret sampai September 2016. Instrumen penelitian ini menggunakan Geriatric Depression Scale-15 (GDS-15) untuk menilai tingkat depresi dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk menilai kejadian insomnia. Penelitian ini menggunakan uji Chi-Square didapatkan data Likelihood Ratio X2 adalah 7,930 dan p value < 0,05. Kesimpulan pada penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dengan kejadian insomnia pada lanjut usia di Puskesmas Abiansemal II, Badung. Kata kunci: depresi, insomnia, lanjut usia, GDS, PSQI
Gambaran depresi dan faktor yang memengaruhi pada remaja yatim piatu di Denpasar Krisnhaliani Wetarini; Cokorda Bagus Jaya Lesmana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 7 No 2 (2018): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.755 KB)

Abstract

Depression among orphaned teenagers is a vulnerable mental health disorder that occurs as an impact of the absence of an adequate relationship and affection from parents since childhood period. Cross-sectional analytical study was carried out, enrolling 93 orphaned teenagers from three orphanages in Denpasar City. Sociodemographic data were obtained using questionnaires and level of depression were classified based on Beck’s Depression Inventory. The level of depression among orphaned teenagers respectively, normal (60.2%), mild depression (18.3%), moderate depression (15.1%), and severe depression (6.5%). Logistic regression analysis showed that the only sociodemographic factor that significantly related to depression is gender, boys were about 39% less-likely to experience depression than girls (OR=0.39; p=0.03). Depression is prevalent among girl orphans, thus counseling and social support are needed to overcome the occurrence of depression among orphaned teenagers in Denpasar. Keywords: depression, teenager, orphans
TINGKAT DEPRESI POSTPARTUM PADA IBU MENYUSUI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR I Kadek Rudita Yasa; Cokorda Bagus Jaya Lesmana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 8 No 12 (2019): Vol 8 No 12 (2019): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.249 KB)

Abstract

ABSTRAK Depresi postpartum adalah keadaan depresi yang dialami oleh seorang ibu pascamelahirkan. Depresi postpartum mempengaruhi penurunan maupun penghentian prosespemberian Air Susu Ibu (ASI) pada ibu menyusui. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui tingkat depresi postpartum pada ibu menyusui. Penelitian ini merupakan jenispenelitian observasional deskriptif dengan pendekatan crossectional. Teknik pegambilansampel dilakukan dengan consecutive sampling menggunakan 53 sampel. Penelitian inimenggunakan analisis bivariat serta distribusi frekuensi tabulasi silang untuk menilai tingkatdepresi postpartum pada ibu menyusui. Tingkat depresi dinilai dengan Edinburgh PostnatalDepression Scale (EPDS). Tingkat depresi postpartum pada ibu menyusui yaitu 30,2%diantaranya ibu menyusui dengan usia rata-rata 30,62 tahun (SB=7,962), berpendidikanPerguruan Tinggi 9 orang (56,2%), semuanya berstatus menikah dan mendapatkan dukungansosial keluarga (100,0%), memiliki jumlah anak lebih dari satu 9 orang (56,2%),berpenghasilan kurang dari satu juta 10 orang (62,5%), ibu yang bekerja 10 orang (62,5%),melakukan persalinan seksio sesaria 11 orang (68,8%), memiliki jumlah anak yang samaantara laki-laki dan perempuan 8 orang (50,0%). Tingkat depresi postpartum ibu menyusuimemiliki hubungan signifikan dengan jumlah penghasilan (p=0,010) dan pilihan persalinan(p=0,014). Dapat disimpulkan bahwa tingkat depresi postpartum di Puskesmas DenpasarTimur I sebesar 30,2%. Faktor penghasilan dan pilihan persalinan ibu menyusuimempengaruhi tingkat depresi postpartum. Kata kunci: depresi postpartum, Edinburgh Postnatal Depression Scale, ibu menyusi
HUBUNGAN DEPRESI DAN KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI BALI 2015 Luh Putu Feby Sriandari; Cokorda Bagus Jaya Lesmana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 8 No 5 (2019): Vol 8 No 5 (2019): Vol 8 No 5 (2019): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.944 KB)

Abstract

Depresi adalah masalah psikologis yang paling sering timbul pada pasien penyakit ginjalkronis (PGK) yang menjalani hemodialisis. Depresi dapat mempengaruhi kualitas hidupyang dapat mempengaruhi angka rawat inap dan mortalitas pasien. Penelitian analitikpotong lintang dilakukan pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis di Rumah SakitUmum Pusat (RSUP) Sanglah. Responden yang memenuhi kriteria inklusi kemudianmengisi kuesioner BDI-II dan KDQOL-SF. Uji regresi dilakukan untuk mengetahuihubungan antara depresi dan kualitas hidup. Seratus responden yang mengisi kuesionerterdiri dari 66 (66%) orang laki-laki. Rerata usia responden adalah 49,75±13,38 tahun,p=0,86. Angka prevalensi depresi sebesar 44%. Kualitas hidup pasien secara umumadalah buruk (55%). Depresi tidak berhubungan secara bermakna terhadap kualitas hiduppasien yang menjalani hemodialisis. Depresi berat merupakan faktor yang palingdominan berpengaruh terhadap kualitas hidup yang buruk (OR 8,00; p=0,062) diikutidepresi sedang (OR 2,67; p=0195) dan depresi ringan (OR 2,40; p=0,067). Angkaprevalensi depresi sangat tinggi pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalanihemodialisis. Semakin tinggi derajat depresi pasien maka dapat meningkatkankemungkinan mendapat kualitas hidup yang buruk. Kata kunci: depresi, kualitas hidup, hemodialisis, PGK, BDI-II, KDQOL-SF
TINGKAT CEMAS FAMILY CAREGIVER PADA PASIEN LANJUT USIA DI RUANG GANDASTURI RSUP SANGLAH Kadek Adindya Pradnya Putri; Ni Ketut Sri Diniari; Lely Setyawati Lely Setyawat; Cokorda Bagus Jaya Lesmana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 10 (2021): Vol 10 No 10(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i10.P18

Abstract

Kecemasan adalah sebuah reaksi yang timbul dari suatu masalah atau stresor. Reaksi kecemasan dapat bermacam-macam, ada pula yang smenjadi semakin parah dan menjadi sebuah gangguan kecemasan. Keluarga bertanggung jawab sebagai family caregiver, artinya sebagai orang terdekat yang bertanggung jawab membantu keluarga yang sudah lanjut usia. di tengah tuntutan sebagai family caregiver yang semakin berat dan beban semakin lama semakin sulit. Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengetahui tingkat kecemasan family caregiver pada pasien lanjut usia di Ruang Gandasturi, Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif menggunakan studi cross sectional. Sampel dipilih dari populasi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Penilaian tingkat kecemasan menggunakan kuisioner kecemasan DASS 42 dan dianalisi menggunakan software SPSS versi 22. Hasil penelitian menunjukkan family caregiver pada pasien lanjut usia di Ruang Gandasturi, Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar terbanyak pada anak kandung sebesar 50%, didominasi oleh jenis kelamin perempuan (62,5%) dan kelompok umur 26-40 tahun sebesar 43%, tingkat pendidikan paling tinggi didominasi oleh SMA (41,6%), memiliki pekerjaan (41,6%), bertempat tinggal di Denpasar (59,7%), dan sedang menghadapi masalah lainnya 65,2%. Tingkat cemas family caregiver, sebanyak 23,6% mengalami cemas ringan, 47,2% cemas sedang dan 29,1% cemas berat. Temuan ini bermanfaat karena dapat memberikan wawasan mengenai gambaran tingkat cemas family caregiver pada pasien lanjut usia di Ruang Gandasturi, Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Perlu dilakukan penelitian analitik lebih lanjut guna mencari hubungan antara berbagai variabel karakteristik. Kata Kunci: Tingkat cemas, family caregiver, pasien lanjut usia
Karakteristik Pasien Relapse pada Pasien Skizofrenia dan Faktor Pencetusnya di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Bali Bintang Malam Gemilang; Cokorda Bagus Jaya Lesmana; Luh Nyoman Alit Aryani
E-Jurnal Medika Udayana Vol 6 No 10 (2017): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.714 KB)

Abstract

Background: Schizophrenia is persisting psychotic disorder that need a long-term medication. There’s a remission period butpositive symptoms tend to reemerge and ER is necessary. This study made to identify the prevalence of relapse and its triggeringfactor in the asylum of Bali.Method: 41 sample was taken from the medical record room in Asylum of Bali. The characteristic of patient taken from the ERreport. The data then extracted into the, organized, and analyzed. Result: 41 sample acquired with gender comparison of man61% and woman 39%. It is found that compliance to medication as a risk factor with the result of chi-square X2(1, N=38) = 7.057,P<0,05. The mean of shortest range between relapse is 410,9 days, and longest range between relapse is 1071,8 days. Negativecorelation is found between the number of time relapse occurence and the range between relapse occurence with R(41)=0,210,P=0,226.Conclusion: In this study, 41 patients taken randomly. Compliance to medicine became one of the most important factor.Themore relapse a experienced, the less time needed for reoccurence.
KARAKTERISTIK DAN PROPORSI TRAUMA MASA KANAK PADA REMAJA DI KOTA DENPASAR Desak Nyoman Puriani; Ni Ketut Sri Diniari; Cokorda Bagus Jaya Lesmana; Desak Ketut Ernawati
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 12 (2021): Vol 10 No 12(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i12.P06

Abstract

Trauma masa kanak dikaitkan dengan penganiayaan yang menimbulkan penderitaan bagi yang mengalaminya. Penganiayaan anak merupakan tantangan global yang mendesak. Di seluruh dunia banyak anak yang dihadapkan pada pengalaman yang melecehkan atau pengabaian yang melanggar hak-hak mereka dan konsekuensinya tidak hanya pada aspek biologis juga aspek kesehatan fisik, mental dan perilaku anak yang mengalaminya dan bisa bertahan hingga masa dewasa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan proporsi trauma masa kanak pada siswa SMA di Denpasar. Sampel data tentang karakteristik demografi dan proporsi trauma masa kanak. Data diambil dengan kuesioner tentang demografi dan trauma masa kanak menggunakan Kuesioner Trauma Masa Kanak(Childhood Traumatic Questionairre). Sebanyak 104 siswa berpartisi dalam penelitian ini dengan usia paling banyak umur 17 tahun (63,5%), jenis kelamin perempuan (75%), tinggal di Denpasar (90,4%), status perkawinan orangtua menikah (85,6%), dan tinggal dengan orang tua utuh (85,6%). Disimpulkan proporsi trauma masa kanak yang dilaporkan yaitu kekerasan fisik 47,1%, sakit/terluka parah 41,3%, pengalaman perubahan tiba-tiba yang merubah kepribadian 36,5%, ditinggal orang terdekat 27,9%, pengabaian 27,9%, perubahan situasi orang tua 15,4%, dan pelecehan seksual 13,5%. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk pencegahan terjadinya trauma yang pada masa kanak sebelum terjadi dampak yang tidak diinginkan bagi generasi masa depan. Kata kunci : trauma masa kanak, remaja, karakteristik, proporsi.
HUBUNGAN ANTARA CEMAS DAN DEPRESI MAHASISWA KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENGAN KEINGINAN DAN HARAPAN DARI KARIR KEDOKTERAN Putu Satya Pratiwi; Cokorda Bagus Jaya Lesmana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 5 No 5 (2016): E-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.105 KB)

Abstract

Medical education requires effort and hard work with high stress levels, and reported as a cause of burnout, anxiety, depression, and psychosocial problems. Settling on a course of study can not be separated from the underlying desires and expectations to be achieved. The aim of this study was to determine the relationship of anxiety and depression in medical students Udayana University with the desires and expectations of the medical career. This study used a cross-sectional study. The samples used were second and fourth semester students of academic year 2014/2015 in Medical Education Program, Faculty of Medicine, University of Udayana. Instruments in this study is the Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS). Questionnaire data obtained were analyzed by One-way Analysis of Variance (ANOVA), t-test and crosstab test. The results of descriptive study are the main reason for choosing the medical faculty are ideals to be a doctor, and the greatest expectation of medical education is job satisfaction. In the analysis, it was found that the desire in choosing medical school related to levels of anxiety, with p value = 0.000. Students who chose medical school because of pressure from the outside to have higher levels of anxiety. No relationship was found between the level of depression with variable desires (p=0,487). Expectation from choosing a medical school is not associated with the level of anxiety (p=0,799) and depression (p=0,660).[c1] [AA2] [c1]satya [AA2]
TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER DENGAN TERAPI PERILAKU DI YAYASAN MENTARI FAJAR JIMBARAN BADUNG Ida Ayu Putu Laksmi Esalini; Cokorda Bagus Jaya Lesmana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 8 No 5 (2019): Vol 8 No 5 (2019): Vol 8 No 5 (2019): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.551 KB)

Abstract

Perilaku yang mengkhawatirkan orang tua biasanya anak sulit menaruh perhatian atau sulit berkonsentrasi karena anak lambat dalam memahami pembelajaran atau instruksi dari guru, serta orang tua sulit mengawasi perkembangan anaknya. Kesulitan untuk memperhatikan dan perilaku berlebih tersebut diistilahkan sebagai Gangguan Pemusatan Perhatian disertai Hiperaktif (GPPH) atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemandirian terapi yang diberikan kepada anak dengan ADHD untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan crossectional yang dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2016. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling. Penelitian ini menggunakan analisis bivariat serta distribusi frekuensi tabulasi silang untuk menilai tingkat kemandirian anak ADHD. Dari hasil penelitian, terdapat 31 anak yang mengalami ADHD, diantaranya berjenis kelamin laki-laki 25 orang (80,4%), berusia rerata 6,8 tahun (SB = 1,8). Tingkat kemandirian anak memiliki hubungan dengan terapi yang diberikan Applied Behavioral Analysis, Sensori Integrasi, serta diberikan terapi tambahan berupa terapi wicara dan kognitif (p < 0,05). Dari hasil terapi yang dilakukan, tidak terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat kemandirian terapi dengan terapi okupasi (p = 0,075). Tingkat kemandirian anak ADHD yaitu 75% dengan jenis kelamin laki-laki yang terbanyak. Dengan menggunakan terapi ABA, SI, wicara, dan kognitif memiliki hubungan dalam memperbaiki tingkat kemandirian anak dengan ADHD. Hasil penelitian ini sebaiknya mengoptimalkan pemantauan terapi yang diberikan kepada anak ADHD agar segera mandiri dan mencapai proses normalisasi. Kata kunci: ADHD, tingkat kemandirian, terapi perilaku
Prevalensi efek samping farmakoterapi terhadap penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Bangli, Propinsi Bali Sharmadave Subramaniam; Ni Putu Suweni Sasmita; Cokorda Bagus Jaya Lesmana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 7 No 1 (2018): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.828 KB)

Abstract

Schizophrenia is persisting mental illness and need a long-life medication, with psychotic symptoms and loss of specific cognitive functions. This study aims to identify the prevalence of side effects of pharmachotherapy on schizophrenia patients in RSJ Bangli. Forty-two sample was taken from medical record in Asylum of Bali based on the report when patient is admitted to emergency department. The data then extracted into extraction form that is previously made and analyzed with software SPSS 20. The youngest patient is 21 years old. Gender comparison of man 92.9% and woman 7.1%. Patients with unmarried status 59.5%, married patients 35.7% and divorced 4.8%. No widowed and unknown patient found from the data. The side effect of pharmachotherapy includes extrapyramidal syndrome with 14 patients (33.3%), tardive dyskinesia and other tardive syndromes with 18 patients (42.9%), dyslipidemia with 2 patients (4.8%) and insulin resistance and hyperglycemia with 8 patients (19%). In this study, it is found that among 42 patients that is taken randomly, more than 40% has tardive dyskinesia and other tardive syndromes. Other side effects of pharmachotherapy are also varied. Risk factor of older age, greater adiposity, ethnicity could further contribute to the worsen effects of pharmachotherapy in schizophrenia.Keywords: schizophrenia, side effects, pharmachotherapy