Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search
Journal : Jurnal Kedokteran Hewan

PREVALENCE OF MARES’ GRANULOSA THECA CELL TUMOR (GTCT) IN INDONESIA Amrozi Amrozi; Juli Melia; Luci Parwati; Ligaya I.T.A. Tumbelaka
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 13, No 4 (2019): December
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.287 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v13i4.12797

Abstract

This study was conducted to determine the prevalence rate of mares’ GTCT in Indonesia. Ultrasound examination of ovaries were performed on mares in Java and Madura Island of Indonesia. Thirteen mares had been affected by GTCT from 2913 number of examinations. The prevalence rate of GTCT during year 2006 and 2007 were 4.71% and 5.56%, respectively followed by a decrease in prevalence rate of GTCT during 2008-2014. The reproductive cycle in a mare with GTCT had returned to normal 6 months after ovariectomy.
OVSYNCH DAN INSEMINASI BUATAN PADA INDUK KUDA WARMBLOODYANG DIINDUKSI OVULASI DENGAN HUMAN CHORIONIC GONADOTROPIN DOSIS JAMAK Amrozi A; Ligaya ITA Tumbelaka; Ade Ocktaviani; Bondan Achmadi; Juli Melia
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 9, No 2 (2015): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.092 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v9i2.2836

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengamati pola pertumbuhan folikel dan keberhasilan inseminasi buatan dengan semen cair pada induk kuda warmblood yang disinkronisasi estrus dan ovulasi (ovsynch). Induk kuda berjumlah lima ekor berumur 6-18 tahun digunakan dalam penelitian ini. Sinkronisasi estrus dilakukan pada induk kuda yang memiliki korpus luteum berdiameter minimal 3,0 cm dengan injeksi prostaglandin 7,5 mg secara intramuskular. Induksi ovulasi dilakukan dengan memberikan hCG 1500 IU secara intravena 48 jam setelah sinkronisasi estrus dan diulang setiap 24 jam sampai terjadinya ovulasi folikel (dosis jamak) yang diamati dengan ultrasound. Inseminasi buatan dilakukan berulang mengikuti setiap pemberian hCG sampai terjadinya ovulasi dengan dosis inseminasi 1,5x109 spermatozoa. Sinkronisasi estrus dan ovulasi dengan menggunakan hCG dosis jamak menghasilkan ovulatori dominan folikel berdiameter 4,81±0,92 cm dan korpus rubrum berdiameter 3,82±0,45 cm serta menghasilkan 60% kebuntingan. Kesimpulan sinkronisasi ovulasi dengan pemberian hCG dosis jamak pada kuda warmblood yang diinseminasi buatan dengan semen cair efektif menghasilkan kebuntingan yang tinggi.
IDENTIFIKASI LEUKOSIT POLYMORPHONUCLEAR (PMN) DALAM DARAH SAPI ENDOMETRITIS YANG DITERAPI DENGAN GENTAMISIN, FLUMEQUIN, DAN ANALOG PGF2α Juli Melia; Amrozi a; Ligaya Ita Tumbelaka; Yudha Fahrimal
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 6, No 2 (2012): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.258 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v6i2.342

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui persentase leukosit polymorphonuclear (PMN) dalam preparat ulas darah sapi endometritis. Enam ekor sapi endometritis dibagi dalam dua kelompok perlakuan. Kelompok I (n=3) diterapi dengan 250 mg gentamisin/ekor, 250 mg flumequin/ekor, dan PGF2α sebanyak 12,5 mg/ekor secara intra uteri. Kelompok II (n=3) diterapi dengan menggunakan antibiotik dengan dosis dan cara pemberian yang sama seperti pada Kelompok I. Hasil penghitungan leukosit diferensial sebelum terapi menunjukkan persentase jumlah limfosit yang lebih tinggi dibandingkan bentuk leukosit lainnya pada Kelompok I dan II masing-masing adalah 62,50±1,17 dan 63,66±2,35, sedangkan persentase jumlah neutrofil pada Kelompok I dan II masing-masing adalah 29,33±0,94 dan 27,33±0,94. Setelah terapi, tidak ada perbedaan persentase (P0,05) bentuk leukosit antara kedua kelompok perlakuan. Terapi kombinasi antibiotik dan PGF2α pada sapi penderita endometritis tidak menghasilkan perubahan diferensial leukosit termasuk PMN.
THE IMAGE OF EMBRYO AND FETAL OF ETAWA CROSSBRED GOATS USING ULTRASONOGRAPHY AT DIFFERENT GESTATIONAL AGES Juli Melia; Fauziah Fauziah; Hamdan Hamdan; Budianto Panjaitan; Syafruddin Syafruddin; Teuku Armansyah; Tongku Nizwan Siregar
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 12, No 2 (2018): June
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1289.77 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v12i2.3768

Abstract

This study aimed to estimate the gestational age of Etawa crossbred goats based on ultrasound images of embryo and fetal usingtranscutaneous ultrasonography. Etawa crossbred does (n= 5) were synchronized using double PGF2α injection with 10 days interval and matednaturally. Early pregnancy was diagnosed on 20th day after mating base on isoechogenic image of the embryo (2.65±0.75 mm) andhypoechogenic appearance of gestational sac. On 30th day of the first trimester, the embryo size was 8.31±0.42 mm. The embryo reached10.44±0.51 mm on 35th day. On 60th day, the existence of the fetal were clearly appeared along with isoechogenic of umbilical cord,hyperechogenic os cranium (25.5±0.1 mm), and body length (51.83±1.59 mm). On 75th day, the diameter of the os cranium was 33.03±0.20 mm,body length of 110±1.73 mm, and bones structures appeared hyperechogenic for os thoracalis and os vertebrae. The placenta was isoechogenoicwith diameter of 23.3±0.2 mm. On 90th day, the placenta dominated the uterus (22.67±1.70 mm) and reached its maximum diameter on 145th day(33.73±2.91 mm). In conclusion, early pregnancy detection of Etawa crossbred goats using transcutaneous ultrasonography could be performedon 20th day after mating
ANATOMI DAN GAMBARAN ULTRASOUND ORGAN REPRODUKSI SELAMA SIKLUS ESTRUS PADA KUDA GAYO BETINA (Anatomy and Ultrasound Imaging of Reproductive Organs of Gayo Mares During Estrous Cycle) Juli Melia; Muhammad Agil; Iman Supriatna; Amrozi Amrozi
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 10, No 2 (2016): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (416.484 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v10i2.5026

Abstract

The present study examines anatomy of Gayo mare reproductive organs. This study used three sample of Gayo mare reproductive organs (n= 3) for observation of morphology and morphometric of the mare reproductive organs. The ovarium was fixed in 4% paraformaldehyde solution then followed by histological method and stained using hematoxylin and eosin (HE) and Masson’s trichome (MT). Three mares were observed for diameter and changes overview of uterus during estrous cycle in real time using ultrasound. The results showed that, in general, the anatomy of Gayo mare’s reproductive organs was similar to other mares, but smaller in morphometry. The total length of the Gayo mare’s reproductive tract from labia to apex cornua was 48.00±1.00 cm. Weight of Gayo mare’s left ovary was 19.07±7.70 g and the right was 24.43±0.83 g. Histologically, there was no difference between Gayo mare’s structure and other mares. In cortex uteri there were some follicles surrounded by capillary, various development stages of follicles, healthy follicles, atretic follicle, and corpus albican; while in medulla there were a lot of connective tissues. Ultrasound of the uterus showed the change in diameter during estrous cycle with the largest diameter of corpus uteri was 4.43±0.10 cm in horses with estrous cycle of 21 days and 6.30±0.93 cm in horses with 24 days estrous cycle. In conclusion, the morphometry of Gayo mare reproductive organs are smaller than the other horses and there are differences in diameter of the uterus during the estrous cycle due to the changes of endometrium thickness.
GAMBARAN KLINIS SAPI PIOMETRA SEBELUM DAN SETELAH TERAPI DENGAN ANTIBIOTIK DAN PROSTAGLANDIN SECARA INTRA UTERI Arman Sayuti; Juli Melia; Amrozi a; Syafruddin s; Roslizawaty r; Yudha Fahrimal
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 6, No 2 (2012): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (667.631 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v6i2.310

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran klinis sapi pyometra sebelum dan setelah diterapi dengan antibiotik dan prostaglandin. Dalam penelitian ini digunakan enam ekor sapi betina yang didiagnosis menderita piometra berdasarkan pemeriksaan secara klinis dan ultrasonografi pada organ reproduksi. Sapi tersebut dibagi ke dalam dua kelompok perlakuan, masing-masing 3 ekor sapi untuk tiap kelompok. Kelompok I diterapi dengan 5 ml antibiotik (gentamicine, flumequine) ditambah 15 ml NaCl fisiologis dan PGF2α (Luprostiol) 12,5 mg secara intra uteri, sedangkan kelompok II diterapi hanya dengan menggunakan antibiotik. Hasil penelitian menunjukkan pada sapi yang didiagnosis piometra ditemukan adanya cairan yang penuh mengisi uterus (100%), korpus luteum persisten pada salah satu ovarium (100%), discharge di sekitar ekor, perineum, dan vulva yang berwarna kuning (50%), krem (33,3%), dan hijau keabu-abuan (16,6%). Sapi yang diterapi dengan antibiotik dan PGF2α menyebabkan pengeluaran leleran yang lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan sapi yang diterapi hanya dengan antibiotik.
PERBANDINGAN INTENSITAS BERAHI SAPI ACEH YANG DISINKRONISASI DENGAN PROSTAGLANDIN F2 ALFA DAN BERAHI ALAMI Hafizuddin Hafizuddin; Tongku Nizwan Siregar; Muslim Akmal; Juli Melia; Husnur rizal; Teuku Armansyah
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 6, No 2 (2012): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.871 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v6i2.296

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan intensitas berahi sapi aceh antara yang disinkronisasi berahi dengan prostaglandin F2 alfa (PGF2α) dan berahi alami. Dalam penelitian ini digunakan 20 ekor sapi aceh betina yang dibagi atas dua kelompok. Kriteria sapi yang digunakan adalah umur 5-8 tahun, mempunyai bobot badan 150-250 kg, dan mempunyai minimal dua siklus reguler. Sapi yang digunakan mempunyai skor kondisi tubuh dengan kriteria baik, yaitu 3 atau 4 pada skala skor 5. Pada Kelompok I (KI) sapi disinkronisasi berahi mengunakan PGF2α sebanyak 5 mg/ml secara intramuskular. Pada kelompok II (KII) sapi dibiarkan memperlihatkan gejala berahi alami. Penilaian intensitas berahi dilakukan dengan memberi skor 1, 2, dan 3, berdasarkan kriteria yang dibuat oleh Kune dan Solihati (2007). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan intensitas berahi sapi aceh baik yang disinkronisasi berahi dengan PGF2α dan sapi yang mengalami berahi alami dengan skor intensitas berahi masing-masing adalah 2,40±0,84 dan 2,70±0,48.
Gambaran Histologis Tubulus Seminiferus Kambing Kacang Jantan Lokal Pascapemberian Suplemen Daun Katuk Teuku Reza Ferasyi; Hamdani Budiman; Muslim Akmal; Juli Melia; Razali R; Andi Novita; Rina Aulia Barus; Agik Suprayogi
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 8, No 1 (2014): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.915 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v8i1.1261

Abstract

Penelitian ini mengetahui pengaruh pemberian tepung atau ekstrak alkohol daun katuk terhadap perubahan histologis testis kambing kacang lokal jantan. Dalam penelitian ini digunakan 15 ekor kambing dengan umur sekitar 1,5 tahun. Semua hewan penelitian terlebih dahulu diaklimatisasi selama 2 minggu terhadap lingkungan penelitian. Hewan-hewan tersebut dibagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing terdiri atas 5 ekor kambing. Kelompok P0 (kontrol) telah hanya diberikan air distilasi. Pada kelompok P1, diberikan perlakuan berupa suplementasi tepung daun katuk dan untuk kelompok P2 diberikan ekstrak alkohol daun katuk. Semua perlakuan diberikan secara oral sebanyak dua kali per hari (pada pagi dan sore hari) selama 35 hari berturut-turut. Setiap kambing percobaan diberikan pakan yang terdiri atas daun-daunan dan rumput, serta disediakan akses untuk memperoleh air minum secara ad libitum. Pada akhir waktu penelitian, seluruh hewan dikastrasi dan bagian tubulus seminiferus dari testis diambil dan diproses lebih lanjut untuk evaluasi secara histologis. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat indikasi peningkatan produksi spermatid dan spermatosit pada Kelompok P1 dan P2. Dengan demikian disimpulkan bahwa pemberian suplemen daun katuk dapat meningkatkan produksi spermatid dan spermatosit kambing kacang lokal jantan.
DIAGNOSIS KEBUNTINGAN DINI PADA KAMBING KACANG (Capra sp.) MENGGUNAKAN ULTRASONOGRAFI TRANSKUTANEUS (Early Pregnancy Diagnosis in Dwarf Goat (Capra sp.) by Transcutaneous Ultrasonography) Arman Sayuti; Juli Melia; Ira Khubairoh Marpaung; Tongku Nizwan Siregar; Syafruddin S; Amiruddin A; Budianto Panjaitan
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 10, No 1 (2016): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.813 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v10i1.3373

Abstract

This research aimed to determine the optimum time for early pregnancy diagnosis in dwarf goat by trancutaneous ultrasonography and to determine ultrasonography imaging of dwarf goat pregnancy since insemination until embryo formation. Animal used in this research were 3 productive female goats with normal estrus cycle and 1male goat. The female goats were kept in separation pen from the male goat. The grasses were fed three times a day and additional feed were fed in the morning and afternoon with the water was given ad libitum. The goats were synchronized with intramuscular double injection of 1 ml estron®/each female goat with 11 days interval. The observation of estrus was examined using male goat following the second injection of estron®. The sign of estrus in female goats were characterized with standing immobile and allow the male goat to mount them. If the signs had been evident, the female goats were naturally mated. Pregnancy was determined by the presence of the embryonic vesicle by isoechogenic until hyperechogenic visualization surrounded by hypoechogenic of the embryonic fluid. The result of the transcutaneous ultrasonography in dwarf goat pregnancy showed the presence of embryonic vesicle on day 14 and embryo with isoechogenic visualization was detected on day 24 of pregnancy.Key words: dwarf goat, early pregnancy, transcutaneous ultrasonography
ACEH CATTLE FOLLICLE DYNAMIC UNDER ENVIRONMENTAL HEAT STRESS Teuku Armansyah; Tongku Nizwan Siregar; Dwinna Aliza; Juli Melia; Nellita Meutia; Budianto Panjaitan; Hafizuddin Hafizuddin; Mulyadi Adam; Mahdi Abrar
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 11, No 3 (2017): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.698 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v11i3.6377

Abstract

The objective of this research is to know Aceh cattle follicle dynamic under environmental heat stress condition. This research was conducted on December 2012 until August 2013. Animals used in this research were 20 Aceh cattle aged 5-8 years old, weighing of 150-250 kg, and had at least 2 regular cycles. All cattle used were clinically in good body condition score. The cattle were divided into two groups of 10, used in two different period of times (December-January and July-August) to examine the effect of environmental heat to their follicle dynamic. Each group is separated into two different keeping management; one group was kept in pens while the others in the pasture, 5 cattle in each management group. Research timing was based on information acquired from Indrapuri Agency for Meteorology, Climatology, and Geophysics (BMKG) which predicted that extreme weather would last from July to August while December to January would be relatively normal in Aceh region. All cattle’s estrous cycle were synchronized by 5 mg/mL of PGF2α intramuscularly (Lutalyse™, Pharmacia Upjohn Company, Pfizer Inc.). Ultrasonography examination was performed to monitor ovary follicle’s growth and dynamic during one cycle. Days during ovulation marked by standing heat was regarded as Day 0 of estrous cycle. Follicular dynamic examination during estrous cycle on December-January and also on July-August, both penned or pastured cattle showed the follicle waves that was 3 follicle growth waves. The size of follicle growth on first wave (1st DF) on cattle kept in pen on July-August and December-January were relatively similar. The size of follicle growth on first wave for cattle kept in pasture on July-August and December-January were relatively similar. To conclude, Aceh cattle’s follicle dynamic is not change during environment heat stress condition and is not affected by different cattle-keeping management.
Co-Authors Abdul Harris Ade Ocktaviani Agik Suprayogi Agung Prayogi Aisyah Fadillah Tunnisa Al Azhar Amalia Sutriana Amiruddin A Amrozi Andi Novita Arman Sayuti Arman Sayuti Ayu Wannisa Bondan Achmadi Budi Panjaitan Budianto Panjaitan Budianto Panjaitan Budianto Panjaitan Budianto Panjaitan Budianto Panjaitan Budianto Panjaitan Budianto Panjaitan Cut Nila Thasmi Dasrul Dasrul Dasrul Dasrul Delli Lefiana Dian Masyitha Dwinna Aliza Erdiansyah Rahmi Erdiansyah Rahmi Fadli. A. Gani Fauziah Fauziah Gholib Gholib Gian Dina Febriani Ginta Riady Ginta Riady Hafizuddin Hafizuddin Hafizuddin Hafizuddin Hamdan H Hamdan Hamdan Hamdan Hamdan Hamdan Hamdan Hamdani Budiman Hamny Sofyan Herrialfian . Husnur rizal Husnurrizal . Iman Supriatna Ira Khubairoh Marpaung Ismail Ismail Jalaluddin - Jauhari Jauhari Khairiah Khairiah Khairul Rizal Lailia Dwi Kusuma Wardhani Lingga Surya Maret Daulay Luci Parwati Mahdi Abrar maikhar gita eldora Megi Satria melisa lola anggraini Milona Elsa Nova Morteza Almuthahhar MUHAMMAD AGIL Muhammad Jalaluddin Mulyadi Adam Mulyadi Adam Mulyadi Adam Muslim Akmal Muslim Akmal Nabilah Putroe Agung Nellita Meutia Nellita Meutia Novi Masitah Nuzul Asmilia Primaadhi Abimanyu Satrio Raharjo Rastina Rastina Razali Daud Razali R Reni Ayunanda rina aulia barus Rina Aulia Barus Rinidar Rinidar Roslizawaty r Roslizawaty Roslizawaty roslizawaty roslizawaty Rosmaidar Rosmaidar Rosmaidar Rosmaidar silvia rizki Siti Dwi Rahmah Ayumi Siti Rizki Hardyana Siregar Sonya Tri Wahyuni Sri Wahyuni Syafruddin S Syafruddin Syafruddin Syafruddin Syafruddin Syafruddin Syafruddin Syafruddin Syafruddin Syafruddin Syafruddin Syafruddin Syafruddin T. Armansyah Teuku Armansyah Teuku Reza Ferasyi Tongku N Siregar Tongku Nizwan Siregar Tongku Nizwan Siregar Tongku Nizwan Siregar Tongku Nizwan Siregar Tongku Nizwan Siregar Tongku Nizwan Siregar tongku nizwar siregar Tria Deviana Putri Triva Murtina Lubis Ummu Balqis Wida Puspita Arum Wira Asyudi Yudha Fahrimal yusmadi y Yusmadi Yusmadi Zuhrawati Zuhrawati