Kadar selulosa yang banyak dan lignin yang sedikit menjadikan tandan kosong kelapa sawit layak dan efisien untuk digunakan sebagai bahan baku pengolahan produk yang berbasiskan selulosa. Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan pengaruh konsentrasi hidrogen peroksida dan suhu bleaching terhadap karakteristik selulosa yang dihasilkan dan pengaruh penambahan material pengisi berupa selulosa terhadap karakteristik biodegradable styrofoam. Proses isolasi selulosa dari tandan kosong kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan metode hidrolisis alkali menggunakan natrium hidroksida dan dilanjutkan dengan proses bleaching menggunakan hidrogen peroksida dengan variasi konsentrasi hidrogen peroksida sebanyak 5 variasi, yaitu 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% serta suhu bleaching sebanyak 3 variasi, yaitu 60oC, 80oC, dan 100oC. Melalui proses isolasi selulosa dari tandan kosong kelapa sawit yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi hidrogen peroksida dan suhu bleaching berbanding lurus terhadap kadar selulosa dan berbanding terbalik terhadap kadar hemiselulosa dan lignin yang dihasilkan. Di mana selulosa terbaik diperoleh pada konsentrasi hidrogen peroksida 30% dan suhu bleaching 100oC karena mengandung kadar hemiselulosa terendah, yaitu 17,61%, kadar selulosa tertinggi, yaitu 62,05%, dan kadar lignin terendah, yaitu 10,02%. Selulosa yang digunakan sebagai material pengisi dapat menghasilkan biodegradable styrofoam dengan karakteristik berupa ketahanan air sebesar 11,25%, kemampuan degradasi sebesar 35,68%, dan densitas sebesar 1,11 gr/cm3