Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Bastrindo: Kajian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Bentuk Lingual dan Makna Konotasi pada Lirik Lagu Ebiet G. Ade dalam Album Masih Ada Waktu : Lingual Form and Connotation Meaning in The Song Lyrics Of Ebiet G. Ade in “Masih Ada Waktu” Album Maya Ariska Damayanti; Saharudin; I Nyoman Sudika
Jurnal Bastrindo Vol. 1 No. 1 (2020): Edisi Juni 2020
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jb.v1i1.10

Abstract

Abstrak: Ada dua hal yang menjadi permasalahn dalam penelitian ini. Pertama, bagaimana bentuk lingual yang terdapat pada lirik lagu Ebiet G. Ade dalam album “Masih Ada Waktu”. Kedua, bagaimana makna konotasi pada setiap bentuk lingual yang bermakna konotasi pada lirik lagu tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengidentifikasi bentuk lingual bermakna konotasi yang terdapat pada lirik lagu dalam album tersebut serta mendeskripsikan makna konotasi pada setiap bentuk lingual tersebut. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode dokumentasi dan metode simak. Sementara itu, metode analisis data yang digunakan adalah metode padan intralingual dan ekstralingual. Hasil analisis data disajikan secara informal atau penyajian dengan kata-kata biasa. Data-data yang ditemukan berupa bentuk lingual morfologi dan sintaksis. Setelah dilakukan analisis makna konotasi ditemukan bahwa lagu-lagu dalam album tersebut mengandung nilai-nilai kehidupan seperti nilai keagamaan dan sosial. Selain itu, lagu-lagu tersebut juga memberikan nasihat kepada pendengar agar tetap bersyukur atas segala nikmat Tuhan serta selalu patuh dan taat pada aturan dan perintah Tuhan. Selain itu, lagu-lagu tersebut juga memperingati kita untuk segera bertaubat pada Tuhan selagi masih ada kesempatan serta memasrahkan hidup dan mati kita pada-Nya karena hanya Tuhanlah Sang Pemberi Pertolongan dan Pemberi Cinta Yang Maha Luas. Abstract: There are two things that become the problem in this study. First, how the lingual form in the song lyrics of Ebiet G. Ade in the "Masih Ada Waktu" album. Second, how the connotation meaning of each lingual form which means connotation in the song lyrich of the album. The purpose of this study is to identify meanin connotations of lingual forms were  found in the song lyrics in the album and describe the connotation meaning in each of those lingual forms. The method used in data collection is the documentation method and refer to the method. Meanwhile, the data analysis method used is the intralingual and extralingual equivalent method. The results of data analysis are presented informally or presented in ordinary words. The data found wete lingual form of morphology and syntax. After analyzing the connotation meaning it was found that the songs in the album contained life values ??such as religious and social values. In addition, the songs also provide advice to listeners to remain grateful for all the blessings of God and always obey and obey God's rules and commands. In addition, these songs also warn us to immediately repent to God while there is still a chance and surrender our life and death to Him because only God is the Giver of Relief and the Giver of Love in the Most Widespread.
Hibriditas Kebahasaan dalam “Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru”: Sebuah Kajian Etnopuitika: Linguistic Hybridity in “Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru”: An Ethnopuitics Study Saharudin Saharudin; Sapiin Sapiin; Muhammad Syahrul Qodri; Rahmad Hidayat
Jurnal Bastrindo Vol. 3 No. 1 (2022): Edisi Juni 2022
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jb.v3i1.677

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi unsur-unsur pembentuk struktur dan bunyi bahasa puitika-pentas teks Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru (WRMPB) dan menjelaskan pernik-pernik budaya lokal yang mewarnai teks WRMPB ketika dilisankan/dinyanyikan. Secara metodologis, metode pengumpulan data (baik data primer maupun sekunder) dalam penelitian ini mencakup studi kepustakaan (khususnya yang terkait dengan data teoretis), observasi partisipasi, wawancara mendalam, rekaman (audiovisual), foto, dan transkripsi-penerjemahan. Sementara metode analisis data menggunakan metode analisis puitika yang dikemukakan Tedlock (1992), yakni membuat konvensi-konvensi ortografis baru dan menambahkannya ke dalam sistem tulisan yang ada (dari teks WRMPB saat dilisankan) yang dilanjutkan dengan analisis intertekstual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi the art of sounding the narrative texts ‘seni pengucapan teks’, teks WRMPB memiliki konvensi-konvensi ortografis baru yang sekaligus melekat dalam sistem tulisan yang ada. Sementara dari segi budaya lokal yang mewarnai bahasa dan pentas sastra teks WRMPB, kearifan lokal Sasak-Lombok menjadi salah satu fitur penguat dan pengunci teks tersebut. Misalnya, kearifan lokal berupa sesenggak ‘peribahasa’, idiom, dan sejenisnya dipakai untuk mengunci maksud bait-bait tertentu. Ini merupakan wujud kesadaran pengarang bahwa dalam bahasa lokal terkandung nilai-nilai, konsep-konsep, dan ciri-ciri budaya tertentu yang tidak ada pada bahasa lain. Dengan demikian, pengetahuan lokal berperan besar dalam mewadahi totalitas kandungan maksud teks tersebut. Abstract: This study aims to identify the elements that make up the structure and sound of the poetic language of the text of the Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru  (WRMPB) and explain the local cultural trinkets that color the WRMPB text when it is spoken. Methodologically, the data collection methods (both primary and secondary data) in this study include literature study (especially those related to theoretical data), participatory observation, in-depth interviews, recordings, photographs, and transcription-translation. Meanwhile, the data analysis method uses the poetic analysis method proposed by Tedlock (1992), namely making new orthographic conventions and adding them to the existing writing system (from the WRMPB text when it is spoken) followed by intertextual analysis. The results show that from the point of view of the art of sounding the narrative texts, the WRMPB text has new orthographic conventions which are at the same time inherent in the existing writing system. Meanwhile, in terms of local culture that characterizes the language and literary performances of the WRMPB text, the local wisdom of Sasak-Lombok is one of the reinforcing and locking features of the text. For example, local wisdom in the form of proverbs, idioms, and the like is used to lock the meaning of certain verses. This is a manifestation of the author's awareness that the local language contains certain values, concepts, and cultural characteristics that do not exist in other languages. Thus, local knowledge plays a major role in accommodating the totality of the content of the text's intent.
Peristiwa Nika Baronta Sebagai Upaya Perlawanan Terhadap Penjajahan: Nika Baronta: Narrative of the Struggle in Maintaining the Dignity of Bima Women from Japanese Colonizers Nur Atirah Khaerani; Saharudin Saharudin; Muh. Syahrul Qodri
Jurnal Bastrindo Vol. 3 No. 2 (2022): Edisi Desember 2022
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jb.v3i2.717

Abstract

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tindakan-tindakan yang dilakukan Sultan Bima dalam melawan penjajahan sebagaimana tergambarkan pada novel Nika Baronta karya Alan Malingi. Metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode studi pustaka dan metode baca-catat. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif. Hasil penelitian ini menemukan bahwa tindakan sosial yang dilakukan oleh Sultan Bima dalam novel Nika Baronta, yaitu tindakan rasional instrumental, tindakan rasional nilai, tindakan afektif, dan tindakan tradisional. Adapun tujuan dilakukan tindakan-tindakan ini adalah melindungi gadis-gadis Bima dari kekejaman para penjajah yang ingin merusak gadis-gadis Bima dan ingin menjadikan gadis-gadis Bima tersebut sebagai jugun ianfu (wanita penghibur atau pemuas kebutuhan seksual) oleh penjajah Jepang, tindakan melindungi gadis-gadis ini melalui “nikah paksa” dikenal dengan tindakan nika baronta. Abstract: This research aims to find out the actions taken by Sultan Bima against colonialism as described in the novel Nika Baronta by Alan Malingi. The research methods used in data collection are the literature study and note-reading methods. The data analysis method used in this research is the descriptive method. The results of this study found that the social actions carried out by Sultan Bima in the novel Nika Baronta were rational instrumental actions, value rational actions, affective actions, and traditional actions. The purpose of these actions was to protect the Bima girls from the cruelty of the colonialists who wanted to destroy the Bima girls and wanted to make the Bima girls as jugun ianfu (comfort women or satisfying sexual needs) by the Japanese colonialists. Protecting these girls through “forced marriages” is known as the nika baronta act.