Legislation Committee of The House of Representatives of Republic of Indonesia (DPR RI) in a plenary meeting on April 6, 2022 ratified the Bill (RUU) on new autonomous regions (DOB) for provinces in Papua, namely Papua Selatan Province, Papua Tengah Province, and Papua Pegunungan Tengah Province. The decision was rejected by a number of parties by holding demonstrations against the new autonomous regions in various regions. When the demonstration was held in Jayapura on May 10, 2022, there was chaos between the protesters and the Indonesian National Armed Forces-Indonesian Police (TNI-Polri). During a conflict, the mass media were covering the conflict because it is considered to have high news value. But not all mass media are able to play a role in making conflict resolution or creating peace. This study aims to see how Okezone.com frames conflict in the protest against DOB using a qualitative approach with the Zhongdang Pan & Gerald M. Kosicki model framing analysis method that looks at the framing of syntactic, script, thematic and rhetorical structures. The analyzed datas are five news about the chaos, publish at the time occurred. The results show that Okezone.com has not implemented peace journalism and tends to apply war journalism. Okezone.com only highlights aspects of conflict behavior, accuse only one party, does not side with peace, rightness, society, and not into conflict solution. Abstrak Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dalam rapat pleno pada 6 April 2022 mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang daerah otonom baru (DOB) provinsi di Papua yakni Provinsi Papua Selatan, Provinsi Papua Tengah, dan Provinsi Papua Pegunungan Tengah. Keputusan tersebut kemudian mendapat penolakan dari sejumlah pihak dengan menggelar aksi unjuk rasa penolakan DOB di berbagai daerah. Saat unjuk rasa digelar di Jayapura pada 10 Mei 2022, terjadi kericuhan antara pengunjuk rasa dengan TNI-Polri. Ketika terjadi konflik, media massa hadir untuk melakukan liputan karena konflik dianggap memiliki nilai berita yang tinggi. Namun tidak semua media massa mampu berperan dalam membangun resolusi konflik atau menciptakan perdamaian. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana Okezone.com membingkai konflik dalam unjuk rasa penolakan DOB menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis framing model Zhongdang Pan & Gerald M. Kosicki yang melihat pembingkaian dari struktur sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Data yang dianalisis adalah lima berita mengenai kericuhan yang terbit pada saat peristiwa terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Okezone.com belum menerapkan jurnalisme damai dan cenderung menerapkan jurnalisme perang, karena dalam pemberitaan hanya menonjolkan aspek perilaku konfliknya saja, kemudian menempatkan hanya satu pihak yang bersalah. Serta tidak memiliki orientasi pada penyelesaian konflik, tidak berorentasi pada kebenaran dan kepada masyarakat.