Keberhasilan pembangunan Nasional tidak terlepas dari ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Kekurangan gizi dapat merusak kualitas sumber daya manusia, salah satunya adalah stunting. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan prevalensi stunting tahun 2013 adalah 37,2%, terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%). Total stunting di Sulawesi Tengah tahun 2013 sebesar 41% dan di Kota Palu sebesar 21,42%. Faktor risiko Stunting meliputi faktor rumah tangga dan keluarga, makanan pendamping ASI dan praktek pemberian ASI yang tidak memadai, serta infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor ibu dan pola menyusui terhadap stunting pada BADUTA 6-23 bulan di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Palu selama 3 bulan mulai bulan Agustus sampai dengan Nopember 2015. Desain penelitian Kohort Retrospective, jumlah sampel sebanyak 65 Rumah Tangga dengan teknik pengambilan sampel “purposive sampling”. Alat ukur yang digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk standarisasi instrumen. Data dianalisis secara Univariat, Bivariat dan Multivariat. Hasil analisis multivariat (OR ; 95% CI) menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap stunting dalam penelitian ini adalah tidak melakukan antenatal care dengan OR=4,57 (3,05-6,85), tinggi badan ibu <150 cm dengan OR=3,57 (2,47-5,16), tidak inisiasi menyusu dini dengan OR=3,04 (2,71-3,40) dan Jarak Kelahiran <3 tahun OR=2,81 (1,78-4,42). Kesimpulan bahwa faktor risiko stunting adalah tinggi badan ibu, jarak kelahiran, tidak inisiasi menyusu dini dan tidak melakukan Antenatal Care.