Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Loa : Jurnal Ketatabahasaan dan Kesusastraan

LATAR SURABAYA DALAM KARYA PROSA SUPARTO BROTO Yulitin Sungkowati
LOA: Jurnal Ketatabahasaan dan Kesusastraan Vol 9, No 2 (2014): LOA
Publisher : Kantor Bahasa Kalimantan Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.354 KB) | DOI: 10.26499/loa.v9i2.2077

Abstract

                                                   AbstrakTulisan ini bertujuan mendeskripsikan latar Surabaya dalam karya prosa Suparto Brata. Sumber data yang digunakan dalam tulisan ini adalah novel Mencari Sarang Angin dan kumpulan cerpen Trem. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi yang ditopang dengan teknik baca dan catat. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis isi. Hasil temuan menunjukkan bahwa latar sosial-budaya dalam karya prosa Suparto Brata tampak dari adanya penggunaan bahasa Jawa subdialek Surabaya dalam dialog antartokoh, pandangan hidup tokoh, dan dari adatkebiasaan hidup sehari-hari. Latar sosial tersebut menggambarkan dan mewakili Surabaya sebagai bagian dari wilayah budaya arek.Kata kunci: latar, budaya arek, prosa                                                       AbstractThis paper aims to describe Surabaya as the setting of Suparto Brata’s prose. Source data of this paper are Mencari Sarang Angin novels and the anthology of short story Trem. The data collection technique is documentation method which is supported by read and writes techniques. The data analysis was done by using content analysis technique. The results finding show that social-culture setting in Suparto Brata’s prose could be seen from the using of Surabaya subdialect of Javanese in the dialog among the character, the character’s way of life, and from the every day life local custom of the character. That social setting described and represented Surabaya as one of Arek culture area.Keywords: background, arek culture, prose
ALIH WAHANA CERITA RAKYAT "ASAL-USUL SURABAYA" DALAM INDUSTRI KREATIF Yulitin Sungkowati
LOA: Jurnal Ketatabahasaan dan Kesusastraan Vol 17, No 2 (2022): LOA
Publisher : Kantor Bahasa Kalimantan Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/loa.v17i2.5138

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan membahas bagaimana alih wahana cerita rakyat “Asal Usul Surabaya” dan perubahan yang terjadi dalam alih wahana cerita rakyat “Asal Usul Surabaya” menjadi produk industri kreatif. Teori yang digunakan adalah alih wahana dan sastra bandingan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi, baik cetak maupun digital. Penelitian dilakukan selama enam bulan (April—September 2021) di Surabaya. Analisis data dilakukan dengan metode perbandingan. Hasil penelitian menunjukan bahwa alih wahana cerita rakyat “Asal Usul Surabaya” menjadi kerajinan berupa patung dan miniatur patung masih mempertahankan tokoh dan tema utama perkelahian Sura dan Baya. Alih wahana dalam bentuk desain batik, kaos, dan berbagai merchandise lainnya masih mempertahankan tokoh utama Ikan Sura dan Baya, namun dengan perubahan-perubahan pada tema, tidak lagi hanya tentang perkelahian tetapi juga persaudaraan. Perubahan paling banyak terjadi pada alih wahana menjadi sinematografi dalam film animasi Grammar Suroboyo dan Culoboyo. Kata kunci : sastra, industri kreatif, alih wahana, sastra bandingan AbstractThis study aims to discuss how is the transformation of story “The Origin of Surabaya” and the changes in transformation of folktale “The Origin of Surabaya” into creative industry products. It uses transformation and comparative literary theory. The collection of data is done by observation, interview, and dokumentation study, both print and digital. This research is conducted during six months (April--September 2021) in Surabaya. Data analysis was carried out by comparison method.  The results show that transformation of folktale “The Origin of Surabaya” into crafts in the form of sculpture and miniature statues still maintain character and main theme of Sura and Baya fight. Transformation in the form of batik design, shirt, and other merchandises still maintain main character Sura fish and Baya, but with many changes to a theme, no longer just about fighting but also brotherhood. The most changes occured in the transformation into chinematography in animated Grammar Suroboyo and Culoboyo. Keywords:  literature, creative industry, transformation, comparative literary theory