Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Jurnal Riset Akuakultur

POTENSI PREBIOTIK MADU KLENGKENG, RANDU, DAN ORGANIK TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Yani Aryati; Widanarni Widanarni; Dinamella Wahjuningrum; Iman Rusmana; Angela Mariana Lusiastuti
Jurnal Riset Akuakultur Vol 15, No 3 (2020): (September, 2020)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.738 KB) | DOI: 10.15578/jra.15.3.2020.185-193

Abstract

Salah satu upaya untuk meningkatkan performa pertumbuhan dan komposisi mikroflora dalam usus, menghambat pertumbuhan patogen, dan meningkatkan imunitas ikan adalah dengan pemberian prebiotik. Madu memiliki kandungan utama berupa oligosakarida, salah satu material yang dapat dimanfaatkan sebagai prebiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi madu klengkeng, randu, dan organik sebagai prebiotik dan menguji pengaruhnya terhadap kinerja pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus). Kriteria prebiotik yang diuji meliputi kandungan oligosakarida dari madu dan ekstraknya menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT), hidrolisis asam lambung dan a-amilase dari ketiga ekstrak madu, serta stimulasi pertumbuhan bakteri probiotik dari ekstrak ketiga jenis madu. Pengujian pada ikan nila dilakukan selama 30 hari dengan perlakuan A (kontrol), B (1% madu klengkeng pada pakan), C (1% madu randu pada pakan), dan D (1% madu organik pada pakan), masing-masing diulang empat kali. Parameter kinerja pertumbuhan yang diukur meliputi bobot biomassa awal, bobot biomassa akhir, pertambahan bobot, konsumsi pakan, laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan, dan sintasan. Hasil pengujian dengan KLT menunjukkan ekstrak madu klengkeng dan randu merupakan oligosakarida. Hidrolisis asam lambung dan asam á-amilase selama tiga jam pengamatan mengalami peningkatan, baik dari ekstrak madu klengkeng, madu randu, dan madu organik. Ekstrak madu randu memiliki kinerja paling baik dalam menstimulasi pertumbuhan bakteri probiotik. Madu klengkeng, randu, dan organik memenuhi kriteria prebiotik. Penambahan madu randu pada pakan ikan nila mampu meningkatkan bobot biomassa akhir tertinggi (28,42 ± 0,79); laju pertumbuhan spesifik tertinggi (11,15 ± 0,09), dan memberikan rasio konversi pakan terendah (1,77 ± 0,06) dibandingkan dengan perlakuan madu yang lain. Penambahan madu klengkeng, randu, dan organik sebanyak 1% melalui pakan mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan nila dengan hasil terbaik adalah penambahan madu randu.One of the efforts to improvethe growth performance and composition of microflora in the intestine, inhibit the growth of pathogens, and increase the immunity of fish is through the application of prebiotics. Honey is known to contain oligosaccharides, which can be used as prebiotics. This study aimed to evaluate the potential of longan, kapok, and organic honey as prebiotics and examine their effects on the growth performance of tilapia (Oreochromis niloticus). The prebiotic criteria tested included oligosaccharide content from the honey and their extracts using thin layer chromatography (TLC), gastric acid hydrolysis, and a-amylase as well as stimulation of growth of probiotic bacteria from the extract of the honey. Tests on tilapia were carried out for 30 days with treatments A (control), B (1% longan honey added in the feed), C (1% kapok honey added in the feed), and D (1% organic honey added in the feed) and each treatment repeated four times. The measured growth performance parameters included initial biomass weight, final biomass weight, weight gain, feed consumption, specific growth rate, feed conversion ratio, and survival. Test results with TLC showed that the extract of longan honey and kapok were oligosaccharides. Gastric acid hydrolysis and á-amylase acid during three hours of observation showed an increase, both from the extract of longan, kapok, and organic honey. The extract of kapok honey has the best performance in stimulating the growth of probiotic bacteria. Longan, kapok, and organic honey meet the criteria required for prebiotic. The addition of kapok honey intilapia feed attained the highest final biomass weight (28.42 ± 0.79), the highest specific growth rate (11.15 ± 0.09), and produced the lowest feed conversion ratio (1.77 ± 0.06) compared to the other honey treatments. The addition of 1% longan, kapok, and organic honey in feed can improve the growth performance of tilapia, of which kapok honey gives the best result. 
UJI KETAHANAN LARVA UDANG GALAH DARI BEBERAPA SUMBER POPULASI TERHADAP BAKTERI Vibrio harveyi Ikhsan Khasani; Dinamella Wahjuningrum; Yan Evan
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.671 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.3.2010.411-424

Abstract

Salah satu penyakit yang sering menyerang udang di pembenihan adalah vibriosis, yang disebabkan oleh bakteri Vibrio harveyi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat ketahanan beberapa strain larva udang galah, yaitu asal Sungai Ogan, Sumatera Selatan; Sungai Asahan, Sumatera Utara; Sungai Barito, Kalimantan Selatan; Sungai Ciasem, Jawa Barat; dan strain GIMacro terhadap infeksi bakteri Vibrio harveyi, sebagai dasar perakitan varietas unggul udang galah. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan, yaitu strain larva dan tiga ulangan. Larva udang galah stadia 4 dari 5 populasi berbeda, dengan panjang rata-rata 2,7±0,4 mm ditempatkan di stoples volume 3 L dengan padat penebaran  larva 100 ekor/L. Setiap wadah diisi 1 L air payau 10‰. Selanjutnya diinfeksi bakteri V. harveyi patogen berumur 24 jam dengan kepadatan 105 cfu/mL. Nauplii Artemia diberikan pada pagi dan sore hari. Parameter yang diamati meliputi pengamatan visual abnormalitas larva uji yang dilihat dari tingkah laku larva dan kondisi organ hepatopankreas, tingkat sintasan, kelimpahan total bakteri Vibrio sp. dan V. harveyi, identifikasi bakteri, dan parameter kualitas air. Selama 48 jam perlakuan sintasan larva yang berasal dari strain induk yang berbeda memberikan hasil berbeda nyata dengan tingkat sintasan tertinggi pada larva asal Barito, yaitu 75%; diikuti GIMacro 65%; Asahan 61,33%; Ciasem 53,66%; strain Ogan 20%.Vibriosis caused by Vibrio harveyi is a serious problem in intensive system hatcheries of freshwater prawn. This study was conducted to study the resistance of larvae from different locations i.e. Ogan River, South Sumatra; Asahan River, North Sumatra; Barito River, South Kalimantan; Ciasem River, West Java; and GIMacro, as part of breeding program to create superior prawn strain. Complete randomized design was used in this study, with 5 treatments, i.e. larvae source and 3 replications. 4th stage of freshwater prawn larvae from the different populations, average total length of 2,7±0,4 mm, were reared in 3 liters buckets with larvae density of 100 larvae/L. Each bucket was filled with 1 L of 10‰ saline water. V. harveyi aged 24 hours was inoculated in each bucket with a density of 105 cfu/mL. Artemia sp. nauplii was given to the larvae twice per day. Some parameters consisting of abnormalitas of larvae, larvae behaviour, hepatopancreas performance, mortality, total of Vibrio sp. number and water quality was observed during the study. During 48 hours of the treatment, showed that factor of different larvae location gave a significant result to larvae survival rate. The highest survival rates was observed in the Barito larvae population (75%), followed by GIMacro (65%), Asahan (61.33%), Ciasem (53.66%), and Ogan 20%.
PEMBERIAN PROBIOTIK LACTOBACILLUS BREVIS DAN PREBIOTIK OLIGOSAKARIDA PADA BENIH PATIN SIAM (Pangasionodon hypophthalmus) YANG DIINFEKSI Aeromonas hydrophila Yuke Eliyani; Widanarni Widanarni; Dinamella Wahjuningrum
Jurnal Riset Akuakultur Vol 8, No 2 (2013): (Agustus 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.506 KB) | DOI: 10.15578/jra.8.2.2013.241-251

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian probiotikLactobacillus brevis, prebiotik oligosakarida dan sinbiotiknya terhadap jumlah bakteri Lactobacillus sp. dan total bakteri dalam usus, total eritrosit, total leukosit, diferensial leukosit, aktivitas fagositik, sintasan, tingkat pertumbuhan, serta FCR benih ikan patin siam yang diinfeksi Aeromonas hydrophila. Hasil uji karakteristik menunjukkan bahwa jenis probiotik dan patogen adalah Lactobacillus sp. dan Aeromonas hydrophila. Pada uji in vivo digunakan lima perlakuan yang terdiri atas K(+), K(-), probiotik (pro), prebiotik (pre) serta sinbiotik (sin). Bakteri Lactobacillus sp. ditemukan di usus pada perlakuan probiotik dan sinbiotik dengan kisaran jumlah sekitar 101 sampai 106 (CFU/g). Total eritrosit, total leukosit, aktivitas fagositik berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol pada beberapa waktu pengamatan. Tingkat sintasan terendah diperoleh pada perlakuan K(+) sebesar 43,33±11,55; sedangkan empat perlakuan lainnya memperoleh nilai 100%. Tingkat pertumbuhan harian berbeda nyata antar perlakuan, nilai terbaik dicapai pada perlakuan pemberian sinbiotik sebesar 3,370±0,14. Nilai FCR perlakuan probiotik, prebiotik dan sinbiotik menunjukkan beda nyata dengan kontrol. Perlakuan sin, pre, pro memberikan nilai yang lebih baik pada total eritrosit, total leukosit, aktivitas fagositik, sintasan, pertumbuhan, dan FCR dibandingkan kontrol.
POTENSI ANTI OKSIDAN DAN ANTI BAKTERI Chromolaena odorata TERHADAP Vibrio harveyi PENYEBAB PENYAKIT BLACK BODY SYNDROME PADA KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) Nurbariah Nurbariah; Sukenda Sukenda; Muhammad Zairin Junior; Sri Nuryati; Dinamella Wahjuningrum
Jurnal Riset Akuakultur Vol 16, No 2 (2021): (Juni, 2021)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (97.38 KB) | DOI: 10.15578/jra.16.2.2021.117-124

Abstract

Kandungan bahan bioaktif pada tanaman memiliki beragam potensi aktivitas biologis dan dimanfaatkan dalam budidaya ikan sebagai alternatif untuk pencegahan dan pengobatan penyakit ikan. Serapoh (Chromolaena odorata) diketahui memiliki bahan bioaktif namun penerapan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit pada kakap putih belum pernah diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi antioksidan dan antibakteri daun serapoh secara in vitro terhadap Vibrio harveyi penyebab penyakit black body syndrome pada benih kakap putih. Penelitian secara in vitro melingkupi analisis fitokimia, uji antioksidan dan antibakteri. Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak daun serapoh mengandung flavonoid, tannin, saponin, dan steroid. Rendemen dari hasil maserasi dengan pelarut akuades, etanol, etil asetat, dan n-heksan berturut-turut adalah 11,34%; 9,13%; 4,21%; dan 1,48%. Ekstrak etil asetat memiliki kandungan total fenol yang tertinggi (212,8 mg/g) dibanding ekstrak yang lain. Kandungan total flavonoid yang tertinggi terdapat pada ekstrak etanol (195,5 mg/g) diikuti dengan ekstrak etil asetat (20,2 mg/g), n-heksan (10,6 mg/g), dan akuades (8,1 mg/g). Nilai potensi antioksidan ekstrak etanol lebih tinggi (86,59%) dibanding ekstrak yang lain namun potensi antioksidan ekstrak etanol, etil asetat, dan akuades tidak berbeda nyata dengan asam askorbat sebagai pembanding. Ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksan dapat menghambat pertumbuhan V. harveyi. Ekstrak etanol bersifat bakteriostatik (1,25 mg/mL) dan bakterisidal (5 mg/mL), serta menyebabkan kerusakan sel sehingga metabolit seluler seperti asam nukleat dan protein dapat keluar dari sel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun serapoh memiliki potensi antioksidan dan antibakteri terhadap V. harveyi sehingga dapat digunakan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit black body syndrome pada benih kakap putih.Bioactive compounds in plants have various potential biological activities and are commonly used in fish farming as alternatives to prevent and treat fish diseases. Serapoh (Chromolaena odorata) is known to have bioactive compounds, yet its application to prevent disease in Asian seabass has not been studied. This study aimed to evaluate the antioxidant and antibacterial potential of serapoh leaves in vitro against Vibrio harveyi, causing black body syndrome disease in Asian seabass. The performed tests in this study consisted of phytochemical analysis, antioxidant, and antibacterial tests. The results showed that serapoh leaf extract contains flavonoids, tannins, saponins, and steroids. The yields obtained from maceration with aquadest, ethanol, ethyl acetate, and n-hexane solvents were 11.34%; 9.13%; 4.21%; and 1.48%, respectively. Ethyl acetate extract had the highest total phenol content (212.8 mg/g) compared to the other extracts. Ethanol extract has the highest total flavonoid content (195.5 mg/g) followed by ethyl acetate (20.2 mg/g), n-hexane (10.6 mg/g), and aquadest (8.1 mg/g). The highest antioxidant potential value was shown by ethanol extract (85.59%), but the antioxidant potentials of ethanol, ethyl acetate, and aquadest extracts were not significantly different from ascorbic acid. Ethanol, ethyl acetate, and n-hexane extracts can inhibit the growth of V. harveyi. Ethanol extract has bacteriostatic (1.25 mg/mL) and bactericidal (5 mg/mL) properties. The exposure of V. harveyi to ethanol extract resulted in cellular damage that can release cellular metabolites such as nucleic acids and proteins. In conclusion, serapoh leaf extract had antioxidant and antibacterial potential against V. harveyi and could be used to prevent or treat black body syndrome in Asian seabass.
EKSTRAK KULIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum) SEBAGAI ANTIBAKTERI UNTUK PENGOBATAN UDANG VANAME YANG DIINFEKSI Vibrio parahaemolyticus Ramadhani, Dian Eka; Wahjuningrum, Dinamella; Saputri, Rika Ani; Widanarni, Widanarni; Rizkiyanti, Ita
Jurnal Riset Akuakultur Vol 19, No 4 (2024): Desember (2024)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.19.4.2024.345-364

Abstract

Early Mortality Syndrome (EMS) or Acute Hepato Pancreatic Necrosis Disease (AHPND) caused by the pathogenic bacteria Vibrio parahaemolyticus (V. par) causes mass deaths in shrimp farming. This study aims to obtain the effective dose of shallot skin extract as a treatment for Pacific whiteleg shrimp infected with V. par RfR (rifampicin resistance 50 µg mL- 1). This research was conducted at the Pilot plane Faculty of Agricultural Technology and Laboratory of Aquatic Animal Health Management, Jepara Centre for Brackish Water Aquaculture (BBPBAP). This study used a Completely Randomized Design (CRD) consisting of five treatments and three replications, namely K- (negative control), K+ (positive control), KBM6,25 (shallot skin extract 6,25%), KBM12,5 (shallot skin extract red 12,5%), and KBM25 (shallot skin extract 25%). This research used Pacific whiteleg shrimp 3,41 ± 0,73 g fish-1,which were injected with V. par RfR bacteria and continued with 14 days of maintenance. The results showed that administration of shallot skin extract at a dose of 6,25% resulted in total haemocyte count (THC), differential haemocyte count (DHC), phagocytic activity (AF), reduction in the number of V. par RfR bacteria, survival rate, and feeding ratio which were significantly different compared to the positive control. Meanwhile, the clinical symptoms caused by treatment with shallot skin extract at doses of 6,25%, 12,5% and 25% recovered on the 14th day compared to the positive control, which still experienced clinical symptoms of infection.
EVALUASI TEPUNG KEDELAI SEBAGAI SUMBER FITOESTROGEN DALAM PAKAN TERHADAP TINGKAT KANIBALISME BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) Nazar, Danella Austraningsih Puspa; Sudrajat, Agus Oman; Arfah, Harton; Wahjuningrum, Dinamella; Maulana, Fajar
Jurnal Riset Akuakultur Vol 17, No 3 (2022): (September) 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.17.3.2022.145-153

Abstract

Beberapa upaya yang dilakukan untuk menanggulangi adanya kanibalisme pada ikan adalah dengan pemberian hormon sintesis estradiol-17β dan pemberian asam amino triptofan (bahan baku biosintesis serotonin) dalam pakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh pemberian tepung kedelai terhadap tingkat kanibalisme benih ikan lele. Tiga dosis perlakuan penambahan tepung kedelai yaitu: 0 (Kontrol), 50 (TK50), dan 100 g kg-1 pakan (TK100). Terdapat dua perlakuan kontrol yaitu penambahan hormon menggunakan 17α-metiltestosteron 30 mg kg-1 pakan (MT) dan estradiol-17β 50 mg kg-1 pakan (E2). Penelitian ini menggunakan benih ikan lele berukuran 2,90 ± 0,41 cm dengan padat tebar 2000 ekor m-2. Pemeliharaan dilakukan selama 30 hari dengan pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari (07.00, 12.00, dan 18.00). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan menggunakan lima perlakuan yang masing masing diulang sebanyak tiga kali. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan TK100 pada pakan dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup, menekan adanya kanibalisme serta ikan yang berpotensi kanibal (P<0,05). Hasil dari kinerja pertumbuhan menunjukkan bahwa nilai laju bobot mutlak, laju panjang mutlak, laju panjang spesifik, dan koefisien keragaman panjang memiliki hasil yang berbeda nyata antarperlakuan (P<0,05) dan perlakuan laju bobot spesifik tidak berbeda nyata (P>0,05). Penambahan tepung kedelai dalam pakan mampu menekan adanya kanibalisme pada benih ikan lele sebesar 21,21%. Penurunan kanibalisme tersebut sejalan dengan adanya peningkatan kelangsungan hidup pada benih. Suplementasi tepung kedelai dalam pakan dapat menjadi alternatif solusi untuk penurunan tingkat kanibalisme pada pemeliharaan benih ikan lele.Several attempts have been made to reduce cannibalism in fish by supplementing the synthetic hormone estradiol-17β and amino acid tryptophan (raw material for serotonin biosynthesis) in feed. This study aimed to evaluate the effect of soybean meal on the level of cannibalism of catfish fingerlings. Three treatment doses of the supplementation of soybean meal were 0 (Control), 50 (TK50), and 100 g kg-1 feed (TK100). There were two control treatments, with the addition of hormones using 17α-methyltestosterone 30 mg kg-1 feed (MT) and estradiol-17β 50 mg kg-1 feed (E2). This study used catfish fingerlings measuring 2.90 ± 0.41 cm with a stocking density of 2000 m-2. The experiment was conducted for 30 days, thrice daily feeding (07.00, 12.00, and 18.00). The experiment was arranged in a completely randomized design using five treatments with triplicates. The results show that TK100 produced an increased survival rate and suppressed cannibalism level and potentially cannibalistic fish (P<0.05). The growth performance results show that the total weight rate, relative length rate, specific length rate, and length variation coefficient of catfish fingerlings were significantly different among the treatments (P<0.05). However,  the specific weight rate of catfish fish fingerlings was not significantly different among the treatments (P>0.05). The supplementation of soybean meal in feed suppresses cannibalism in the catfish seeds by 21.21%. The decrease in cannibalism was strongly correlated with the increase in the fingerlings’ survival rate. Supplementing soybean meal in feed can be an alternative solution to reduce cannibalism in catfish seed rearing.
Co-Authors , Rahman, , , Ranta, , Ade Dwi Sasanti Ade Sunarma Afiff , Usamah Agus Oman Sudrajat Al-Faruqi, Muhammad Umar Aldy Mulyadin Alimuddin Aminatul Zahra Anang Hari Kristanto Angela Mariana Lusiastuti Ardana Kurniaji Astari, Belinda Bagus Ansani Takwin Bambang Riyanto Dadang Kurniawan Daniel Happy Putra DEDI JUSADI Dendi Hidayatullah Dendi Hidayatullah, Dendi Dewi Nurhayati Diah Ayu Lestari, Diah Ayu Dian Eka Ramadhani Dian Hardiantho Eddy Supriyono Efianda, Teuku Reza Eka Hidayatus Solikhah Elizabeth Waturangi, Diana Encah Ewi Mulyeti Erni Susanti Fadhila Maharani Putri Faoziyatunnisa, Nurul Fiska Puspita Gustilatov, Muhamad Hamida Pattah Harton Arfah Hasan Nasrullah Hasanah, Mulyati Hendriana, Andri Herawati Rasid Hidayat, Acep Muhamad Iis Diatin Iis Widiani Ikhsan Khasani Ikhsan Khasani Iman Rusmana Inem Ode Iqbal Kurniawinata, Mohamad Irawan, D Y Irzal Effendi Julie Ekasari Karno Setyotomo Kautsar, Badar Khoirul Umam Kukuh Nirmala Kustiariyah Tarman Laely Nuzullia M. Faisol Riza Ghozali M. Zairin Junior M.A. Lidaenni Maulana, Fajar Mia Setiawati Muhamad Ali MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI Muhammad Arif Mulya Muharram Nur Ikhsan Mulyadin, Aldy MUNTI YUHANA Nasri Julaini Nasrullah, Hasan Nazar, Danella Austraningsih Puspa nFN Safratilofa NISA RACHMANIA MUBARIK Nurbariah Nurbariah Nuzullia, Laely Ode, Inem Pratama, Ahmad Trio Puguh Widagdo Puji Hastuti, Yuni Putra, The Best Akbar Esa Putri Shandra Ramhirez Putri Utami, Putri Ramadhani, Dian Eka Ramadhina, Erina Tri Ramhirez, Putri Shandra Retno Astrini Ririn Nurul Fauziah, Ririn Nurul Rizkiyanti, Ita Rudi, Mad Ruspindo Syahputra Sahrul Alim Saputri, Rika Ani Sari Anggraeni, Sukma Shavika Miranti Sri Hariati Sri Nuryati Sri Nuryati Sukenda Sukenda . Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Tatag Budiardi Taufiq Abdullah Taufiq Abdullah Taufiq Abdullah, Taufiq Tiara Puspa Anjani Tri Rezeki, Nanda Vinasyam, Apriana Wahyu Ramadhan Wesly Pasaribu Widanarni Widanarni WIDANARNI WIDANARNI Wildan Nurussalam Wira H Saputra Y. Hadiroseyani Yan Evan Yan Evan Yani Aryati Yonvitner - Yuke Eliyani Yuke Eliyani Zulhelmi, Arif