Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search
Journal : Jurnal Akuakultur Indonesia

The use of Curcuma longa extract to control Edwardsiella tarda infection on Clarias sp. Wahjuningrum, Dinamella; Ikhsan, Muharram Nur; Sukenda, ,; Evan, Yan
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 1 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2993.395 KB) | DOI: 10.19027/jai.13.1-10

Abstract

ABSTRACT  Target production of catfish in aquaculture can be reached by suppressing the pathogenic bacterial infection. Previous works had shown that turmeric Curcuma longa has antibacterial activity. The objectives of this research were to determine the best method of extraction and to evaluate the efficacy of turmeric extract as feed additive to control Edwardsiella tarda disease in catfish culture. Briefly, the objective was achieved through in vitro assay based on inhibition ability of extraction method against E. tarda, while the following objective was obtained through in vivo assay based on their survival during challenge test either as preventive or curative measurement. A complete randomized design with three replications was used for each assay. Furthermore, challenge test was done by mean intraperitoneal injection at concentration 106 cfu/mL of E. tarda (LD50). The results showed that 15 minutes decoction method allowed the best inhibition with diameter 7.42 mm of clear zone and then curative measurement using turmeric extract could be the best application against E. tarda since it gave 86.67% of survival. Clinical signs such as swelling, hemoraghic, body ulcer, gastroentritis and gaseous captivity were observed on challenged fish. However, there were no significant different among treatments for specific growth, body weight, and absolute length parameters.  Keywords: Edwardsiella tarda, extraction, turmeric, catfish, inhibition zone  ABSTRAK Peningkatan produksi ikan lele dapat dicapai melalui pencegahan infeksi penyakit bakterial. Hasil beberapa penelitian membuktikan bahwa kunyit Curcuma longa terbukti memiliki zat aktif yang bersifat antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mencari metode ekstraksi terbaik dan mengevaluasi efektivitas penambahan ekstrak kunyit pada pakan untuk pengendalian patogen Edwardsiella tarda pada ikan lele. Metoda ekstraksi kunyit diuji secara in vitro dengan metoda zona hambat, sedangkan efikasi diuji secara in vivo melalui perlakuan pencegahan dan pengobatan. Penelitian didesain dalam rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan. Efikasi ekstrak kunyit diketahui dari nilai sintasan ikan lele hasil uji tantang E. Tarda melalui injeksi peritoneal dengan dosis 106 cfu/ mL (LD50). Hasil uji in vitro menunjukkan bahwa metode dekoksi selama 15 menit memberikan zona hambat terbaik yaitu sebesar 7,42 mm. Hasil uji in vivo menunjukkan bahwa ekstrak kunyit sebagai tindak pengobatan memberikan nilai sintasan terbaik, yaitu sebesar 86,67%. Ikan lele yang diuji tantang menunjukkan gejala klinis berupa pembengkakan, luka, gastroentritis, dan gas pada perut. Tidak terdapat perbedaan nyata di antara perlakuan untuk parameter laju pertumbuhan harian, bobot harian, dan pertumbuhan panjang mutlak. Kata kunci: Edwardsiella tarda, ekstraksi, kunyit, ikan lele, zona hambat
Combination of garlic - shatterstone herb powder to control Streptococcus agalactiae infection in tilapia Fauziah, Ririn Nurul; Wahjuningrum, Dinamella; Sukenda, ,; Ranta, ,
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 1 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3040.983 KB) | DOI: 10.19027/jai.14.79-89

Abstract

ABSTRACT This study was aimed at determining potential of combination powder of garlic Allium sativum-shatterstone herb Phyllanthus niruri supplemented in feed against S. agalactiae infection in tilapia. Four concentrations of combination powder of A. sativum-P. Niruri; 20+5, 20+10, 20+15 and 20+20 ppt respectively were investigated for their ability to inhibit bacterial fish pathogen. Combination dose of 20+15 ppt produced the highest inhibitory zones in in vitro test. In vivo test consisted of three treatments with three replications, namely positive control (K+), negative control (K-) and the treatment of A. sativum-P. niruri suplemented in feed (BM).  The test perfomed on tilapia with weight of 10.33 ± 1.63 g and were reared at density of 10 ind/aquarium. The fish was fed for 14 days, then injected intraperitoneally with 0.1 mL S. agalactiae at concentration of 105 cfu/mL for positive control and BM groups. Survival, growth rate, feed response, hematological and water quality parameters were observed for 10 days. This study showed that the suplemented-feed-fish (BM) showed better growth rate, feed response, and survival (83.3%) than positive control (36.7%) at P<0.05. In addition, A. sativum-P. niruri suplemented in feed was also able to enhance the immune response by increasing phagocytic activity. Keywords: Streptococcus agalactiae, phytopharmacy, Allium sativum-Phyllanthus niruri, tilapia  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi campuran tepung bawang putih Allium sativum-meniran Phyllanthus niruri dalam pakan terhadap pencegahan infeksi bakteri S. agalactiae pada ikan nila. Empat konsentrasi campuran tepung bawang putih-meniran yaitu 20+5 ppt, 20+10 ppt, 20+15 ppt dan 20+20 ppt masing-masing diuji kemampuannya dalam  menghambat bakteri patogen pada ikan. Campuran dosis 20+15 ppt menghasilkan zona hambat terbaik dalam uji in vitro. Uji in vivo terdiri atas tiga perlakuan dengan tiga ulangan yaitu kontrol positif, kontrol negatif, dan perlakuan pakan yang mengandung bawang putih-meniran (BM). Uji ini dilakukan pada ikan nila berbobot 10,33±1,63 g yang dipelihara di akuarium dengan kepadatan 10 ekor/akuarium. Ikan diberi pakan perlakuan selama 14 hari kemudian diinjeksi secara intraperitoneal dengan bakteri S. agalactiae sebanyak 0,1 mL dengan kepadatan 105 cfu/mL pada perlakuan kontrol positif dan perlakuan BM. Parameter kelangsungan hidup, laju pertumbuhan, respons pakan, parameter hematologi, dan kualitas air diamati selama sepuluh hari. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian BM dalam pakan memberikan laju pertumbuhan, respons pakan, dan sintasan (83,3%) yang lebih baik daripada kontrol positif (36,7%) pada P<0,05. Pakan yang mengandung campuran bawang putih-meniran ini juga mampu meningkatkan respons imun dengan adanya peningkatan aktivitas fagositosis. Kata kunci: Streptococcus agalactiae, fitofarmaka, Allium sativum-Phyllanthus niruri, ikan nila 
Efikasi daun sembukan Paederia foetida untuk pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan nila Wahjuningrum, Dinamella; Hasanah, Mulyati; Rahman, ,
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 2 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3546.784 KB) | DOI: 10.19027/jai.15.108-119

Abstract

ABSTRACT The purpose of this study was to determine the optimum dosage of skunkvine leaves Paederia foetida to prevent infection caused by bacteria Aeromonas hydrophila in tilapia Oreochromis niloticus. This study consisted of five treatments. They were negative control, positive control, and  prevention treatment with the dosages of 0.8%, 1% and that 1.2% that consisted that of three replications in each treatment. Addition of skunkvine leaves on feed performed by coating method. Feed was given at satiation with a frequency of three times a day. The results of this study showed that there were significant effect (P<0.05) between the positive control (37.03%) and preventive treatment dosages of 0.8% (88.89%), 1% (74.08%), and 1.2% (74.08%). The optimum dosage for prevention of A. hydrophila infection in tilapia was 0.8%. Keywords: Aeromonas hydrophila, Paederia foetida, tilapia  ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan dosis daun sembukan Paederia foetida yang tepat dalam mencegah infeksi akibat Aeromonas hydrophila pada ikan nila Oreochromis niloticus. Penelitian ini terdiri dari lima perlakuan yaitu kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan 0,8%, perlakuan 1%, dan perlakuan 1,2% dengan masing-masing perlakuan terdiri dari tiga ulangan. Metode penambahan sembukan pada pakan dilakukan dengan metode coating. Pakan diberikan secara at satiation dengan frekuensi pemberian sebanyak tiga kali sehari. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 20 hari dan pada hari ke-11 dilakukan uji tantang dengan menggunakan bakteri A. hydrophila. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat kelangsungan hidup sebelum uji tantang tidak berbeda nyata (P>0,05), sedangkan setelah uji tantang diperoleh hasil yang berbeda nyata (P<0,05) antara kontrol positif (37,03%) dengan perlakuan 0,8% (88,89%), perlakuan 1% (74,08%), dan perlakuan 1,2% (74,08%). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pemberian daun sembukan melalui pakan efektif untuk pencegahan infeksi A. hydrophila pada ikan nila dengan dosis terbaik yaitu 0,8%. Kata kunci: Aeromonas hydrophila, Paederia foetida, ikan nila 
Extract of seaweed Gracilaria verrucosa as immunostimulant to controlling white spot disease in Pacific white shrimp Litopenaeus vannamei Zahra, Aminatul; Sukenda, Sukenda; Wahjuningrum, Dinamella
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 2 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3350.961 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.2.174-183

Abstract

ABSTRACT This experiment was conducted to examine effect of Gracilaria verrucosa extract in diet with different dosages to enhance immune response and resistance against white spot syndrome virus (WSSV) in the Pacific white shrimp. The experiment consisted of six treatments in three replicates respectively, namely K- (without extract), K + (without extract + infected WSSV), A (2 g/kg of feed + infected WSSV), B (3 g/kg of feed + infected WSSV), C (4 g/kg of feed + infected WSSV), and D (5 g/kg of feed + infected WSSV). White shrimp with initial body weight of 6.07±0.10 g were reared in the (60×30×30) cm with density of 10 shrimps/aquarium. G. verrucosa was extracted with ethyl acetate. Pacific white shrimp had been fed medicated feed three times daily 3% at satiation for 14 days. At 15th days, white shrimp were challenged with WSSV at 0.1 mL/shrimp intramuscularly. The results showed that the immune response shrimp (total hemocyte count, phagocytic activity, respiratory burst, and phenoloxidase activity) fed medicated feed increased significantly compared to positive and negative controls. The best relative percent survival post-challenge test was at 4 g/kg dose of G. verrucosa, i.e 41.07±3.09%. Confirmation of WSSV using PCR showed that shrimps (A, B, C, D, and K+) were positively infected by WSSV. It was concluded that 4 g/kg dose of G. verrucosa gave the best result to enhance immune response and resistance to WSSV infection. Keywords: seaweed, Gracilaria verrucosa, immunostimulant, Pacific white shrimp, WSSV ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian ekstrak Gracilaria verrucosa melalui pakan dengan dosis yang berbeda untuk meningkatkan imunitas dan resistensi udang vaname terhadap serangan white spot syndrome virus (WSSV). Penelitian ini terdiri atas enam perlakuan dan masing-masing tiga ulangan, yaitu K- (tanpa ekstrak), K+ (tanpa ekstrak + infeksi WSSV), A (2 g/kg pakan + infeksi WSSV), B (3 g/kg pakan + infeksi WSSV), C (4 g/kg pakan + infeksi WSSV), dan D (5 g/kg pakan + infeksi WSSV). Udang vaname dengan bobot 6,07±0,10 g dipelihara dalam akuarium dengan ukuran (60×30×30) cm dengan padat tebar 10 ekor/akuarium. Udang diberi pakan perlakuan secara at satiation sebanyak tiga kali sehari selama 14 hari. Pada hari ke-15 diuji tantang dengan WSSV pada dosis 0,1 mL/ekor secara intramuskular. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons imun udang (total hemosit, aktivitas fagositik, respiratory burst, dan aktivitas fenoloksidase) yang diberi pakan mengandung ekstrak G. verrucosa mengalami peningkatan signifikan dibanding perlakuan kontrol positif maupun negatif. Relative percent survival terbaik pasca uji tantang pada perlakuan C (4 g/kg), yaitu 41,07±3,09%. Konfirmasi WSSV dengan menggunakan PCR menunjukkan hasil bahwa udang (A, B, C, D, and K+) positif terinfeksi WSSV. Disimpulkan bahwa dosis ekstrak G. verrucosa 4 g/kg pakan memberikan hasil terbaik untuk meningkatkan respons imun pada udang vaname  dan resistensi terhadap WSSV.   Kata kunci: rumput laut, Gracilaria verrucosa, imunostimulan, udang vaname, WSSV
Characterization of pathogenic bacteria in eel Anguilla bicolor bicolor Wahjuningrum, Dinamella; Hidayat, Acep Muhamad; Budiardi, Tatag
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 1 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3587.243 KB) | DOI: 10.19027/jai.17.1.94-103

Abstract

ABSTRACTThis research aimed to characterize bacteria caused disease in eel Anguilla bicolor bicolor. The research was conducted in two steps. The first step included the isolation and identification of bacteria from the disease infected glass eel (average body length: 5.0±0.5 cm, average weight: 0.5±0.1 g). The observation were colony and cell morphology, physiology, and biochemical characterization of bacteria, hemolysis test, and bacteria identification performed by KIT API 20 E, KIT API 20 Strep, and KIT API 20 Listeria. The second step was Koch’s postulate, tested on healthy elver with an average length of 15.00±0.65 cm and weight of 3.00±0.75 g. The results showed three dominant species of bacteria suspected as a causative agent in eel, namely: Aeromonas hydrophila, Streptococcus agalactiae, and Listeria grayi. Koch’s postulates test proved that the Aeromonas hydrophila and Streptococcus agalactiae were virulent to Anguilla bicolor bicolor.  Thus, A.hydrophila and S. agalactiae were disease-causing agent bacteria in eel. Keywords: Anguilla bicolor bicolor, bacteria, A. hydrophila, S. agalactiae  ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi bakteri penyebab penyakit pada ikan sidat Anguilla bicolor bicolor. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama meliputi isolasi dan identifikasi bakteri dari ikan sidat kondisi sakit pada stadia glass eel. Ukuran panjang ikan sidat rata-rata 5±0,5 cm dan bobot rata-rata 0,5±0,08 g, pengamatan bentuk morfologi koloni dan morfologi sel, karakterisasi fisiologi, dan biokimia bakteri, serta uji hemolisis, dan identifikasi jenis bakteri dengan KIT API 20 E, KIT API 20 Strep, dan KIT API 20 Listeria. Tahap kedua yaitu uji postulat Koch pada ikan sidat kondisi sehat stadia elver yang berukuran panjang rata-rata 15±0,65 cm dan bobot rata-rata 3±0,75 g. Hasil penelitian diperoleh tiga jenis bakteri dominan yaitu Aeromonas hydrophila, Streptococcus agalactiae, dan Listeria grayi. Uji postulat Koch membuktikan bahwa bakteri A. hydrophila dan S. agalactiae bersifat virulen pada ikan sidat Anguilla bicolor bicolor.  Dengan demikian maka bakteri A. hydrophila dan S. agalactiae sebagai bakteri penyebab penyakit pada ikan sidat. Kata kunci: Anguilla bicolor bicolor, bakteri, A. hydrophila, S. agalactiae 
Seaweed extract of Gracilaria verrucosa as an antibacterial and treatment against Vibrio harveyi infection of Litopenaeus vannamei Rudi, Mad; Sukenda, Sukenda; Wahjuningrum, Dinamella; Pasaribu, Wesly; Hidayatullah, Dendi
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 18 No. 2 (2019): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3576.505 KB) | DOI: 10.19027/jai.18.2.11-20

Abstract

ABSTRACTThe objectives of this study were to investigate the antibacterial activity of G. verrucosa extract in test inhibitory zone with different concentrations (500, 1000, 1500, and 2000 mg/L) and  to examine G. verrucosa extract with different dosage (0.5, 1.0, 1.5, 2.0 g/kg) in feed on immune responses (total hemocytes count, phagocytic activity, phenoloxidase activity, respiratory burst) and survival rate in the Litopenaeus vannamei against the pathogenic Vibrio harveyi. Pacific white shrimp with an initial body weight of 5.25±0.55 g was reared in the aquarium (60×30×30 cm3) with a density of 10 shrimp/aquarium. Pacific white shrimp had been fed three times a day as much as 3% in at satiation for 14 days after challenged with V. harveyi. The first results of the inhibitory test showed that all the concentration of G. verrucosa extract was able to inhibit the growth of V. harveyi and the second result showed that the extract of G. verrucosa can increase the immune responses of shrimp. In the result of survival showed that shrimp fed with 0.5, 1.0, 1.5, and 2.0 g/kg has 80, 73, 70, and 70%, respectively. In conclusion, the seaweed extract of G. verrucosa has antibacterial activity and can induce the immune responses and resistance of Pacific white shrimp against V. harveyi infection.Keywords: Gracilaria verrucosa, seaweed, Vibrio harveyi, vibriosis,  Litopenaeus vannamei ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak G. verrucosa dalam uji zona hambat dengan konsentrasi yang berbeda (yaitu 500, 1000, 1500, dan 2000 mg/L) dan studi perlakuan pengobatan untuk menguji ekstrak G. verrucosa pada pakan dengan dosis yang berbeda (yaitu 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0 g/kg) pada respons imun (yaitu jumlah total hemosit, aktivitas fagositik, aktivitas fenoloksidase, respiratory burst) dan tingkat kelangsungan hidup pada udang vaname terhadap bakteri patogen Vibrio harveyi. Udang vaname dengan berat badan awal 5,25 ± 0,55 g dipelihara di akuarium (60 × 30 × 30 cm3) dengan kepadatan 10 udang/akuarium. Udang vaname  pasifik diberi makan tiga kali sehari 3% at satiation selama 14 hari setelah di uji tantang V. harveyi. Hasil pertama dari uji zona hambat menunjukkan bahwa semua konsentrasi ekstrak G. verrucosa mampu menghambat pertumbuhan V. harveyi dan hasil kedua menunjukkan bahwa pemberian ektrak G. verrucosa dapat meningkatkan respon imun udang. Hasil tingkat kelangsungan hidup menunjukkan bahwa perlakuan pakan udang dengan dosis 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0 g/kg memiliki tingkat kelangsungan hidup masing-masing 80, 73, 70, dan 70%. Kesimpulannya, ekstrak rumput laut G. verrucosa memiliki aktivitas antibakteri dan dapat menginduksi respons imun & ketahanan udang terhadap infeksi V. harveyi.Kata kunci: Gracilaria verrucosa, rumput laut, Vibrio harveyi, vibriosis, udang vaname 
Supplementation of Nodulisporium sp. KT29 induced by Vibrio harveyi as an immunostimulant for controlling vibriosis in vannamei white shrimp under marine culture system Wahjuningrum, Dinamella; Efianda, Teuku Reza; Tarman, Kustiariyah; Yuhana, Munti; Effendi, Irzal; Saputra, Fazril
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 19 No. 2 (2020): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19027/jai.19.2.95-105

Abstract

ABSTRACT The purpose of this study is to evaluate the effectiveness of Nodulisporium sp. KT29 supplementation with variousVibrio harveyi induction in feed against vibriosis in vannamei white shrimp. The study design included KP (positivecontrol without supplementation Nodulisporium sp. KT29 and infected with V. harveyi), KN (negative controlswithout Nodulisporium sp. KT29 and infected with physiological solution), NT (treatment of supplementationNodulisporium sp KT29 20 mL/kg and infected with V. harveyi), NM (treatment of supplementation testNodulisporium sp. KT29 induction of V. harveyi dead cell 20 mL/kg and infected V. harveyi), NH (treatment ofsupplementation Nodulisporium sp. KT29 induction of V. harveyi live cell 20 mL/kg and infected with V. harveyi).The study parameters included inhibition zone, resistance, immune responses, and hemolim glucose. The resultsshowed Nodulisporium sp. KT29 with induction treatment raised antibacterial activity with best treatment of NMand NH (P<0.05). The results of V. harveyi infection resistance presented NM treatment of 20 mL/kg increasesurvival in vannamei shrimp reached 72.2% (P<0.05). In addition, the same treatment increase the immuneresponse activity and decrease the activity of hemolim glucose. It could be concluded that providing NM 20 mLtreatment boosted the resistance and the immune system in vaname shrimp to control vibriosis reared at the sea.Keywords: antibacterial, β-glucan, induced, Nodulisporium sp. KT29, Vibrio harveyi ABSTRAK Tujuan penelitian yaitu mengevaluasi efektivitas suplementasi Nodulisporium sp. KT29 dengan berbagai perlakuaninduksi Vibrio harveyi dalam pakan terhadap pengendalian vibriosis pada udang vaname yang dibudidayakan dilaut. Rancangan penelitian meliputi KP (kontrol positif tanpa suplementasi Nodulisporium sp. KT29 dan diinfeksiV. harveyi), KN (kontrol negatif tanpa Nodulisporium sp. KT29 dan diinfeksi larutan fisiologis), NT (perlakuanuji suplementasi Nodulisporium sp. KT29 20 mL/kg dan diinfeksi V. harveyi), NM (perlakuan uji suplementasiNodulisporium sp. KT29 diinduksi sel mati V. harveyi 20 mL/kg dan diinfeksi V. harveyi), NH (perlakuan ujisuplementasi Nodulisporium sp. KT29 induksi sel hidup V. harveyi 20 mL/kg dan diinfeksi V. harveyi). Parameterpenelitian meliputi zona hambat, resistensi, respons imun, dan glukosa hemolim. Hasil penelitian menunjukkanNodulisporium sp. KT29 dengan perlakuan induksi dapat meningkatkan aktivitas antibakteri dengan perlakuanterbaik NM dan NH (P<0.05). Hasil pengamatan resistensi infeksi V. harveyi menunjukkan perlakuan NM 20 mL/kg dapat meningkatkan kelangsungan hidup pada udang vaname mencapai 72.2% (P<0.05). Perlakuan yang samajuga meningkatkan respons imun dan menurunkan aktivitas glukosa hemolim. Disimpulkan bahwa pemberianNM 20 mL dapat meningkatkan resistensi dan sistem imun udang vaname terhadap pengendalian vibriosis di laut.Kata kunci : antibakteri, β-glucan, induksi, Nodulisporium sp. KT29, Vibrio harveyi,
Growth performance, immune response, and resistance of Nile tilapia fed paraprobiotic Bacillus sp. NP5 against Streptococcus agalactiae infection Aldy Mulyadin; Widanarni, Widanarni; Yuhana, Munti; Wahjuningrum, Dinamella
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 20 No. 1 (2021): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19027/jai.20.1.34-46

Abstract

ABSTRACT This study was aimed to evaluate the effectiveness of Bacillus sp. NP5 paraprobiotic administration through commercial feed on growth performance, immune response, and resistance of Nile tilapia against Streptococcus agalactiae infection. Bacillus sp. NP5 paraprobiotic was produced through heat-inactivation at 95°C for 1 h, then performed a viability test on tryptic soy agar (TSA) media and incubated for 24 hours. Paraprobiotics could be used whether the bacteria did not grow on the TSA media. This study used a completely randomized design, containing three treatments with five replications, i.e. 1% (v/w) probiotic addition, 1% (v/w) paraprobiotic addition, and no addition of probiotic or paraprobiotic (control). The experimental fish were reared for 30 days. On day 31 of rearing, fish were challenged with S. agalactiae (107 CFU/mL) through intraperitoneal injection route, while the negative control was injected with PBS. This study results significantly improved growth performances and immune responses (P<0.05), compared to control after 30 days of probiotic and paraprobiotic Bacillus sp. NP5 administration. After challenge test, increased immune responses in probiotic and paraprobiotic of Bacillus sp. NP5 treatment had higher survival rates (P<0.05) than positive control. The administration of Bacillus sp. NP5 probiotic and paraprobiotic through commercial feed were effective in increasing growth performance, immune response, and resistance of Nile tilapia against S. agalactiae infection. Keywords: Bacillus sp. NP5, Nile tilapia, paraprobiotic, Streptococcus agalactiae ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengevaluasi efektivitas pemberian paraprobiotik Bacillus sp. NP5 melalui pakan dalam meningkatkan kinerja pertumbuhan, respons imun, dan resistansi ikan nila terhadap infeksi Streptococcus agalactiae. Proses pembuatan bakteri paraprobiotik yaitu Bacillus sp. NP5 diinaktivasi panas pada suhu 95°C selama 1 jam, dilanjutkan dengan pengujian viabilitas dengan menyebarkannya pada media tryptic soy agar kemudian diinkubasi selama 24 jam. Jika bakteri tidak tumbuh, maka paraprobiotik dapat digunakan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dan lima ulangan, yaitu penambahan probiotik 1% (v/w), penambahan paraprobiotik 1% (v/w), dan tanpa penambahan probiotik atau paraprobiotik (kontrol). Ikan perlakuan dipelihara selama 30 hari dan pada hari ke-31, ikan diuji tantang dengan S. agalactiae (107 CFU/mL) melalui injeksi intraperitoneal, sementara perlakuan kontrol negatif diinjeksi dengan PBS. Hasil penelitian setelah 30 hari pemberian probiotik dan paraprobiotik Bacillus sp. NP5 menunjukkan kinerja pertumbuhan dan respons imun yang meningkat signifikan (P<0.05) dibandingkan dengan kontrol. Pascauji tantang, peningkatan respons imun pada perlakuan probiotik dan paraprobiotik Bacillus sp. NP5 menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan kontrol positif. Pemberian probiotik dan paraprobiotik Bacillus sp. NP5 melalui pakan dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan, respons imun, dan resistansi ikan nila terhadap infeksi Streptococcus agalactiae. Kata kunci: Bacillus sp. NP5, ikan nila, paraprobiotik, Streptococcus agalactiae
Grouper nursery development in sea floating net cage through the application of meniran and garlic powder in feed Effendi, Irzal; Pratama, Ahmad Trio; Mulyadin, Aldy; Wahjuningrum, Dinamella
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 20 No. 2 (2021): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19027/jai.20.2.191-202

Abstract

Untuk mendukung usaha budidaya ikan kerapu kini tengah digalakkan sistem pendederan intensif dalam keramba jaring apung (KJA) di laut. Salah satu cara untuk menjaga kondisi ikan tetap sehat dalam sistem tersebut yaitu dengan pemberian fitofarmaka seperti meniran-bawang putih. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penambahan tepung meniran-bawang putih melalui pakan terhadap status kesehatan dan kinerja produksi benih ikan kerapu cantang pada pendederan dalam keramba jaring apung di laut. Benih ikan kerapu cantang (panjang 8.27 ± 0.16 cm dan bobot 10.89 ± 0.83 g) dipelihara dalam KJA berupa waring 1x1x1.5 m3 dan diberi pakan dengan penambahan tepung meniran-bawang putih 20 + 25 g/kg pakan selama 7 hari dan 14 hari pertama pemeliharaan, serta tanpa tepung meniran-bawang putih (kontrol) sebagai perlakuan. Ikan dipelihara selama 42 hari dan disampling setiap 2 minggu untuk diambil darah serta diukur bobot dan panjangnya. Penambahan tepung meniran-bawang putih selama 14 hari pada pakan ikan kerapu dapat meningkatkan status kesehatan dan kinerja produksi. Kata kunci: ikan kerapu cantang, kinerja produksi, meniran-bawang putih, status kesehatan.
The use of ambon banana (Musa paradisiaca var. sapientum) stems flour in grouper (Epinephelus lanceolatus ♂× Epinephelus fuscoguttatus ♀) floating net cage nursery Wahjuningrum, Dinamella; Lestari, Diah Ayu; Mulyadin, Aldy; Effendi, Irzal
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 21 No. 1 (2022): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19027/jai.21.1.22-31

Abstract

The study aimed to test the effectiveness of ambon banana stems flour through feeding on the health status and performance of the groupers reared in the sea floating net cages. The groupers (8.27 ± 0.20 cm length and 11.69 ± 0.50 g weight) were reared in 1 m × 1 m × 1.5 m floating net cages with a stocking density of 112 fish /m3 for 42 days. The feed was commercial feed with 46% and 48% protein, which was added with 30 g/kg of ambon banana stems flour with a coating method. This study consists of three treatments and three replications, i.e. feeding at the beginning of reared for 7 days (A), 14 days (B), and feeding without ambon banana stems flour (control). The observed parameters were production performance, morphometric, hematological test, and water quality. The results showed that the production performance between treatments was not significantly different (P>0.05). Based on the morphometric test the total length for treatment A increased significantly (P <0.05) compared to the control and B. On the 14th day of the hematological test, it was known that the highest total erythrocyte, hemoglobin, hematocrit, and total leukocyte was found in treatment B, however, the differential leukocyte did not differ significantly (P>0.05). The addition of Ambon banana stems flour in feed in the first 14 days (B) can improve health status but has not been able to increase production performance and morphometric grouper. Keywords: cantang grouper fish, production performance, health status, Ambon banana stems flour ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menguji efektivitas tepung batang pisang ambon dalam pakan terhadap status kesehatan dan kinerja produksi ikan kerapu cantang yang didederkan dalam KJA di laut. Ikan kerapu cantang berukuran 8.27 ± 0.20 cm dengan bobot rata-rata 11.69 ± 0.50 g dipelihara dalam KJA berukuran 1 m × 1 m × 1.5 m (kedalaman air 2,5 m) dengan kepadatan 112 ekor/m2 dan dipelihara selama 42 hari. Pakan yang digunakan adalah pakan komersil dengan protein 46% dan 48%, yang selanjutnya ditambahkan tepung batang pisang ambon sebanyak 30 g/kg pakan dengan metode coating. Penelitian ini menggunakan tiga perlakuan dan tiga ulangan yakni pemberian pakan perlakuan di awal pemeliharaan selama 7 hari (A), 14 hari (B) dan tanpa pemberian pakan dengan tepung batang pisang ambon (kontrol). Parameter yang diamati adalah kinerja produksi, morfometrik, uji hematologi dan pengukuran kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan kinerja produksi antar perlakuan tidak berbeda signifikan (P>0.05). Berdasarkan pada uji morfometrik pada bagian panjang total untuk perlakuan A ditemukan peningkatan signifikan (P<0.05) dibandingkan perlakuan kontrol dan B. Pada uji hematologi hari ke-14 diketahui total eritrosit, hemoglobin, hematokrit dan total leukosit tertinggi terdapat pada perlakuan B, sedangkan nilai diferensial leukosit antar perlakuan tidak berbeda signifikan (P>0.05). Penambahan tepung batang pisang ambon dalam pakan pada 14 hari pertama pemeliharaan (B) dapat meningkatkan status kesehatan, namun belum mampu meningkatkan kinerja produksi dan morfometrik ikan kerapu. Kata kunci: ikan kerapu cantang, kinerja produksi, status kesehatan, tepung batang pisang ambon
Co-Authors , Rahman, , , Ranta, , Ade Dwi Sasanti Ade Sunarma Afiff , Usamah Agus Oman Sudrajat Al-Faruqi, Muhammad Umar Aldy Mulyadin Alimuddin Aminatul Zahra Anang Hari Kristanto Angela Mariana Lusiastuti Ardana Kurniaji Astari, Belinda Bagus Ansani Takwin Bambang Riyanto Dadang Kurniawan Daniel Happy Putra DEDI JUSADI Dendi Hidayatullah Dendi Hidayatullah, Dendi Dewi Nurhayati Diah Ayu Lestari, Diah Ayu Dian Eka Ramadhani Dian Hardiantho Eddy Supriyono Efianda, Teuku Reza Eka Hidayatus Solikhah Elizabeth Waturangi, Diana Encah Ewi Mulyeti Erni Susanti Fadhila Maharani Putri Faoziyatunnisa, Nurul Fiska Puspita Gustilatov, Muhamad Hamida Pattah Harton Arfah Hasan Nasrullah Hasanah, Mulyati Hendriana, Andri Herawati Rasid Hidayat, Acep Muhamad Iis Diatin Iis Widiani Ikhsan Khasani Ikhsan Khasani Iman Rusmana Inem Ode Iqbal Kurniawinata, Mohamad Irawan, D Y Irzal Effendi Julie Ekasari Karno Setyotomo Kautsar, Badar Khoirul Umam Kukuh Nirmala Kustiariyah Tarman Laely Nuzullia M. Faisol Riza Ghozali M. Zairin Junior M.A. Lidaenni Maulana, Fajar Mia Setiawati Muhamad Ali MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI Muhammad Arif Mulya Muharram Nur Ikhsan Mulyadin, Aldy MUNTI YUHANA Nasri Julaini Nasrullah, Hasan Nazar, Danella Austraningsih Puspa nFN Safratilofa NISA RACHMANIA MUBARIK Nurbariah Nurbariah Nuzullia, Laely Ode, Inem Pratama, Ahmad Trio Puguh Widagdo Puji Hastuti, Yuni Putra, The Best Akbar Esa Putri Shandra Ramhirez Putri Utami, Putri Ramadhani, Dian Eka Ramadhina, Erina Tri Ramhirez, Putri Shandra Retno Astrini Ririn Nurul Fauziah, Ririn Nurul Rizkiyanti, Ita Rudi, Mad Ruspindo Syahputra Sahrul Alim Saputri, Rika Ani Sari Anggraeni, Sukma Shavika Miranti Sri Hariati Sri Nuryati Sri Nuryati Sukenda Sukenda . Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Sukenda Tatag Budiardi Taufiq Abdullah Taufiq Abdullah Taufiq Abdullah, Taufiq Tiara Puspa Anjani Tri Rezeki, Nanda Vinasyam, Apriana Wahyu Ramadhan Wesly Pasaribu WIDANARNI WIDANARNI Widanarni Widanarni Wildan Nurussalam Wira H Saputra Y. Hadiroseyani Yan Evan Yan Evan Yani Aryati Yonvitner - Yuke Eliyani Yuke Eliyani Zulhelmi, Arif