Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Pendidikan Geografi (Berkala)

SIFAT FISIKA KIMIA TANAH ORDO VERTISOL PADA PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN Novita Anis Sholihah; Dwiyono Hari Utomo; Juarti Juarti
Jurnal Pendidikan Geografi Vol 21, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.181 KB) | DOI: 10.17977/pg.v21i1.5418

Abstract

Abstract: This research aims to know the physical and chemical properties of Ordo Vertisol soil in agriculture land used (paddy fields, dry fields, and farms). This research uses survey method that is implemented in the field and laboratory. Samples were obtained by overlaying two maps using Arc-GIS 10.1 software to produce the Land Unit Map, then the sample was taken by using purposive sampling method which consider the land was planted and has decreased of harvested area, or in productivity or the amount of crop production. Descriptive analysis is used to explain the results of the research and the discussion. The results showed that each land unit has high value of COLE and has properties that are supportive and unsupportive for the cultivation of plants, but each land unit has its differences. Land Unit 1A has the highest/fastest permeability because management is done more intensively, by constantly adding organic matter content that makes the soil density low. Land Unit 1B has higher organic matter because when taking the sample, there is still a part of crop residues and grasses on the surface than any other land units. The land management and irrigation also affect the content of organic matter in terms of its preservation. The lowest CEC contained in Land Unit 2 is caused by the content of the clay fraction is lower than other land units. Low organic matter content in Land Unit 2 also affect the low value of CEC, and the density becomes higher. The permeability in Land Unit 2 is also slower because of no management activities in this land. Land  Unit 3A has the lowest pH due to the given of ZA which produces Acid Sulphur on the land. Land Unit 3B have the highest CEC values for the content of the clay fraction is higher and the Montmorillonite mineral on this land has a per- manent charge. Organic materials in Land Unit 3B is also the lowest since the land is left empty before planted with soybeans.Keywords: ordo vertisol soil, land usage, land units
Air Tanah pada Daerah Karst - Tinjauan Kelengasan Tanah Lahan Pertanian Tadah Hujan di Daerah Karst Dwiyono Hari Utomo
Jurnal Pendidikan Geografi Vol 6, No 1 (1999)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/pg.v6i1.2045

Abstract

Lahan daerah karst memiliki keterbatasan dalam menyimpan sumber daya air. Hal ini disebabkan lahan karst tersusun oleh tanah dengan tekstur liat, permeabilitas rendah, dan tingkat evaporasi tinggi. Untuk meningkatkan kelengasan tanah di daerah karst perlu dilakukan konservasi tanah dan air. Tindakan konservasi berupa cara pengolahan tanah, cara penanaman, pembuatan teras, dan penambahan tanaman penutup. Penggunaan mulsa dan kompos dalam tindakan konservasi dapat meningkatkan tanah dalam menahan air.
Agihan Temperatur Udara di Kotamadya Malang Sugeng Utaya; Dwiyono Hari Utomo
Jurnal Pendidikan Geografi Vol 2, No 2 (1995)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/pg.v2i2.1866

Abstract

Meningkatnya aktivitas penduduk Lelah berakibat pada semakin tingginya temperatur di Kotamadya Malang. Gejala ini ditunjukkan oleh kecenderungan lebih tingginya tempcratur udara di pus at kola dibanding dengan di pinggiran kola. Penelitian ini bertujuan: 1) Memetakan agihan temperatur udara dalam bentuk isoterrn tertutup untuk menemukan lokasi Pulau Bahang di Kotamadya Malang dan 2) Mengkaji secara deskriptif pengaruh kondisi fisik wilayah dan kendaraan terhadap temperatur udara di Kotamadya Malang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi metode pengumpulan data dan metode analisis data. Pengumpulan data dikerjakan secara sampling dengan teknik systematic sampling. Jumlah sampel lokasi pengukuran sebanyak 56 titik yang diukur secara screntak pada jam 05.30, jam 06.45, jam 14.00, dan jam 18.30 WIB. Data yang dikumpulkan antara lain data temperatur udara, keadaan cuaca, kondisi bangunan, tanaman pelindung, jumlah dan jenis kendaraan yang lewat, dan lebar jalan. Analisis data dikerjakan dcngan metode logical contouring, analisis keruangan dengan peta, dan analisis deskriptif dengan tabel silang. Penelitian ini mcmperoleh hasil antara lain: 1) Di beberapa tempat temperatur udara di Kotamadya Malang sudah cukup tinggi dan secara kckurangan sudah menunjukkan amplitudo yang cukup besar dan 2) Lokasi Pulau Bahang cenderung di pusat kola atau di tempat-tempat yang memiliki aktivitas manusia.
Cuaca Mikro di Wilayah Kotamadya Malang Dwiyono Hari Utomo
Jurnal Pendidikan Geografi Vol 7, No 1 (2000)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/pg.v7i1.2058

Abstract

Melalui kajian discomfort index dan efective temperature, diketabui bahwa wilayah Kotamadya Malang yang dulu dikenal sebagai kota sejuk dan nyaman bagi kehidupan manusia, sekarang telah menunjukkan pergeseran cuaca dari sejuk dan nyaman menjadi agak hangat sekalipun masih cukup nyaman. Pergeseran itu disebabkan oleh peningkatan suhu udara yang tidak dibarengi dengan peningkatan kelembabannya. Peningkatan suhu udara kota diakibatkan oleh respon materi fisik kota terhadap radiasi matahari. Respon penutup lahan kota yang berupa bangunan (perumahan, pertokoan, industri, terminal, jalan aspal-beton) menyumbangkan energi panas sangat besar ke dalam udara. Respon ini sangat berbeda dengan penutup lahan berupa vegetasi. Fenomena perubaban cuaca tersebut dapat dilihat dari satuan bentuk penggunaan lahannya, terlebih wilayah Kotamadya Malang sedang dalam perkembangan sarana dan prasarana fisik kota.
MORFOLOGI PROFIL TANAH VERTISOL DI KECAMATAN KRATON, KABUPATEN PASURUAN Dwiyono Hari Utomo
Jurnal Pendidikan Geografi Vol 21, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (794.977 KB) | DOI: 10.17977/jpg.v21i2.5906

Abstract

Abstrak: Tanah vertisol mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Pada saat musim kemarau tanah retak bahkan pecah, tetapi pada saat musim penghujan tanah mengembang dan menggelombang. Sifat kembang kerut ini dipengaruhi oleh pembasahan dan pengeringan, terutama iklim yang tegas antara musim kemarau dan penghujan. Pada saat tanah retak dan pecah, materi tanah permukaan dapat mengisi masuk ke dalam retakan. Pada saat musim penghujan retakan terisi oleh larutan dan kemudian menutup rapat, bahkan mengembang. Perilaku liat yang demikian menyebabkan kekacauan horison. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui sifat-sifat tanah melalui morfologi profilnya. Profil tanah dibuat dengan ukuran 1 x 1 x 1-2 meter sebanyak 4 profil pada elevasi yang berbeda. Setiap profil diambil sampel pada kedalaman 30 cm, 60 cm, dan 90 cm dengan 4 kali ulangan, sehingga jumlah sampel 4 x 3 x 4 = 48 sampel. Hasil penelitian menunjukkan struktur gumpal pada setiap kedalaman, tanah sulit diolah karena keras bila kering dan lengket bila basah. Berat jenis antara 2,41-2,81g/cm3,  berat volume antara 1,01-1,21 g/cm3, porositas antara 54,39-61,25%,  dan konsistensi sangat teguh. Warna tanah didominasi warna hitam dengan gradasinya, yaitu 10YR 2/1 (black) dan 10YR 2/2 (very dark brown). Hitam kelam (10 YR 2/1) di horison permukaan dan hitam kecoklatan (10 YR 2/2) di horison sub permukaan. Perubahan warna dapat terjadi karena bahan organik yang lebih banyak di horison permukaan, sedangkan semakin dalam banyak mengandung kapur. Tumbuhan penutup tanah berupa rumput liar, atau tanpa tanaman budidaya. Secara umum dapat disimpulkan bahwa tanah ini memiliki sifat-sifat fisik yang jelek untuk budidaya pertanian.Kata kunci: profil, vertisol, kraton
Co-Authors Ade Fitria Ahmad Nubli Gadeng Akhmad, Balya Alfyananda Kurnia Putra Anita Eka Putri Anita Eka Putri, Anita Eka Arif Susanto Azni Fajrilia A’yun, Syafuroh Qurroti Bagus Setiabudi Wiwoho Balya Akhmad Budi Handoyo Budijanto Chairunnisa, Nabila Nirwasita Christyanto, Theofilus Brian Didik Taryana Dwi Purwaningtyas, Laily Fauziyah Elvada, Erisa Fajrilia, Azni Fakhruddin, Mohammad Thofiqo Fatiya Rosyida, Fatiya Fauziah, Fauziah Dwi Wiranti Fetricia Fetricia Filia Rani Artanti Hadi Soekamto Hayuna Hamdalia Herzon I Komang Astina I Nyoman Ruja Ibrahim Ifa Hasna Hidayanti Ifan Deffinika Ilzam, Moch Ilzam, Moch Ilzam Indriani, Yuristya Dyah Jannah, Dwi Raudatul Juarti Juarti Kartika, Retno Nila Krisna Rendi Awalludin Lestari, Hety Dwi Listyo Yudha Irawan M. Hadi Satria Maghfiroh, Ainun Maharani Insani Lukman Mainaki, Revi Manek, Agustinus Hale Mar’atul Mukarromah Masruroh, Heni Mellyana, Iren Mega Muhammad Rifai Nabila Munsarikha Nila Kartika, Retno Nisa'i Choiriyah, Zauharotu Novita Anis Sholihah Novita Anis Sholihah Nurfitri, Ina Nuril Ilma, Izza Nurul Miftakhul Jannah Oktavia, Imanda Ayu Purba, Corrie Teresia Purwanto Purwanto Purwanto Radhea Giarkenang Nur Fauzi Raditya Ardani Hindriyanto Rifdah Ananda Baharuddin Risky Andias Oktavian Riyo Rosi Meisandy Rosida, Fatiya Safira, Ilda Sahara Efendi, Bintang Muhammad Sahrina, Alfi Salmayda, Salmayda Sari, Ike Satti Wagistina Soelistijo, Djoko Sudarman Sudarman Sugeng Utaya Sularmi Sularmi Sumarmi Syah Rizal Syaifulloh, Mochammad Tamammudin Istni Tifani Yuniar Priyandari Tuti Mutia Widya Pranata Wolfgang Asindo Seran Yusnia Nurrohmi Yusuf Suharto Yuswanti Ariani Wirahayu Zain, Moh Wahyu Kurniawan