Mahajudin, Marlina Setiawati
Departemen/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokeran Universitas Airlangga/ RSU Dr.Soetomo Surabaya

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Jurnal Psikiatri Surabaya (Surabaya Psychiatry Journal)

Disfungsi Seksual Berhubungan dengan Keharmonisan Rumah Tangga pada Lansia Afrina Zulaikha; Marlina S. Mahajudin
Jurnal Psikiatri Surabaya Vol. 6 No. 1 (2017): Juni
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.012 KB) | DOI: 10.20473/jps.v6i1.19104

Abstract

Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan peningkatan jumlah lansia dengan segala permasalahannya. Perubahan bentuk tubuh, penurunan fungsi organ, gejala-gejala menopause, penyakit degeneratif dan lainnya menimbulkan stress tersendiri dan memerlukan adaptasi dan penanganan yang baik. Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh pasangan lansia adalah disfungsi seksual akibat terjadinya perubahan dan penurunan fungsi organ seksual. Aktifitas seksual merupakan merupakan hal yang fundamental dalam membentuk kedekatan antara suami dan istri dan sangat erat kaitannya dengan kualitas dan stabilitas perkawinan. Berbagai perubahan yang dialami, disadari dan saling dimengerti diantara pasangan lansia dalam melewati fase-fase pernikahan akan menimbulkan suatu kepuasan yang holistik tidak hanya kepuasaan seksual. Namun hal ini juga dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan kebudayaan seseorang. Kelekatan, intimasi, aktifitas seksual, dan komunikasi yang baik menciptakan kualitas pernikahan yang baik Disfungsi seksual pada lansia tidak mempengaruhi keharmonisan rumah tangga karena proses adaptasi yang baik, kemampuan pemecahan masalah, intimasi dan kelekatan serta komunikasi yang baik. Disamping itu pada lansia juga telah terjadi pergeseran dari cinta eros menjadi agape, sehingga cinta eros yang dipengaruhi oleh struktur biologispun tertutupi oleh cinta filia dan agape yang akhirnya meningkatkan ketiga cinta tersebut. Pasangan lansia yang memiliki kendala dalam hal seksualitas dapat meminta bantuan kepada tenaga kesehatan profesional. Penanganan yang bisa diberikan berupa konseling dan edukasi, farmakoterapi, terapi non famakologi seperti terapi perilaku kognitif, terapi pasangan dan terapi seksual yang melibatkan pasangannya.
Couple Therapy pada Pasangan Infertil yang Melakukan In Vitro Fertilization (IVF) Dina Elizabeth Sinaga; Marlina Setiawati Mahajudin
Jurnal Psikiatri Surabaya Vol. 6 No. 1 (2017): Juni
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.282 KB) | DOI: 10.20473/jps.v6i1.19105

Abstract

Infertilitas adalah suatu kondisi dimana perempuan dan laki-laki berhubungan seksual secara rutin minimal 1 tahun atau lebih tanpa menjadi hamil.Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai reaksi emosi yang dapat mempengaruhi hubungan suami istri.Ada beberapa penanganan yang dapat dilakukan, baik secara fisik maupun psikologis.Secara fisik dapat dilakukan In Vitro Fertilization (IVF).Prosedur IVF ternyata menimbulkan beban psikologis pada pasangan, sehingga diperlukan intervensi psikologis, yang salah satunya dengan couple therapy.Couple therapy bertujuan untuk membantu pasangan memperoleh pengertian yang lebih baik tentang diri mereka sendiri dan pasangannya, serta menolong pasangan untuk mengungkapkan reaksi emosi mereka dengan komunikasi yang baik dan penerimaan terhadap kondisi pasangannya.Ada beberapa pendekatan couple therapy yang dapat dilakukan, diantaranya Emotionally Focused Therapy (EFT) dan Solution Focused Therapy (SFT).Diharapkan dengan dilakukannya intervensi couple therapy sebelum, selama dan setelah prosedur IVF ini, dapat meningkatkan keberhasilan kehamilan sekaligus mencegah kekecewaan dan masalah psikologis akibat kegagalan prosedur IVF.
Intimacy dan Marital Satisfaction Pasangan Suami–Istri Pasien Kanker Serviks yang Belum Histerektomi : Suatu Studi Kualitatif Kamila Adam; Marlina Setiawati Mahajudin; dr. Suhatno
Jurnal Psikiatri Surabaya Vol. 6 No. 1 (2017): Juni
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (738.014 KB) | DOI: 10.20473/jps.v6i1.19106

Abstract

Objektif : Penelitian ini mengamati intimacy dan kepuasan pernikahan pasien kanker serviks beserta suaminya untuk menekankan pentingnya perspektif psikososial pada pasien kanker. Metode : Observasional kualitatif, serial kasus, total dan purposive sampling pada pasien kanker serviks stadium 0 sampai 3 berusia 20-50 tahun dan belum diterapi. Dilakukan wawancara mendalam, penilaian dengan kuesioner skala Personal Assessment of Intimacy, adaptasi Revised Dyadic Adjustment Scale dan follow up 3-6 bulan. Sample dari Klinik Onkologi Kandungan RSUD Dr. Soetomo tahun 2016. Analisis data kualitatif disajikan dalam narasi dan tabel. Hasil : 5 pasangan subyek, usia 39 – 58 tahun. Satu pasien stadium 3B menyalahkan kanker sebagai penyebab ketidakpuasan pernikahannya. Disrupsi intimacy ditemukan pada 4 pasangan terutama aspek seksual dan rekreasional. Satu pasangan mampu mempertahankan wellbeing sebagai individu maupun pasangan meskipun aktivitas intim aspek tertentu berubah. Faktor-faktor lain yang didiskusikan mencakup aspek budaya, lingkungan, kepribadian, stigma serta persepsi akan kanker dan pernikahan.Simpulan : Intimacy yang dimaknai sebagai kedekatan, dalam perkembangannya selama menikah dapat makin memperkuat komitmen, mempengaruhi kepuasan serta pertahanan relasi terutama selama masa sulit,termasuk adanya kanker. Kualitas intimacy berperan pada manajemen stres diantaranya membantu kenyamanan pasien selama adaptasi. Kanker mempengaruhi pasien dan pasangan sehingga lebih baik dikelola sebagai "penyakit pasangan".
Cultural Influence on Clinical Features of Depression Gani, Rina Krismiati; Mahajudin, Marlina Setiawati; Budi Kristianto
Jurnal Psikiatri Surabaya Vol. 11 No. 2 (2022): November
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jps.v11i2.24933

Abstract

Introduction: Depression is a common cause of poor health throughout the world. Genotype factors and cultural environment will interact to influence the psychodynamics of a person's behavior in expressing depression. Objective: This paper aims to describe the influence of cultural factors on a person's psychodynamics and clinical features of depression. Methods: PubMed and Google Scholar were searched using the following keyword (depression) AND (clinical features OR clinical appearance) AND (psychodynamic) AND (cultural influences) using the journal publication filter for the 2014-2020 issues. We also used textbooks published in the last 10 years and were related to writing themes. Results: Every individual has "internal” and "external” views within him, which are influenced by the culture in which he grows and develops. These views, along with beliefs, religions, and gender differences can influence the type and severity of depression as well as variations in clinical appearance. In addition, most of the existing psychometrics developed in Europe and the United States, so some items are not appropriate when applied in different cultures. In Indonesia, there is an Indonesian Depression Checklist that has been adapted to Indonesian culture to detect depression. Physicians must avoid stereotyping members of certain cultural groups while respecting the importance of cultural influences. Conclusions: Psychodynamics and culture will influence behavior in response to the distress, resulting in clinical vary features of depression across cultures. Healthcare workers must have the cultural competence to sharpen their analytical power and avoid misdiagnosis of depression.