Sejak tahun 1970, baik jumlah maupun kapasitas pabrik kayu lapis di Indonesia meningkat dengan pesat. Pada tahun 1995, produksi kayu lapis Indonesia mencapai sekitar 13,6 juta meter kubik. Untuk memeuuhi produksi sebesar itu diimpor sekitar 240.930 ton tepung gandum. Dapat diduga bahwa tepung gandum dapat diganti oleh bahan pati lain seperti tepung sagu. Tepung sagu seperti tepung gandum, mengandung kadar pati yang tinggi. Karena itu tepung sagu berpoteusi tinggi untuk mengganti tepung terigu sebagai bahan ekstender perekat urea-formaldehida (UF). Tetapi perbedaan besar molekul dan kandungan bahan kimia lain seperti gluten menyebahkan sifat fisiko-kimia sagu berbeda dengan terigu bila digunakan sebagai bahan ekstender perekat UF.Tepung sagu adalah hasil ekstrak batang pohon sagu (Metroxylon sagus Roxb). Pohon sagu terutama tumbuh di Indonesia dan Papua Nugini. Selain itu, dalam jumlah kecil juga tumbuh di Malaysia, Thailand dan Philipina. Dari potensi pohon yang tersedia diperkirakan bahwa setiap tahun di Indonesia tersedia sebanyak 3, 6 juta ton tepung sagu. Bila tidak dipanen tepung sagu tersebut akan terbuang bersama pohon yang segera mati setelah pembuahan.Dalam penelitian ini sifat fisiko kimia tepung sagu yang dimodifikasi diuji dan diharapkanmemiliki sifat seperti tepung gandum sebagai bahan ekstender perekat UF. Tepung sagu dimodifikasi dengan dua cara yaitu dengan penambahan asam klorida (HCI) dan dengan fosforilasi (campuran mono - dan di-sodium fosfat) sampai mencapai padanan sifat bahan ekstender perekat UF yang lazim digunakan.