Stunting dalam jangka panjang akan berdampak pada kemampuan kognitif, status kesehatan dan perekonomian negara. Masalah kesehatan prenatal dan pascanatal yang terjadi selama 1000 HPK mempengaruhi kasus stunting. Berat dan panjang tubuh saat lahir lahir merupakan dua dari berbagai faktor yang berkontribusi dalam kejadian stunting. Tujuan kajian ini adalah mengobservasi korelasi berat badan lahir dan panjang badan lahir dengan kejadian stunting pada anak usia 0-23 bulan di Kecamatan Semarang Utara. Kajian ini merupakan studi potong-lintang melibatkan 475 anak usia 0-23 bulan. Metode sampling yang digunakan adalah Probability Proportional to Size Sampling. Pengumpulan data melalui data sekunder dari Balai Keluarga Berencana Semarang Utara pada bulan Juni 2024. Data dianalisis dengan menggunakan metode Uji Rank Spearman. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki (53,5%) dan berusia 13-24 bulan (55,2%) serta sebanyak 24,6% baduta menderita stunting. Temuan kajian ini mengindikasikan adanya hubungan antara berat badan lahir (p=0,000, PR=3,373 (1,80-6,316)) serta panjang badan lahir (p=0,000, PR=2,371 (1,531-3,672)) dengan kasus stunting pada anak usia 0-23 bulan di Kecamatan Semarang Utara. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan dan penurunan kekebalan tubuh dapat diakibatkan oleh berat dan panjang badan lahir kurang, yang berpotensi meningkatkan risiko terjadinya stunting. Ditemukan hubungan berat badan lahir dan panjang badan lahir dengan kejadian stunting pada anak usia 0-23 bulan di Kecamatan Semarang Utara, sehingga penting untuk melakukan pemantauan terhadap kondisi gizi dan kesehatan ibu hamil guna mencegah terjadinya stunting.