Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu

PENERAPAN KONSEP ASTA KOSALA KOSALI BUMI PADA ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL MASYARAKAT HINDU DI DESA KARYA MUKTI KECAMATAN DAMSOL KABUPATEN DONGGALA PROVINSI SULAWESI TENGAH I Ketut Suparta
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 5 No 1 (2014): Widya Genitri
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Konsep asta kosala kosali bumi merupakan peninggalan leluhur masyarakat Bali yang memiliki nilai-nilai luhur sebagai sebuah konsep rancang bangun arsitektur masyarakat Bali. Konsep asta kosala kosali bumi memuat perpaduan harmonis terhadap mikrokosmos dan makrokosmos, namun pada dimensi praktis-empirik bagi masyarakat Hindu Desa Karya Mukti Kecamatan Damsol Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah ternyata belum memahami konsep tersebut, penerapannya mengalami benturan terutama pada pemberlakuan aturan-aturan desain. Hal tersebut memunculkan permasalahan yaitu apa esensi konsep asta kosala kosali bumi bagi masyarakat Hindu Desa Karya Mukti dan bagaimana penerapan konsep asta kosala kosali bumi pada arsitektur rumah tinggalnya. Setelah dilaksanakan penelitian diperoleh hasil bahwa masyarakat Hindu Desa Karya Mukti Kecamatan Damsol Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah belum memaknai secara mendalam dan benar berdasarkan keilmuan arsitektur, dimaknai sebagai konsep yang penting dalam pembangunan rumah tinggal belum mendalam pula, terdapat kebingungan dalam memaknai konsep asta kosala kosali bumi sebagai adat Bali atau agama Hindu, namun sudah dimaknai sebagai konsep rumah tinggal untuk menciptakan kenyamanan skala dan niskala. Penerapan konsep asta kosala kosali bumi pada arsitektur rumah tinggal masyarakat Hindu Desa karya Mukti, keberadaannya dirasakan melalui tingkat kenyamanan rumah, asta kosala kosali bumi efektif dalam pembangunan rumah tinggal, penerapan asta kosala kosali bumi tidak secara total tetapi masih sebatas pelaksanaan tata upacara dan penerapan ornamentasi atau lebih bersifat situasional, dalam menjamin hubungan masyarakat terhadap kelestarian konsep asta kosala kosali Bumi masih terjadi pertentangan terhadap penting tidaknya disosialisasikan kepada seluruh masyarakat Desa Karya Mukti maupun pemerintah desa.
PERSPEKTIF RADIKALISME DAN DERADIKALISASI DALAM BHAGAWAD GITA I Ketut Suparta
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 9 No 2 (2018): Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v9i2.238

Abstract

Bangsa Indonesia dekade ini mengalami disharmonis kehidupan keagamaan dan bernegara yang ditimbulkan oleh adanya gerakan radikal.Munculnya ide mengubah ideologi Pancasila dengan ideologi lainnya semakin nyata terlihat dengan fakta keberadaan terorisme dan berkembangnya paham radikal keagamaan.Bhagawad Gita sebagai pedoman hidup Agama Hindu memberikan pandangan tentang radikalisme dan deradikalisasi.Tujuan penulisan artikel ini untuk mengetahui perspektif radikalisme dan deradikalisasi dalam Bhagawad Gita.Artikel konseptual didasarkan pada penelusuran kepustakaan yang berkaitan dengan radikalisme dan deradikalisasi dalam Bhagawad Gita.Secara konseptual perspektif radikalisme dalam Bhagawad Gita menguraikan bahwa radikalisme sebagai kewajiban seorang kesatriya, radikalisme pembentukan disiplin diri dan radikalisme pendakian spiritual.Perspektif deradikalisasi dalam Bhagawad Gita yaitu usaha untuk mereduksi radikalisme dengan pemahaman terhadappengetahuan yang benar tentangkonsep perubahan dan kekekalan, konsepSwadharma dan Paradharma, konsep keterikatan dan kebebasan serta konsep keanekaragaman dan kesatuan.
PEMURNIAN AIR RAKSA SEBAGAI DASAR PENCAPAIAN KEBEBASAN I KETUT SUPARTA
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 14 No 1 (2023): Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v14i1.284

Abstract

Air raksa merupakan unsur logam yang sangat penting dalam teknologi abad modern. Air raksa adalah unsur yang mempunyai nomor atom (Na=80) mempunyai masa molekul relatif (MR=200,59), diberikan symbol kimia Hg berasal dari bahasa Yunani; Hidrargyricum yang berarti cairan perak. Dalam dunia pengetahuan modern Air raksa lebih dominan dipandang sebagai zat yang berbahaya dan mencemari lingkungan. Disisi lain sesungguhnya Air raksa juga memiliki manfaat yang banyak dalam kehidupan manusia salah satunya adalah untuk pembebasan (moksa) dalam ajaran agama Hindu. Untuk itulah penting dilaksanakan kajian tentang Air raksa dalam pandangan parawidya dan aparawidya berdasarkan pandangan dalam Agama Hindu. Kajian ini memberikan pandangan bahwa segala sesuatu ciptaan Tuhan terkandung dua hal yang berbeda (Rwa Bhinedha) sebagaimana pandangan Agama Hindu tentang hukum alam (Rta). Artikel ini merupakan artikel konseptual, proses penyusunan artikel disusun dengan memuat gagasan dan ide-ide maupun hasil riset yang dilakukan oleh orang lain, sehingga konsepnya adalah mengikuti data yang sudah ada. Hasil pembahasan menunjukan bahwa Air raksa dalam kajian aparawidya memiliki manfaat dan bahaya di dalam kehidupan duniawi. Selanjutnya pada kajian parawidya dengan pandangan Siwa Raseswara yang telah mengkaji jauh sebelum pengetahuan modern menyatakan bahwa pemurnian air raksa secara spiritual sebagai dasar cara untuk pencapaian kebebasan (moksa). Relevansi air raksa dalam tataran aparawidya dengan parawidya menunjukan bahwa adanya pemahaman kesetaraan antara agama dan ilmu pengetahuan. Hal ini dibuktikan dengan air raksa sebagai zat atau unsur logam yang dibutuhkan dalam tubuh menuju badan abadi sebagai cara untuk pembebasan dan dengan memahami pengetahuan tentang Air Raksa dapat terbebas dari bencana kemanusiaan sebagaimana bahaya yang dapat ditimbulkan akibat kesalahan penggunaan Air raksa.
POLA ADAPTASI PELAKU KONVERSI AGAMA DARI NON HINDU KE HINDU MELALUI PERKAWINAN Gusti Ayu Satiawati; I Ketut Suparta; Ni Ketut Ratini
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 12 No 2 (2021): Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v12i2.338

Abstract

Pelaku konversi agama memiliki pemahaman dan pengetahuan yang kurang dibandingkan dengan umat yang memang sejak lahir beragama Hindu. Namun beberapa pelaku konversi agama lebih memiliki pemahaman dan pengetahuan dari segi bebantenan. Pelaku terlihat aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan keteguhan melaksanakan ajaran Agama Hindu. Pokok permasalahan:(1)Bagaimanakah pola adaptasi pelaku konversi agama dari non Hindu ke Hindu melalui perkawinan di Kota Palu?. (2)Apakah strategi yang digunakan oleh pelaku konversi agama non Hindu melalui perkawinan di Kota Palu?. Tujuan dari penelitian ini yaitu:(1)Untuk mengetahui pola adaptasi pelaku konversi.(2) Untuk mengetahui Strategi pelaku konversi Agama. Metode pengumpulan data observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan: Reduksi data, model data, penarikan dan verifikasi kesimpulan. Dapat disimpulkan bahwa: Pola adaptasi pelaku konversi agama dari non Hindu ke Hindu melalui perkawinan di Kota Palu yaitu: (1)Melakukan Sudhiwadani, (2)kesulitan dalam memahami tatacara hindu, (3)berusaha tidak menyerah, (4)melakukan upaya penyesuaian, (5)Mampu melaksanakan ritual agama. Sedangkan strategi yang digunakan pelaku yaitu: (1)belajar dari buku, (2)belajar dari mertua dan suami, (3)belajar dari lingkungan, (4)belajar ritual agama, (5)belajar dari media sosial.
PEMAHAMAN MASYARAKAT HINDU TERHADAP UPACARA MEGEDONG-GEDONGAN DI DESA KAYU CALLA KECAMATAN KAROSSA KABUPATEN MAMUJU TENGAH PROVINSI SULAWESI BARAT I Ketut Subadi; I Ketut Suparta; I Wayan Mudita
Widya Genitri : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu Vol 12 No 3 (2021): Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu
Publisher : STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36417/widyagenitri.v12i3.359

Abstract

Upacara megedong-gedongan adalah upacara bayi dalam kandungan yang disucikan oleh umat Hindu. Masyarakat Hindu di Desa Kayu Calla Kecamatan Karossa Kabupaten Mamuju Tengah sebagian besar masyarakatnya tidak melaksanakan upacara megedong-gedongan tersebut. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah pemahaman masyarakat Hindu terhadap upacara megedong-gedongan di Desa Kayu Calla Kecamatan Karossa Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat ?, 2. Apakah faktor penyebab masyarakat Hindu tidak melaksanakan upacara megedong-gedongan di Desa Kayu Calla Kecamatan Karossa Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat ?. Secara khusus tujuan diadakan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pemahaman masyarakat Hindu terhadap upacara megedong-gedongan di Desa Kayu Calla Kecamatan Karossa Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat. 2. Untuk mengetahui faktor penyebab masyarakat Hindu tidak melaksanakan upacara megedong-gedongan di Desa Kayu Calla Kecamatan Karossa Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori persepsi dan teori perubahan social. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan objek penelitiannya pemahaman masyarakat Hindu terhadap upacara megedong-gedongan di Desa Kayu Calla. Penentuan informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Analisis data yang digunakanpenelitianinireduksi data, penyajian data, penarikan dan vrifikasi kesimpulan. Dari penelitian yang telah dilakukan menunjukan hasil yaitu : 1. Pemahaman masyarakat Hindu terhadap upacara megedong-gedongan di DesaKayu Calla yaitu: a) Upacara pembersihan terhadap janin yang masih berada dalam kandungan b) Upacara janin dalam kandungan agar janin mendapatkan berkah, dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, 2. Faktor penyebab masyarakat Hindu tidak melaksanakan upacara megedong-gedongan di Desa Kayu Calla adalah: a) Masyarakat tidak terbiasa melaksanakan upacara megedong-gedongan karena faktor orang tua yang tidak pernah melaksanakan pada saat masih tinggal di bali, b)Kurangnya pengetahuan masyarakat Hindu terhadap upacara megedong-gedongan, c)Kurangnya pembinaan dari tokoh-tokoh umat kepada masyarakat Hindu di Desa Kayu Calla.