Latar Belakang: Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan masalah serius yang perlu diatasi salah satunya melalui pelayanan Antenatal Care (ANC) yang dilakukan secara terintegrasi. ANC yang dilakukan secara teratur dapat mendeteksi lebih awal kondisi kehamilan yang berisiko tinggi seperti anemia, sehingga intervensi dapat segera dilakukan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah membuat standar pelayanan kehamilan terpadu (ANC), yaitu ibu melakukan kunjungan ANC minimal 6 kali selama kehamilannya. Metode: Informan awal ditentukan dengan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi terhadap 5 informan awal yang terdiri dari bidan koordinator, tenaga gizi kesehatan, bidan desa dan kader serta ibu hamil trimester III yang mengalami anemia. Satu informan triangulasi yaitu Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes. Hasil: Hasil penelitian menunjukan pada unsur input sudah cukup baik dari Sumber Daya Manusia (SDM) dan pendanaan sudah terintegrasi, hanya sarana prasarana USG dan ceklis belum terfasilitasi. Pada unsur proses, program terlaksana dengan baik yaitu pelayanan ANC sudah menggunakan standar 10 T, hanya belum ada koordinasi jemput bola di desa yg jaraknya jauh untuk pengadaan pelayanan di desa tersebut secara kerjasama lintas sektoral. Pada unsur output, cakupan pelayanan ANC di puskesmas buaran di angka 85% dengan prevalensi anemia 65 kasus. Saran: Diharapkan pelayanan kesehatan agar dapat melaksanakan layanan Antenatal Care dengan 10 standar sempurna terutama memperhatikan tahap temu wicara yaitu memberikan konseling dengan menggunakan media terstandar agar proses konseling efektif dan searah sesuai dengan masalah.