Paruh pertama tahun 2014, Bank Sentral Denmark mengambil kebijakan suku bunga negative. Kemudian secara bersamaan di awal tahun 2015, Bank Sentral Swiss, Swedia dan Uni Eropa juga mengambil kebijakan moneter longgar (easy monetary policy) yang serupa. Baik dari sisi teori maupun praktik, kebijakan moneter dengan suku bunga negative bukanlah hal yang lazim terjadi. Kebijakan ini terpaksa diambil mengingat tingkat suku bunga di tahun tersebut sudah menyentuh angka nol persen. Sementara pada saat yang sama diperlukan stimulan lebih lanjut dalam perekonomian guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang masih berada pada titik terendahnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan uji statistik non Parametrik Kendall’s_b Tau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pengaruh kebijakan suku bunga negatif terhadap inflasi dan GDP riil tidak signifikan, kecuali pengaruh suku bunga negatif terhadap inflasi di negara Swedia yang signifikan namun dengan arah korelasi negatif. Dari sisi koefisien korelasi, secara keseluruhan berada pada tingkat sangat lemah atau rendah. Kecuali untuk pengaruh suku bunga negatif terhadap inflasi di negara Swedia dengan koefisien korelasi yang rendah atau lemah. Dengan pengaruh yang tidak signifikan secara umum, sangat penting bagi Bank Sentral untuk tidak terfokus kepada kebijakan pendekatan kuantitatif yang sering kali berjalan dengan mekanisme yang kompleks, melainkan juga pendekatan kualitatif guna menegakkan pesan keadilan dan kebersamaan dalam sistem keuangan dan moneter