Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Jurnal Teknik ITS

Identifikasi Jumlah dan Tingkat Aktivitas Orang Berbasis Pengolahan Citra Menggunakan Raspberry Pi Daniel Krisrenanto; Muhammad Rivai; Fajar Budiman
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (808.756 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i1.21397

Abstract

Air conditioner (AC) merupakan suatu perangkat yang paling banyak digunakan sebagai pendingin ruangan. Walaupun AC saat ini sudah menggunakan teknologi hemat energi, namun apabila tidak digunakan dengan baik maka penggunaan AC hanya menjadi suatu pemborosan listrik saja. Untuk mengurangi pemborosan listrik pada AC, maka pengaturan suhu harus disesuaikan dengan kondisi ruangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi ruangan antara lain adalah jumlah orang serta tingkat aktivitas dalam ruangan. Sebagai upaya penghematan konsumsi listrik pada AC, maka dalam penelitian ini dilakukan rancang bangun suatu sistem identifikasi jumlah orang dan tingkat aktivitas. Pada sistem ini digunakan kamera USB sebagai perangkat pengambil citra. Pada pengolahan citra menggunakan metode Histogram of Oriented Gradient (HOG) sebagai penghitung jumlah orang, sedangkan metode background subtraction digunakan sebagai penghitung tingkat aktivitas. Sistem ini diimplementasikan ke dalam Raspberry Pi 3 sebagai mikrokontroler. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem dapat mendeteksi orang dari jarak 3 m sampai 9 m dan membedakan 2 orang dengan jarak antara 30 cm sampai 150 cm. Sistem juga dapat membedakan tingkat aktivitas sedikit, sedang dan tinggi.
Analisis Risk Assessment Menggunakan Process Hazard Analysis (PHA) dan Safety Objective Analysis (SOA) pada Central Gathering Station (CGS) di Onshore Facilities Dimas Jouhari; Lino Meris Rahmanto; Renanto Handogo; Juwari Purwo Sutikno; Ari Widodo
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.241 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i1.5546

Abstract

Keselamatan proses merupakan faktor utama yang sering dibahas oleh industri-industri kimia beberapa tahun terakhir ini. Salah satu metode semi-kuantitatif yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menetapkan tingkat risiko bahaya yaitu dengan Process Hazard Analysis (PHA) dan Safety Objective Analysis (SOA). Hazard and Operability Studies (HAZOP) dan What-If Analysis merupakan metode identifikasi bahaya kualitatif yang sering diterapkan secara simultan untuk PHA-SOA. Process Hazard Analysis (PHA) ialah rangkaian aktivitas mengidentifikasi hazard, mengestimasi konsekuensi, mengestimasi likelihood suatu skenario proses disertai dengan safeguard, dan mendapatkan risk ranking yang dapat dilihat pada matrik PHA 6x6. Sedangkan Safety Objective Analysis (SOA) merupakan rangkaian aktivitas yang bergantung pada penyebab skenario, dan konsekuensi dari PHA, menghasilkan kebutuhan IPL (Independent Protective Layer) menggunakan matrik SOA 6x6. Risk ranking 6 pada penilaian PHA diketegorikan aman jika safeguard yang ada selalu siap mengurangi risiko yang timbul dari skenario tersebut. Namun tidak semua safeguard dapat selalu siap mengurangi risiko tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya analisis tambahan untuk memastikan risiko dari skenario dapat diperkecil. Analisis safety suatu skenario dengan SOA menghasilkan kebutuhan IPL yang dapat ditutup dengan mengkonfirmasi safeguard yang sesuai menjadi IPL. Hasil penilaian PHA-SOA CGS 1, CGS 3, CGS 4, dan CGS 5 menunjukkan bahwa ada penilaian severity dan PHA-SOA likelihood yang berbeda di tiap CGS padahal proses pada CGS tersebut identik, maka perlu adanya analisis konsistensi. Hasil analisis konsistensi ini dapat dijadikan pedoman untuk melakukan safety review pada risk assessment workshop kedepannya, yang biasanya diadakan setiap tiga hingga lima tahun sekali oleh industri.
Pra Desain Pabrik Pupuk MgSO4.7H2O dari Bittern Nur Faizah; Liga Indriyani; Juwari Juwari; Renanto Handogo
Jurnal Teknik ITS Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v7i1.28823

Abstract

Ketersediaan bahan baku Bittern (limbah garam) yang melimpah di Indonesia dan masih belum terproduksi sendiri oleh Indonesia menjadikan prospek pendirian pabrik pupuk MgSO4.7H2O dari Bittern di Indonesia ini sangat bagus karena selama ini Indonesia  masih impor pupuk MgSO4.7H2O  dari luar negeri. Selama ini Bittern seringkali dibuang langsung di perairan oleh masyarakat padahal kaya akan kandungan magnesium dan unsur lainnya. MgSO4.7H2O banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri, salah satunya dapat digunakan untuk pupuk pertanian. Dalam pertanian, magnesium sulfat digunakan untuk memenuhi kurangnya magnesium atau belerang dalam tanah, magnesium merupakan elemen penting dalam molekul klorofil, dan sulfur adalah makronutrien penting lainnya. Dengan melihat tingkat konsumsi yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat pula, pada masa yang akan datang, kebutuhan Indonesia akan pupuk MgSO4.7H2O akan semakin bertambah oleh karena itu didirikan Pabrik pupuk MgSO4.7H2O dari Bittern ini tujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam maupun luar negeri. Bahan baku pembuatan pupuk MgSO4.7H2O adalah Bittern, dengan bahan pembantu Natrium hidroksida (NaOH) dan larutan asam sulfat (H2SO4). Karena sampai saat ini, pemenuhan kebutuhan pupuk MgSO4.7H2O dari Bittern sebagian besar masih impor dari negara seperti China dan India. Berdasarkan analisis ekonomi, laju pengembalian modal (IRR) pabrik ini sebesar 89,98% pada tingkat suku bunga per tahun 12%, dengan laju inflasi sebesar 4% per tahun. Sedangkan untuk waktu pengembalian modal (POT) adalah 2,5 tahun dan titik impas (BEP) sebesar 33% melalui cara linear. Umur dari pabrik selama 10 tahun dan masa konstruksi adalah 2 tahun. Untuk memproduksi pupuk MgSO4.7H2O dari Bittern sebanyak 20.000 ton/tahun, diperlukan biaya total produksi per tahun (TPC) sebesar Rp 211.692.880.452,00 dengan biaya investasi total (TCI) sebesar Rp 145.044.056.977,00 dan total penjualan sebesar Rp 220.000.000.014,00 Dengan melihat aspek penilaian analisis ekonomi dan teknisnya, pupuk MgSO4.7H2O dari Bittern ini layak untuk didirikan.
Pra Desain Pabrik Produksi Gasoline pada Kilang Minyak Skala Kecil Bilal Chabibulloh; Wisnu Kusuma Atmaja; Juwari Purwo Sutikno; Renanto Handogo
Jurnal Teknik ITS Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (617.618 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v7i1.28915

Abstract

Ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar minyak, membuat bahan bakar minyak menjadi komoditas utama dan krusial di sektor energi,. Hal inilah yang menyebabkan Indonesia masih melakukan impor minyak bumi demi memenuhi kebutuhan BBM masyarakat. Saat ini, negara melalui PT. Pertamina (persero) menyediakan sekitar Rp1,15 triliun setiap hari untuk impor minyak mentah dan BBM. Dintaranya untuk impor BBM. Permasalahan lain mengenai BBM yang sering terjadi adalah masalah distribusi BBM ke seluruh pelosok negeri. Data menyebutkan bahwa distribusi penggunaan minyak bumi di Indonesia cenderung terpusat di Pulau Jawa. Di luar Pulau Jawa, bahan bakar minyak sangat sulit didapat. Faktanya, Indonesia memiliki cadangan minyak bumi yang tersebar hampir di setiap pulau. Namun, hal ini tidak didukung dengan jumlah kilang minyak bumi yang memadai. Salah satu solusinya adalah dengan membangun kilang-kilang baru. Namun, membangun kilang dengan skala besar dengan produksi minimum 300,000 bpd akan membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama. Oleh karena itu pemerintah menargetkan pembangunan kilang-kilang skala kecil untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. Karena produksi minyak di Indonesia dalam skala kecil maka akan lebih efisien dan ekonomis bila membangun kilang mini (<20,000 bpd) di setiap daerah sumber crude oil. Berdasarkan analisis ekonomi, laju pengembalian modal (IRR) pabrik ini sebesar 43 % pada tingkat suku bunga per-tahun 10,25% dan laju inflasi sebesar 3,35% per-tahun. Sedangkan untuk waktu pengembalian modal (POT) adalah 4,235 tahun dan titik impas (BEP) sebesar 54,18% melalui pembuatan grafik linear BEP. Umur dari pabrik selama 10 tahun dan masa konstruksi selama 2 tahun. Untuk mengolah 10000 barrel crude oil per-hari menjadi beberapa produk diperlukan biaya total produksi (TPC) sebesar Rp 3.713.409.763.696,68 dengan biaya investasi total Rp 292.774.958.752,83 dan total hasil penjualan sebesar Rp 3.903.215.502.396,54 . Dengan memperhitungkan aspek penilaian analisa ekonomi dan teknisnya, maka Pabrik Produksi Gasoline pada Kilang Minyak Skala Kecil ini layak untuk didirikan.
Pra Desain Pabrik Urea dari Amonia dan CO2 Berbasis Proses Stamicarbon CO2 Stripping Mochamad Irfan Dwiputro; Aufal Nawasanjani; Renanto Renanto; Rendra Panca Anugraha
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 1 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i1.61759

Abstract

Indonesia merupakan negara agraris dimana mayoritas penduduknya merupakan petani yang bekerja pada sektor pertanian dengan berkembangnya sektor pertanian, perkebunan, dan tanaman pangan serta sektor industri lain menyebabkan kebutuhan produk pupuk urea meningkat. Oleh sebab itu, kebutuhan pupuk urea sebagai faktor penunjang sangat diperlukan. Lokasi pabrik direncanakan di Kawasan Industri Kaltim Industrial Estate, Bontang, Provinsi Kalimantan Timur. Bahan baku utama dalam proses pembuatan pupuk urea adalah amonia cair yang memiliki komposisi sebesar 99,8% NH3 dan 0.2% H2O. Selain itu, terdapat bahan baku penunjang yaitu CO2. Kapasitas produksi pupuk urea ini direncanakan sebesar 570.000 ton urea/tahun. Proses produksi pupuk urea dari ammonia dan CO2 pada pabrik yang akan didirikan menggunakan proses stamicarbon, dimana menggunakan gas CO2 sebagai agen stripping dalam menjalankan prosesnya. Untuk tahapan proses yang pertama adalah persiapan bahan baku kemudian dilanjutkan dengan proses sintesa urea yang terjadi melalui peralatan HPCC, reaktor, dan stripper. Setelah proses sintesa, dilanjutkan dengan proses resirkulasi larutan karbamat dengan yang akan digunakan kembali dengan cara memisahkan dari larutan urea kemudian di resirkulasi kembali ke reaktor. Kemudian dilanjutkan proses pemurnian yaitu memurnikan larutan urea yang masih ada sedikit kandungan karbamat dan reaktan sisa dan meningkatkan kepekatan urea nya. Setelah itu larutan urea pekat dialirkan menuju prilling tower untuk dirubah menjadi bentuk urea prill. Untuk studi kelayakan Pra Desain Pabrik ini, dari segi ekonomi telah dilakukan analisa ekonomi dengan hasil. Total Investasi (TCI) yang didapat adalah sebesar Rp 898.483.250.725,22 dan Net Present Value (NPV) yang didapat adalah sebesar Rp 2.200.043.820.353,20 atau sama dengan positif. Internal Rate of Return (IRR) pabrik ini adalah 38,16%. Dengan waktu pengembalian modal pabrik pada 2,47 tahun. Sedangkan pada analisa sensitifitas, penambahan dan pengurangan harga bahan baku dan harga produk hingga sebanyak 20%. Sehingga berdasarkan analisa-analisa yang telah dilakukan, pabrik urea ini layak untuk didirikan.
Pra Desain Pabrik Asam Klorida dari Elektrolisis Garam Industri Kevin Kevin; Vincentius Lukas Aria; Renanto Handogo; Juwari Purwo Sutikno
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.68949

Abstract

Pra-desain pabrik asam klorida (HCl) akan didirikan di Kota Gresik, Jawa Timur. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi 50.000 ton/tahun. Produk yang dihasilkan adalah larutan HCl 33% dan produk samping larutan NaOH 32%. Bahan baku utama yang digunakan adalah garam industri NaCl beserta beberapa bahan baku penunjang seperti asam sulfat (H2SO4) 98%, natrium karbonat, dan bahan pretreatment lainnya. Metode produksi yang digunakan adalah elektrolisis garam klorida (NaCl) yang menghasilkan gas H2 dan Cl2 yang kemudian direaksikan untuk membentuk HCl. Mula-mula, garam masuk ke unit pretreatment dengan tujuan untuk menghilangkan impurities pada garam. Garam akan dilarutkan dengan air dan ditambahkan natrium karbonat serta flocculant sebagai reagen. Pengotor-pengotor akan terendap sebagai CaCO3 dan MgCO3. Larutan garam yang sudah bersih kemudian masuk ke sel elektrolisis. Tipe sel elektrolisis yang digunakan adalah sel membrane agar menghasilkan yield Cl2 yang optimal serta meminimalisir penggunaan energi listrik dalam prosesnya. Pada bagian anoda, ion Cl- teroksidasi menghasilkan gas Cl2. Sementara pada bagian katoda akan diumpankan larutan NaOH 30,5%. Pada katoda, air akan tereduksi menghasilkan gas H2 sementara ion Na+ pada anoda akan bergerak melalui membran berikatan dengan ion OH- menghasilkan larutan NaOH dengan konsentrasi 32% sebagai produk samping. Gas reaktan Cl2 dan H2 akan melalui proses treatment untuk menghilangkan air. Gas Cl2 perlu dibersihkan dari air sebab Cl2 basah bersifat korosif [1]. Proses dilakukan dengan cara pendinginan sehingga air terkondensasi, dilanjutkan dengan penyerapan air oleh larutan H2SO4 pekat. Sementara itu, H2 dipisahkan dari air melalui pendinginan. Gas yang cukup terbebas dari air direaksikan dalam reaktor untuk membentuk gas HCl. Gas HCl kemudian dikontakkan dengan air dalam falling film absorber sehingga terbentuk larutan HCl 33%. Pabrik ini memerlukan capital expenditure sebesar Rp 549.807.392.118 dan operating expenditure sebesar Rp 148.890.808.466. Melalui analisa ekonomi didapat NPV pabrik senilai Rp 2.040.057.494.912, IRR sebesar 32,29%, POT 3,75 tahun, dan BEP 22,45%. Berdasarkan analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa pabrik HCl ini layak untuk didirikan.