Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search
Journal : Biotika: Jurnal Ilmiah Biologi

STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU RUMAH TANGGANYA (Studi Kasus di Dusun Cimanglit, Desa Pasir Biru, Rancakalong, Sumedang, Jawa Barat) Hanna Hendriks; Herri Y. Hadikusumah; Johan Iskandar
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 12, No 2 (2014): BIOTIKA DESEMBER 2014
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bjib.v12i2.10082

Abstract

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG REEPS (Rare, Endangered, Endemic, Protected Species) DI CALON KAWASAN GEOPARK PANGANDARAN, JAWA BARAT Faris Muladi; Susanti Withaningsih; Johan Iskandar; Parikesit Parikesit
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 16, No 1 (2018): BIOTIKA JUNI 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bjib.v16i1.17494

Abstract

STUDI ETNOBOTANI PEMANFAATAN JENIS-JENIS TUMBUHAN SEBAGAI BAHAN OBAT TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT DI DESA CIBUNAR KECAMATAN RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG-JAWA BARAT Johan Iskandar; Yayan Suryana; Aseng Ramlan
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 2, No 1 (2003): Biotika Juni 2003
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bjib.v2i1.227

Abstract

ETNOZOLOGI PENGETAHUAN LOKAL MASYARAKAT PALINTANG, DESA PANJALU, KECAMATAN CILENGKRANG, KABUPATEN BANDUNG TENTANG PERBURUAN BAGONG DAN MONYET SEBAGAI HAMA PERTANIAN Agge Ibrati Shabrina Suhanda; Budiawati Supangkat Iskandar; Johan Iskandar
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 18, No 2 (2020): BIOTIKA DESEMBER 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/biotika.v18i2.28666

Abstract

Perburuan satwa liar merupakan suatu tradisi kegiatan masyarakat yang telah lama dilakukan oleh berbagai etnik di Indonesia. Penduduk Palintang, Bandung, biasa melakukan perburuan satwa liar terhadap bagong dan monyet yang dianggap sebagai binatang hama pertanian, karena merusak tanaman di kebun mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengetahuan penduduk Palintang mengenai bagong dan monyet sebagai hama, kebiasaan dan teknik untuk berburu binatang hama, dan fungsi sosial berburu. Metoda penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda kualitatif dengan pendekatan etnozoologi, dengan teknik pengumpulan data lapangan dengan observasi dan wawancara semi-struktur dengan para informan. Hasil penelitian menujukkan bahwa penduduk Palintang, Bandung, memiliki pengetahuan tentang jenis-jenis binatang hama, bagong dan monyet, jenis-jenis pakan hama di kebun, sebaran binatang hama, teknik-teknik untuk berburu binatang hama, dan fungsi berburu binatang hama bagi sosial budaya penduduk. Hasil penelitian ini penting secara ilmiah yaitu untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya etnozologi, dan juga berguna secara praktis untuk memamahi penduduk dalam berburu binatang hama, yang dapat dijadikan masukan bagi para pengambil kebijakan untuk pengeolaan hama pertanian.
PENINGKATAN PENDAPATAN PEKARANGAN KOMERSIAL MELALUI ANALISIS OPTIMASI: STUDI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN KERTASARI KABUPATEN BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT, INDONESIA Juliati Prihatini; Johan Iskandar; Ruhyat Pratasasmita
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 15, No 2 (2017): BIOTIKA DESEMBER 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bjib.v15i2.19417

Abstract

STUDI ETNOBOTANI JENIS-JENIS TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT BADUY BANTEN SELATAN Johan Iskandar
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 4, No 2 (2005): Biotika Desember 2005
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bjib.v4i2.313

Abstract

Ethnobotanical research on use of various plants for medical purposes was undertaken in Baduy area in 1994/1995 and 2004. The semi-structure interviewing with key informants and the field inventory of various medicinal plants in several land-use types of the Baduy were applied. The result of study shows that the Baduy community has intensively used various medicinal plants to cure some illnesses. However, some modern medicines have also selectively adopted by some Baduy people, particularly Outer Baduy. This is caused by intensive penetrating market economy and providing modern medicines by tourists who have come to Baduy village. The herbal medicines of the Baduy community have been mainly collected from several indigenous land use types, particularly dukuh lembur, huma, reuma and leuweung kolot.
SIKLUS HIDUP KUPU-KUPU Euploea mulciber (CRAMER, 1777) Nurullia Fitriani; Muhamad Azahar Bin Abas; Budiawati Supangkat; Wawan Hermawan; Johan Iskandar
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 19, No 1 (2021): BIOTIKA JUNI 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/biotika.v19i1.32583

Abstract

Kupu-kupu merupakan serangga yang mengalami metamorphosis sempurna dengan siklus hidup terdiri dari telur, ulat,pupa dan dewasa. Salah satu kupu-kupu yang banyak ditemukan di Indonesia adalah Euploea mulciber dari Family Nympalidae. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan lamanya siklus hidup kupu-kupu Euploea mulciber dari telur hingga menjadi dewasa. Metode penelitian adalah survey dan observasi dengan lokasi penelitian di wilayah pemukiman Kota Bandung. Survey dilakukan untuk mencari dan mengamati kupu-kupu yang meletakkan telurnya pada tumbuhan inang. Sedangkan observasi dilakukan untuk mengamati siklus hidup kupu-kupu (karakter morfologi dan lama siklus hidupnya). Analisis data dilakukan secara deskriptif. Pada saat survey ditemukan tiga kupu-kupu dewasa yang baru meletakkan telurnya. Telur ini, diletakkan oleh kupu-kupu pada bagian batang dan daun bagian bawah dari tumbuhan oleander (Nerium Oleander L.). Telur ini kemudian diambil dan dipelihara dalam kandang percobaan yang memiliki ratarata intensitas cahaya sekitar 26,321 Lux dan rata-rata suhu sekitar 27ᵒC. Berdasarkan hasil penelitian diketahui lamanya siklus hidup Euploea mulciber dari telur sampai menjadi dewasa adalah 25 - 27 hari dengan lama fase telur adalah 4 hari, lama fase ulat selama 15 – 16 hari dan fase pupa membutuhkan waktu selama 6-7 hari.
GREEN CAMPUS: PENGELOLAAN KAMPUS RAMAH LINGKUNGAN Johan Iskandar
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 3, No 1 (2004): Biotika Juni 2004
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bjib.v3i1.251

Abstract

STRUKTUR PEKARANGAN KOMERSIL: STUDI KASUS DI DESA SUKAPURA KECAMATAN KERTASARI KABUPATEN BANDUNG, DAS CITARUM HULU, JAWA BARAT, INDONESIA Juliati Prihatini; Johan Iskandar; Ruhyat Partasasmita
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 16, No 2 (2018): BIOTIKA DESEMBER 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bjib.v16i2.19904

Abstract

PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI OBAT OLEH MASYARAKAT KAMPUNG ARENG KABUPATEN BANDUNG BARAT Asep Zainal Mutaqin; Mohamad Nurzaman; Tia Setiawati; Ruly Budiono; Azifah An’amillah; Johan Iskandar
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 14, No 1 (2016): BIOTIKA JUNI 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bjib.v14i1.14411

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mendokumentasikan pengetahuan masyarakat Kampung Areng Desa Wangunsari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Propinsi Jawa Barat mengenai jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kualitatif bersifat deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipatif dan wawancara semi struktur terhadap informan kunci. Penentuan informan dilakukan dengan teknik snowball sampling. Hasil wawancara menunjukkan bahwa terdapat 63 spesies tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Kampung Areng. Tumbuhan-tumbuhan obat tersebut diperoleh masyarakat dari kebon tegal, kebon, dan pekarangan. Masyarakat mengolah tumbuhan obat dengan berbagai cara, di antaranya adalah dengan cara direbus, dicincau (diperas), dibuat ramuan, ditempel, dibalur, dan dimakan langsung.