Isngadi Isngadi
Bagian Anestesiologi Dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya/ RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Published : 41 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search
Journal : Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia

Vasopressor Pilihan Untuk Anestesi Obstetri Isngadi, Isngadi
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 7 No 1 (2024): Maret
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v7i1.154

Abstract

Anestesi spinal adalah teknik anestesi yang direkomendasikan untuk tindakan seksio sesarea, akan tetapi dengan teknik anestesi spinal ini terdapat efek yang tidak diharapkan. Efek tidak diharapkan yang paling sering terjadi adalah hipotensi. Hipotensi akibat tindakan anestesi spinal akan berdampak terhadap fetomaternal berupa gangguan aliran darah ke uterus yang selanjutnya terjadi gangguan sirkulasi pada fetal sehingga bisa menyebabkan fetal hipoksi, bradikardi, dan asidosis. Hipotensi akibat anestesi spinal dapat memperburuk luaran pada fetomaternal, oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan maupun pengobatan terjadinya hipotensi akibat anestesi spinal pada seksio sesarea tersebut. Sampai saat ini, sudah banyak vasopressor yang digunakan untuk mengatasi hipotensi akibat anestesi spinal, akan tetapi penelitian untuk mendapatkan vasopressor yang ideal masih terus berlangsung. Vasopressor yang ideal untuk pencegahan dan pengobatan hipotensi akibat anestesi spinal pada seksio sesarea masih diperdebatkan dan merupakan topik yang menarik dilakukan penelitian ilmiah dan penelitian klinis dibidang anestesi Obstetri. Efedrin, Norepineprin dan Fenilefrin merupakan tiga vasopressor yang sering digunakan untuk mengatasi hipotensi akibat tindakan anestesi spinal pada anestesi obstetri. Pada materi ini akan dibahas vasopressor pilihan untuk anestesi obstetri berdasarkan farmakokinetik, farmakodinamik dan aplikasi klinik. Berdasarkan hal tersebut, fenilefrin merupakan vasopressor pilihan utama untuk mengatasi hipotensi akibat anestesi spinal pada maternal dengan denyut jantung normal atau takikardi. Efedrin merupakan vasopressor pilihan untuk mengatasi hipotensi akibat anestesi spinal pada maternal dengan denyut jantung bradikardi. Norepineprin merupakan vasopressor alternatif untuk mengatasi hipotensi dan bradikardi akibat anestesi spinal yang tidak berespon terhadap Efedrin.
Manajemen Anestesi pada Pasien Atrial Septal Defect dan Hipertensi Pulmonal yang Menjalani Prosedur Seksio Sesarea Aji, Haffidz Wahyu; Isngadi, Isngadi
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 7 No 1 (2024): Maret
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v7i1.166

Abstract

Penyakit jantung merupakan penyebab yang berperan penting dalam morbiditas dan mortalitas selama masa kehamilan, proses persalinan, dan pasca persalinan. Salah satunya adalah atrial septal defect yang dapat menyebabkan beberapa komplikasi yang lebih serius seperti hipertensi pulmonal. Penyakit jantung dalam kehamilan yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko terjadinya perburukan kondisi pada maternal. Perempuan, 38 tahun, G4P3003Ab000 hamil 37-38 minggu dengan atrial septal defect sekundum besar L to R shunt 63%, hipertensi pulmonal, bekas seksio sesarea, dan risiko tinggi dari segi usia lebih dari 35 tahun. Pada pemeriksaan fisik terdapat tekanan darah sebesar 103/48 mmHg, SpO2 97% dengan room air, dan murmur. Pada pemeriksaan ekokardiografi didapatkan atrial septal defect secundum besar Left-Right Shunt (63%), Hipertensi pulmonal,regurgitasi mitral ringan, regurgitasi pulmonal ringan, regurgitasi trikuspid ringan dengan kemungkinan hipertensi pulmonal tinggi. Pasien mendapatkan terapi berupa revatiol, ranitidin, metokloperamid, dan paracetamol. Pasien dilakukan prosedur seksio sesarea dengan teknik anestesi combine spinal epidural dengan menggunakan bupivakain 0,5% 7,5 mg dan fentanyl 25 mcg. Pasien tidak mengalami komplikasi perioperatif. Managemen anestesi yang tepat dalam kehamilan dengan atrial septal defect dan hipertensi pulmonal untuk mencegah terjadinya sindrom Eisenmenger yang dapat meningkatkan risiko perburukan kondisi pada pasien
Manajemen Anestesi Gravida dengan Plasenta Akreta yang dilakukan Seksio Sesarea dengan Transarterial Ballooning Azman, Radhillah; isngadi, Isngadi
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 7 No 3 (2024): November
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v7i3.153

Abstract

Bleeding before (antepartum) and after (postpartum) delivery remains a major contributor to perinatal mortality and maternal morbidity worldwide. Placenta accreta is a cause of maternal morbidity and mortality, recently becoming the most common reason for emergency postpartum hysterectomy. A 35-year-old woman weighing 55 kg, height 151 cm, G3P1101Ab000 at a gestational age of 34-36 weeks, with a history of antepartum bleeding and suspicion of placenta accreta from the ultrasound, is scheduled for pregnancy termination via cesarean section. Before the surgery, a transarterial balloon catheter is inserted, and the estimated blood loss during the operation is around 10,000 ml. In this patient, the choice of general anesthesia is made considering the history of third-trimester bleeding, a high probability index score of 51% for accreta, and the plan for hysterectomy, leading to an anticipated prolonged operation time. Additionally, the risk of significant bleeding during the surgery prompts the selection of general anesthesia for hemodynamic management, and the placement of a catheter balloon is done to anticipate massive bleeding. To obtain a more comprehensive comparison and understanding of estimated blood loss, a comparison with other cases involving catheter balloon procedures before or after surgery is needed.
Kombinasi Teknik Anestesi Epidural dan Anestesi Umum Intubasi pada Pasien Seksio Sesarea dengan Plasenta Perkreta Yuliandra, Yudhistira; isngadi, Isngadi
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 7 No 3 (2024): November
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v7i3.157

Abstract

Plasenta perkreta dikaitkan dengan morbiditas ibu yang lebih tinggi daripada subtipe plasenta akreta lainnya karena invasi plasenta yang lebih luas sehingga menimbulkan perdarahan sulit dikontrol dan sering membutuhkan tranfusi masif. Pada kasus ini dilaporkan seorang pasien perempuan hamil dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir disertai riwayat urine bercampur darah yang dilakukan operasi seksio sesarea. Pasien dilakukan anestesi epidural untuk kelahiran bayi yang dilanjutkan dengan anestesi umum intubasi setelah bayi lahir. Saat intraoperatif didapatkan perdarahan masif dan dilakukan protokol tranfusi masif. Hemodinamik bisa dipertahankan stabil sampai setelah operasi. Hasil laboratorium setelah operasi sudah mendekati target dari protokol transfusi masif. Kondisi bayi baik saat dilahirkan. Tatalaksana anestesi, perkiraan jumlah perdarahan intraoperatif, resusitasi cairan yang adekuat dan transfusi darah yang tepat akan memberikan dampak besar terhadap kondisi ibu dan bayi selama operasi dan paska operasi seksio sesarea dengan plasenta perkreta.
Manajemen Anestesi pada Atrial Septal Defect (ASD) Sekundum Bidirectional Shunt Disertai Hipertensi Pulmonal dalam Kehamilan Awal yang Dilakukan ASD Clossure By Device Agung Nugroho, Yusuf; isngadi, Isngadi
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 8 No 1 (2025): Maret
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v8i1.161

Abstract

Atrial Septal Defect (ASD) merupakan kelainan jantung asianotik yang sering ditemukan. Kasus kehamilan dengan ASD sebagian besar dapat ditoleransi, namun beberapa kondisi perlu dilakukan tindakan intervensi untuk mengurangi risiko pada ibu dan janin akibat perubahan dari hemodinamik. Pada kasus ini wanita usia 31 tahun dengan diagnosis G3P2A0 hamil 10-11 minggu janin tunggal hidup dengan komorbid penyakit jantung bawaan Atrial Septal Defect sekundum besar dengan hipertensi pulmonal yang akan dilakukan penutupan ASD Clossure by device. Pasien dilakukan tindakan anestesi umum dengan pemberian premedikasi dengan midazolam 2 mg intravena, sufentanyl 30 mcg intravena, ketamin 25 mg intravena, dan atracurium 25 mg serta dilakukan intubasi endotrakheal. Selama intraoperatif, dilakukan pemberian sevoflurane sebagai pemeliharaan anestesi dan tidak terdapat penurunan hemodinamik yang signifikan pada pasien. Pasca operasi pasien dirawat diruang ICU dan tidak terdapat komplikasi. Pasien diberikan metamizole 3x1 gram sebagai analgesik. Tindakan anestesi umum pada kasus ASD clossure dengan device disertai dengan hipertensi pulmonal perlu pemantauan hemodinamik yang ketat untuk mencegah terjadi komplikasi yang tidak diinginkan.
Manajemen Anestesi pada Pasien Preeklampsia Berat dan Eklampsia yang Dilakukan Seksio Sesarea Darurat Nur Sumianto, Ainur Adi; isngadi, Isngadi
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 8 No 1 (2025): Maret
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v8i1.164

Abstract

Preeklampsia merupakan penyebab tersering yang menyebabkan mortalitas dan morbiditas maternal. Prevalensi preeklamsia mencapai 3–7% dari keseluhan wanita hamil secara global. Kehamilan dengan preeklampsia menunjukka indikasi dilakukannya prosedur seksio sesaria, yang merupakan tantangan bagi anestesiologis. Tantangan tersebut meliputi risiko terhadap edema saluran nafas, disfungsi sirkulasi jantung, disfungsi sistem serebrovaskular, dan koagulopati. Pasien perempuan, 23 tahun, dengan preeklampsia berat, eklampsia, hiponatremia, hipoalbumin, dan suspek intrauterine growth retriction. Pada pemeriksaan fisik terdapat tekanan darah 172/92 mmHg, nadi 91 kali/menit, dan SpO2 97–98%. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan albumin 2,88 dan natrium 128. Pasien dilakukan prosedur seksio sesarea dengan teknik anestesi umum. Manajemen anestesi yang tepat dalam kehamilan dengan preeklampsia berat dan eklamsia untuk mencegah terjadinya komplikasi yang dapat meningkatkan risiko perburukan kondisi pada pasien
Anestesi Spinal pada Maternal dengan Struma Hipertiroid yang Menjalani Seksio Sesarea secara Emergensi: Satu Laporan Kasus Isda, Mustaqiem; isngadi, Isngadi
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 8 No 2 (2025): Juli
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v8i2.159

Abstract

Kehamilan dengan penyakit sistemik merupakan kasus yang menjadi perhatian khusus. Hipertiroid adalah salah satu penyakit sistemik pada kehamilan yang dapat menimbulkan kegawatan pada ibu dan janin. Kami melaporkan kasus wanita 24 tahun dengan G1P1A0 yang menjalani seksio sesarea atas indikasi ketuban pecah dini, hipertiroid dan fetal compromised. Tekanan darah 139/82 mmHg, laju nadi 112 kali per menit,saturasi 99% udara ruang. Pemeriksaan preoperasi didapatkan keluhan berdebar disertai adanya eksoftalmus, tremor, dan benjolan di leher. Pemeriksaan jantung didapatkan bunyi jantung I–II reguler tanpa murmur, suara paru vesikular dengan di kedua lapang paru. Pemeriksaan Leopold didapatkan janin tunggal dengan presentasi kepala, denyut jantung janin 157 kali per menit. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar hemoglobin 12,7 g%, hitung leukosit 12.020/mm3, hitung trombosit 199.000/ mm3. Hasil faal tiroid T3 Total 2,07 (0,8–2,0), Free T4 3,20 (0,93 - 1,7) dan TSH < 0,01 (0,270-4,20). Pemeriksaan laboratorium lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan elektrokardiografi didapatkan sinus takikardia 116 x/menit. Pada pemeriksaan foto thorax didapatkan jantung dan paru normal. hasil konsultasi bersama spesialis kardiologi tidak didapatkan kelainan pada jantung pasien. Pasien stabil selama operasi dengan anestesi spinal menggunakan bupivakain 10 mg adjuvan morphin 0.1 mg. Analgetik pascaoperasi diberikan injeksi ketorolak 30 mg setiap 8 jam intravena dan paracetamol 4x750 mg per oral dengan VAS 2 pada hari ke-0. Obat dilanjutkan dengan PTU 3x100 mg dan propanolol 3x40 mg per oral. Pasien di observasi di High Care Unit selama post operasi.
Penggunaan Phenylephrine untuk Mengatasi Hipotensi akibat Epidural Anestesi pada Maternal dengan VSD Bidirectional Shunt yang Dilakukan Seksio Sesarea Tulong, Priscilla; isngadi, Isngadi
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 8 No 2 (2025): Juli
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v8i2.169

Abstract

Ventricular Septal Defect (VSD) dengan bidirectional shunt merupakan Sindrom Eisenmenger yang ditandai adanya pirau dua arah (dari kanan ke kiri dan kiri ke kanan). Kondisi ini perlu dilakukan tatalaksana untuk mencegah pirau dari kanan ke kiri, agar pirau dipertahankan dari jantung kiri ke kanan. Salah satu cara untuk mempertahankan agar pirau tetap berjalan dari jantung kiri ke jantung kanan adalah dengan mencegah terjadinya hipotensi. Hipotensi akibat epidural anestesi, dapat dicegah dengan cara memberikan vasopressor yang selektif terhadap reseptor α-1 yaitu phenylephrine. Dalam tulisan ini akan menyajikan kasus seorang primigravida berusia 27 tahun dengan VSD bidirectional shunt datang ke bagian obstetri dan ginekologi, dengan usia kehamilan 30-32 minggu dan riwayat sesak nafas. Pasien dilakukan tindakan terminasi kehamilan secara elektif. Epidural anestesi menjadi pilihan untuk tindakan seksio sesarea pada pasien ini. Pasien mengalami periode hipotensi setelah dilakukan tindakan anestesi epidural, sesaat setelah pasien mengalami hipotensi diberikan terapi syringe phenylephrine 0,25 μg /kgbb/ menit. Pasien stabil sampai operasi selesai. Bayi lahir dengan Apgar score 5-7. Pasien dipindahkan ke ICU dalam kondisi hemodinamik stabil.