Pernikahan dini masih banyak terjadi di berbagai wilayah, menempatkan Indonesia di peringkat ke-8 secara global dan ke-2 di ASEAN. Di DIY, angka pernikahan dini meningkat tiga kali lipat selama pandemi COVID-19, dengan 84% dari 623 permohonan dispensasi nikah pada 2022 disebabkan oleh Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD). Kebaruan kegiatan ini yaitu integrasi edukasi pencegahan pernikahan dini dan KTD dengan promosi Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada remaja putri di wilayah rural. Pengabdian yang dilaksanakan pada 5 dan 12 Juni 2024 ini menyasar 30 siswi SMAN 01 Patuk Gunung Kidul, usia 16-18 tahun. Kegiatan meliputi ceramah edukasi tentang peran gender dalam kesehatan reproduksi, pencegahan KTD, kampanye cegah KTD, serta promosi SADARI. Hasil pre-test dan post-test menunjukkan peningkatan nilai mean pengetahuan yang signifikan, seperti materi Hormon Cinta dari 50,3 menjadi 98, pengetahuan peran Gender 35,5 meningkat menjadi 78,6, pengetahuan KTD 65,8 meningkat menjadi 89,4, dan SADARI dari 62,5 menjadi 85,8. Kegiatan ini berhasil meningkatkan pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi dan pencegahan KTD, serta menekankan pentingnya SADARI untuk deteksi dini kanker payudara. Edukasi ini diharapkan memberi dampak positif bagi remaja dalam menjaga kesehatan reproduksi mereka.Kata Kunci: Gender, Hormon cinta, KTD, SADARI, Remaja.