M. Machasin
The History of Islamic Cultures at Adab Faculty, Sunan Kalijaga State Islamic University, Yogyakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies

Bediuzzaman Said Nursi and The Sufi Tradition Machasin, M.
Al-Jamiah: Journal of Islamic Studies Vol 43, No 1 (2005)
Publisher : Al-Jamiah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.2005.431.1-21

Abstract

Berbicara tentang pribadi dan pemikiran Bediuzzaman Said Nursi, artikel ini dimaksudkan untuk mengungkap jati diri tokoh sufi modern dari Turki ini. Analisis diawali dengan melihat ajaran dasar sang tokoh bahwa sufisme di satu sisi masih merupakan sesuatu yang penting bagi seorang muslim, tetapi di sisi lain juga sangat mudah menjadikan keimanan seseorang mengarah pada titik yang salah. Meskipun tidak semuanya, ada beberapa praktek dan tradisi sufisme yang tidak benar dan tidak lagi cocok untuk diamalkan pada masa Said Nursi hidup, bahkan mungkin juga pada masa sekarang. Terkait dengan hal ini, Nursi menawarkan satu alternatif yang menurutnya didasarkan pada al-Quran dalam meniti jalan sufisme, tanpa menafikan adanya cara-cara yang lainnya. Alternatif yang disebutnya sebagai Haqiqa, cara a la Risalat al-Nur, ini terdiri dari empat langkah, bukan tujuh atau pun sepuluh langkah sebagaimana umumnya dalam ajaran sufisme: al-` ajz, al-faqr, al-shafaqa, dan al-tafakkur. Di samping itu bagi Nursi, Sufisme harus dipraktekkan dalam bingkai dan tanpa meninggalkan shari`a karena shar`a bukanlah sisi luar dari Islam, tetapi merupakan satu sistem utuh yang mencakup inner dan sekaligus outer aspect dari Islam. Artikel ini juga melihat jejak-jejak pengaruh pemikiran tokoh-tokoh besar sufi dalam pemikiran Nursi, seperti Abu Hamidal-Ghazali, Abd al-Qadir al-Jilani, dan Ahmad Rabbani al-Sirhindi.
Tafsir Hikayati as A Resistance Hermeneutics: Hikayat Prang Sabi’s Contribution to Holy War Literature and Quranic Studies Fadhli, Fadhli; Ichwan, Moch Nur; Machasin, M.
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies Vol 62, No 1 (2024)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.2024.621.19-64

Abstract

This article will elaborate on the model of interpreting the Quran in Hikayat Prang Sabi. Guided by the text by Teungku Chiek Pante Kulu, the author analyses the data by Hans Georg Gadamer’s ideas about “Preunderstanding”, “Fusion of Horizons”, and “Historical Consciousness”. This research shows that Hikayat Prang Sabi has introduced a unique model of interpreting the Quran by adopting hikayat instruments in Acehnese culture. The author identifies this interpretation model in this research with Tafsir Hikayati. Tafsir Hikayati has contributed to constructing the Acehnese’s resistance to Dutch colonialism by bringing together two very influential spirits in Acehnese society: religion and culture. Through Tafsir Hikayati, Teungku Chiek Pante Kulu constructs a “Resistance Hermeneutics” by interpreting Islamic religious texts (the Quran) using the Acehnese cultural language (hikayat). Combining these two spirits has helped the Acehnese people accept and capture the message of resistance conveyed by Hikayat Prang Sabi so that it succeeded in awakening the spirit of ideological struggle against Dutch colonialism.[Artikel ini mengelaborasi model penafsiran Al-Quran dalam Hikayat Prang Sabi. Dengan berpedoman pada teks karya Teungku Chiek Pante Kulu, penulis menginterpretasi data dengan meminjam gagasan Hans Georg Gadamer tentang “Pra-Pemahaman”, “Perpaduan Horizon (cakrawala)”, dan “Kesadaran (keterpengaruhan) sejarah”. Penelitian ini menunjukkan bahwa Hikayat Prang Sabi telah memperkenalkan model penafsiran Al-Quran yang khas dengan mengadopsi intrumen hikayat dalam kebudayaan Aceh. Dalam penelitian ini, penulis mengidentifikasi model penafsiran tersebut dengan istilah Tafsir Hikayati. Tafsir Hikayati telah berkontribusi dalam mengkontruksi perlawanan orang Aceh terhadap kolonialisme Belanda dengan mempertemukan dua spirit yang sangat berpengaruh dalam masyarakat Aceh: agama dan budaya. Melalui Tafsir Hikayati, Teungku Chiek Pante Kulu mengonstruksi tafsir perlawanan (resistance hermeneutics) dengan melakukan interpretasi teks keagamaan Islam (Al-Quran) menggunakan bahasa kebudayaan (hikayat) yang berkembang di Aceh. Perpaduan dua spirit tersebut telah membantu orang Aceh dalam menerima dan menangkap pesan perlawanan yang disampaikan oleh Hikayat Prang Sabi sehingga berhasil membangkitkan semangat perjuangan ideologis dalam melawan penjajahan Belanda.]