Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem

Pengaruh Jadwal Irigasi dan Dosis Pupuk Organik Terhadap Sifat Fisik Tanah dan Pertumbuhan Serai Wangi Wijaya, Krissandi; Mustofa, Asna; Hardanto, Afik; Sumarni, Eni; Sudarmaji, Arief; Sulistyo, Susanto Budi; Kuncoro, Purwoko Hari; Siswantoro, Siswantoro; Margiwiyatno, Agus; Ropiudin, Ropiudin; Ritonga, Abdul Mukhlis; Novitasari, Dian
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 9, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkptb.2021.009.03.08

Abstract

Serai wangi memiliki nilai ekonomi sangat tinggi dan dapat dibudidayakan pada berbagai kondisi lahan. Lahan marginal umumnya kurang subur, kecuali setelah direhabilitasi melalui pengelolaan irigasi tepat dan pemupukan berimbang. Integrasi parameter kualitas lahan/tanah marginal yang direhabilitasi terhadap paremeter produktivitas serai wangi, yang sejauh ini belum banyak dikaji, mutlak diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh variasi jadwal irigasi dan dosis pupuk organik terhadap sifat fisik tanah dan pertumbuhan serai wangi. Sebanyak 9 demplot serai wangi (luas: @9 m2, jenis tanah: Inceptisol) disiapkan untuk 2 taraf perlakuan, yaitu variasi jadwal irigasi [per hari (SI1), per 3 hari (S13), per 5 hari (SI5)] dan variasi dosis pupuk organik [15 ton/ha (PO1), 25 ton/ha (PO2), 35 ton/ha (PO3)]. Variabel yang diamati meliputi pertumbuhan serai wangi [jumlah batang (JB), tinggi tanaman (TT), jumlah daun (JD)], sifat fisik tanah [kadar air basis Volume (θ), kerapatan isi (rb), permeabilitas (Ks)], serta debit irigasi dan curah hujan. Data pengamatan dianalisis secara statistik (ANOVA, α = 0.05) dan ditampikan secara grafis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jadwal irigasi dan dosis pupuk organik berpengaruh nyata terhadap JB, TT, dan JD serai wangi dengan nilai optimal masing-masing terdapat pada SI3PO3 (20.17 batang), SI1PO3 (137.83 cm), dan SI3PO3 (92.25 helai). Dilihat dari sifat fisik tanah, hanya dosis pupuk organik yang berpengaruh nyata, terutama terhadap θ, dengan nilai optimal terdapat pada PO2 (0.380 cm3/cm3). Kombinasi jadwal irigasi per-3-hari (SI3) dan dosis pupuk organik 35 ton/ha (PO3) sangat potensial untuk diaplikasikan pada budidaya serai wangi di lahan marginal.
Respon dan Akurasi Sensor Gas MOS (MQ-Series Module) Dalam Mengidentifikasi Minyak Nilam (Patchouli Oil) Kuncoro, Purwoko Hari; Sudarmaji, Arief; Sulistyo, Susanto Budi; Wijaya, Krissandi; Margiwiyatno, Agus
Journal of Tropical Agricultural Engineering and Biosystems - Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 11 No. 1 (2023): April 2023
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkptb.2023.011.01.03

Abstract

Dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap sensor gas MOS tipe MQ (MQ-2.1, MQ-2.2, MQ-3, MQ-4, MQ-5, MQ-6 MQ-7, MQ-8, MQ-9, dan MQ-135) untuk mendeteksi kemurnian minyak nilam. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1) mempelajari respons sensor gas MOS tipe MQ dalam mengidentifikasi kemurnian minyak nilam, dan 2) mempelajari akurasi sensor gas MOS tipe MQ dalam mengidentifikasi kemurnian minyak nilam. Minyak nilam yang digunakan adalah minyak nilam pada berbagai tingkat pencampuran dengan minyak zaitun. Terdapat 2 jenis perlakuan yang diamati, yaitu: dengan pemanasan dan tanpa pemanasan. Pengukuran dilakukan terhadap nilai Baseline measurement (Ro) dan Atsiri measurement (Rg) guna menentukan nilai sensitivitas sensor (S). Selanjutnya nilai Rg dan S digunakan untuk membuat grafik loading plot berdasarakan metode PCA (Principal Component Analysis) untuk menentukan respon individu setiap sensor. Tingkat akurasi sensor dalam mendeteksi minyak nilam ditentukan berdasarkan: identifikasi minyak nilam menggunakan grafik score plot, klasifikasi data menggunakan metode COG (Center of Gravity) dan ED (Euclidean Distance), serta penghitungan akurasi. Dari kesepuluh sensor gas yang diujikan, terdapat 2 sensor yang memberikan respon rendah yaitu MQ-3 dan MQ-7. Sedangkan 8 sensor yang lain memberikan respon yang baik dan relatif stabil, dengan respon tertinggi diperoleh dari sensor MQ-4. Rerata tingkat akurasi sensor yang dihasilkan pada nilai resistensi (Rg) lebih tinggi dibandingkan nilai sensitivitas (S), dan lebih tinggi pada perlakuan tanpa pemanasan dibandingkan perlakuan dengan pemanasan. Pada perlakuan tanpa pemanasan nilai rerata akurasi Rg dan S masing-masing adalah 88.79% dan 79.51%, sedangkan pada perlakuan dengan pemanasan masing-masing adalah 80.84% dan 74.52%.Â