Hasri Salwan
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Majalah Kedokteran Sriwijaya

Hubungan Antara Regurgitasi dan Gejala Stridor Saluran Pernapasan Bayi Usia 1-6 Bulan yang Berkunjung ke Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pakjo Kota Palembang Tahun 2014 Pierre Ramandha K; Hasri Salwan; Safyudin Safyudin
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 47, No 2 (2015): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v47i2.2756

Abstract

Regurgitasi merupakan gejala klinis yang paling sering ditemukan pada gastroesophageal reflux (GER). GER disebabkan perkembangan sistem saluran pencernaan bagian atas yang belum sempurna, sehingga menyebabkan isi lambung bergerak naik ke esophagus dan mulut. Regurgitasi merupakan keadaan normal yang terjadi pada bayi usia dibawah 6 bulan dan akan berhenti dengan sendirinya seiring pematangan saluran pencernaan. Stridor merupakan komplikasi gejala saluran pernapasan yang sering dikeluhkan oleh orang tua terhadap bayinya yang mengalami regurgitasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara regurgitasi dan gejala stridor pada bayi 1-6 bulan di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Pakjo Kota Palembang.Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasinya adalah bayi usia 1-6 bulan yang dibawa ke Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pakjo Palembang periode bulan Oktober-Desember 2014. Sampel terdiri dari 81 bayi yang didapatkan dengan caraconsecutive sampling.Subjek penelitian sebanyak 81 bayi, diantaranya 28 bayi (34,6%) yang mengalami stridor dengan rata-rata frekuensi regurgitasi 3,25+1,26 kali per hari, dan 53 bayi (65,4%) yang tidak mengalami stridor dengan rata-rata frekuensi regurgitasi 2,45+1,15 kali per hari. Hasil uji man whitney didapatkan P=0,006. Terdapat hubungan yang bermakna antara stridor dan frekuensi regurgitasi.Rata-rata frekuensi regurgitasi pada bayi yang mengalami stridor lebih sering dibandingkan bayi yang tidak mengalami stridor.
Efek Pemberian Kombinasi Zinc dan Probiotik Terhadap Lama dan Frekuensi Diare Pada Penderita Diare Akut Rahmayani Rahmayani; Hasri Salwan; Achirul Bakri; Syarif Husin
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 3 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i3.2702

Abstract

Salah satu tatalaksana diare menurut WHO adalah pemberian zinc. Zinc berperan memelihara integritas mukosa usus dan memperbaiki sistem imunitas. Probiotik terbukti efektif dalam saluran cerna. Probiotik menginduksi kolonisasi dan pertumbuhan flora normal di usus, mencegah perlengketan bakteri patogen pada mukosa, dan mengaktivasi sistem imun. Tujuan dari penelitian ini adalah menilai efektifitas pemberian kombinasi zinc dan probiotik terhadap lama diare dan frekuensi BAB pada penderita diare akut selama perawatan di rumah sakit. Penelitian ini merupakan uji klinik acak tersamar ganda (double blind) terhadap anak usia 6-59 bulan yang dirawat di bangsal anak RSUP dr. Moh. Hoesin Palembang dari bulan Juni-November 2011. Penderita dibagi menjadi dua kelompok,  kelompok yang mendapat zinc 20mg/hari dan probiotik (2x109 cfu/gr lactobacillus acidophilus dan bifidobacterium lactis) dan kelompok yang mendapat zinc 20 mg/hari dan plasebo. Terdapat 56 penderita yang memenuhi kriteria inklusi. Subjek penelitian terdiri dari laki-laki sebanyak 35 orang (62,5 %) dan 21 perempuan (37,5%). Umur rerata pada penelitian ini adalah 16,8 bulan dimana rerata pada kelompok zinc+plasebo adalah 15,6+7,4 bulan dan 18,14+12,3 bulan pada kelompok zinc+probiotik. Rerata lama diare pada kelompok zinc+probiotik 43,23+24,69 jam vs 47,12+32,27 jam pada kelompok zinc+plasebo (p=0,61). Rerata frekuensi BAB di RS pada kelompok zinc+probiotik 4,26+2,42 vs 4,19+2,97 kali/hari pada kelompok zinc+probiotik  (p=0,61). Lama diare dan frekuensi BAB pada kelompok suplementasi zinc+probiotik tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok zinc+plasebo.
Inflammatory Bowel Disease Pada Anak Deny Salverra Yosy; Hasri Salwan
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 2 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i2.2698

Abstract

Inflammatory bowel disease (IBD) menunjukkan sekelompok gangguan yang ditandai oleh peradangan usus kronis dengan etiologi yang tidak diketahui. IBD meliputi penyakit Crohn (PC) dan kolitis ulseratif (KU). Definisi dari KU dan PC didasarkan pada lokasi dan karakteristik dari proses peradangan pada saluran cerna. IBD dapat terjadi pada semua usia tetapi jarang terjadi pada masa bayi. IBD merupakan hasil dari interaksi yang kompleks antara faktor lingkungan, genetik, dan kekebalan tubuh. KU dan PC berhubungan dengan manifestasi intra dan ekstraintestinal. Gejala umum dari KU adalah adanya diare dan perdarahan rektal. Gejala yang paling sering terjadi pada penyakit Crohn adalah nyeri perut. Diagnosis IBD didasarkan pada gejala klinis, endoskopi, radiologis dan histologis. Pengobatan IBD meliputi pemberian 5-aminosalicylates (5-ASA), kortikosteroid, antibiotik, immune modifier, metotreksat, terapi nutrisi, terapi probiotik, dan pembedahan. Hanya 1% dari pasien dengan PC paling tidak mengalami satu kali kekambuhan setelah diagnosis dan terapi awal. Terdapat risiko yang bermakna untuk berkembangnya kanker pada penyakit usus kronis, dan pasien yang menderita PC tampaknya memiliki risiko yang sama dengan yang menderita KU.