Articles
HARGA DIRI ANAK JALANAN
Nasution, Marina D.N.;
Nashori, H Fuad
Indigenous Vol. 9, No.1, Mei 2007
Publisher : Muhammadiyah University Press
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui tema-tema harga diri anak jalanan. Untuk mengungkap tujuan tersebut, dilakukan penelitian kualitatif dengan menggunakan wawancara mendalam dan observasi terhadap lima anak jalanan Yogyakarta yang berusia di bawah 18 tahun. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa anak jalanan cenderung negatif dalam menghadapi permasalahannya Mereka merasa tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan lain selain mengamen. Pada saat mengamen, mereka merasa malu terutama ketika bertemu dengan teman lawan jenisnya, dan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan teman lawan jenisnya pun mereka akan merasa malu. Akan tetapi anak jalanan dapat membuat atau mempertahankan pertemanan baik dengan orang yang baru dikenal maupun dengan orang yang sudah lama mereka kenal. Selain itu anak jalanan juga menginginkan kehidupan dan pekerjaan yang lebih baik dari yang mereka hadapi saat ini.
HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN RASA AMAN DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA KADER PARTAI
Suprapti, K. Desi;
Nashori, Fuad
Indigenous Vol. 9, No. 2, Nopember 2007
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.23917/indigenous.v0i0.4709
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kebutuhan rasa aman dengan partisipasi politik pada kader Partai Keadilan Sejahtera. Hipotesis awal yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara kebutuhan rasa aman dengan partisipasi politik pada kader Partai Keadilan Sejahtera. Semakin tinggi kebutuhan rasa aman semakin rendah partisipasi politiknya. Semakin rendah kebutuhan rasa amannya semakin tinggi partisipasi politiknya. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa yang mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera yang ada di Kecamatan Ngemplak Sleman Yogyakarta. Mahasiswa tersebut tergabung dalam halaqah dan aktif mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh halaqah secara rutin tiap sekali dalam sepekan, dan tergabung dalam halaqah minimal selama tiga bulan. Teknik pengambilan subjek penelitian yang digunakan yaitu sampling area dengan tipe sampel bertujuan (purposive sample). Adapun alat ukut yang digunakan pada variabel partisipasi politik adalah alat ukur yang dibuat oleh Nuâman (2001). Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS 10 for Windows. Hasil analisis data dengan teknik korelasi product moment dari Karl Pearson menunjukkan nilai r = -0.492 dan p = 0.000 (p<0.01) artinya ada hubungan negatif yang signifikan antara kebutuhan rasa aman dengan partisipasi politik pada kader Partai Keadilan Sejahtera di kecamatan Ngemplak Sleman sehingga hipotesis diterima.
PERILAKU AGRESIF MAHASISWA ETNIS JAWA DAN ETNIS BATAK
S. Ekawati, Dewi;
Nashori, Fuad
Indigenous Vol. 8, No. 1, Mei 2006
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.23917/indigenous.v0i0.4685
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perilaku agresif antara mahasiswa etnis Jawa dan mahasiswa etnis Batak. Hipotesis yang diajukan adalah ada perbedaan perilaku agresif antara mahasiswa etnis Jawa dan mahasiswa etnis Batak. Mahasiswa etnis Batak memiliki perilaku agresif yang lebih tinggi dibanding mahasiswa etnis Jawa. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Perilaku Agresif. Subjek penelitian adalah mahasiswa etnis Jawa dan mahasiswa etnis Batak yang tinggal di Yogyakarta. Jumlah subjek adalah 162 orang dengan perincian mahasiswa etnis Jawa sebanyak 83 orang dan mahasiswa etnis Batak 79 orang. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan perilaku agresif antara mahasiswa etnis Jawa dan mahasiswa etnis Batak. Dari hasil uji beda (t-test) antara suku bangsa Jawa dan suku bangsa Batak dengan SPSS versi 10 ditemui nilai t-test sebesar -3.218 dengan nilai signifikansi 0.002. Berdasarkan mean yang didapat, ternyata mean suku bangsa Batak lebih tinggi (52.32) dibanding suku bangsa Jawa (43.69). hal ini menunjukkan bahwa suku bangsa Batak lebih tinggi tingkat perilaku agresif dibanding suku bangsa Jawa.Â
HARGA DIRI ANAK JALANAN
Nasution, Marina D.N.;
Nashori, H Fuad
Indigenous Vol. 9, No.1, Mei 2007
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.23917/indigenous.v9i1.1622
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui tema-tema harga diri anak jalanan. Untuk mengungkap tujuan tersebut, dilakukan penelitian kualitatif dengan menggunakan wawancara mendalam dan observasi terhadap lima anak jalanan Yogyakarta yang berusia di bawah 18 tahun. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa anak jalanan cenderung negatif dalam menghadapi permasalahannya Mereka merasa tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan lain selain mengamen. Pada saat mengamen, mereka merasa malu terutama ketika bertemu dengan teman lawan jenisnya, dan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan teman lawan jenisnya pun mereka akan merasa malu. Akan tetapi anak jalanan dapat membuat atau mempertahankan pertemanan baik dengan orang yang baru dikenal maupun dengan orang yang sudah lama mereka kenal. Selain itu anak jalanan juga menginginkan kehidupan dan pekerjaan yang lebih baik dari yang mereka hadapi saat ini.
HARGA DIRI ANAK JALANAN
Marina D.N. Nasution;
H Fuad Nashori
Indigenous Vol. 9, No.1, Mei 2007
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.23917/indigenous.v9i1.1622
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui tema-tema harga diri anak jalanan. Untuk mengungkap tujuan tersebut, dilakukan penelitian kualitatif dengan menggunakan wawancara mendalam dan observasi terhadap lima anak jalanan Yogyakarta yang berusia di bawah 18 tahun. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa anak jalanan cenderung negatif dalam menghadapi permasalahannya Mereka merasa tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan lain selain mengamen. Pada saat mengamen, mereka merasa malu terutama ketika bertemu dengan teman lawan jenisnya, dan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan teman lawan jenisnya pun mereka akan merasa malu. Akan tetapi anak jalanan dapat membuat atau mempertahankan pertemanan baik dengan orang yang baru dikenal maupun dengan orang yang sudah lama mereka kenal. Selain itu anak jalanan juga menginginkan kehidupan dan pekerjaan yang lebih baik dari yang mereka hadapi saat ini.
Promoting resilience among family caregiver of cancer through Islamic religious coping
Saputro, Iswan;
Nashori, Fuad;
Sulistyarini, Rr. Indahria
Indigenous Vol 6, No 2 (2021): July
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.23917/indigenous.v6i2.13581
The burden of the family caregivers in providing care to family members who have cancer can reduce resilience. This study aimed to evaluate the effectiveness of religious coping training to enhance the resilience in the sample of family caregivers of cancer disease. Eight family caregivers of cancer disease participated in this study. The participants were divided into intervention group (n = 4) and control group (n = 4). The pre-test post-test control group design was used in this study as the research design and assessed at three points (pre-intervention, post-intervention, and 2-week follow-up). The participants completed the Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) to assess any changes in resilience. An intervention module was prepared based upon Pargament, Smith, Koenig, and Perez (1998) and modified using Islamic coping strategies based upon the positive religious coping concept. The results showed that the intervention group participants reported a significant increase in resilience compared with the control group. Participants also reported positive changes in interpreting the role of family caregivers. This study discussed the implications and limitations of the finding.